cover
Contact Name
Bainah sari Dewi
Contact Email
jopfe@fp.unila.ac.id
Phone
+6282373398378
Journal Mail Official
surnayanti@fp.unila.ac.id
Editorial Address
Universitas Lampung. Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, 35145, INDONESIA.
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT
Published by Universitas Lampung
ISSN : -     EISSN : 28076796     DOI : http://dx.doi.org/10.23960/jopfe.v3i2
Core Subject : Agriculture, Social,
Journal of People, Forest and Environment (JOPFE) publishes state of the art results of primary findings and synthesized articles containing significant contribution to science and its theoretical application in areas related to people, forest and environment research and its broad linkage. Manuscripts in Bahasa Indonesia or English are welcome.
Articles 39 Documents
BEHAVIOR OF TIMOR DEER (Cervus Timorensis) ON TYPES OF FEED IN DEER CAPTURE LAMPUNG UNIVERSITY Imam Adhi Wijaya; Bainah Sari Dewi; Sugeng P. Harianto
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 3, No 1 (2023): Mei
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v3i1.5565

Abstract

One of the important components in managing wildlife in captivity is the availability of forage plants (Setiawan, 2018). The main diet of deer is leaves and grasses, so these animals can consume almost all types of leaves and grass, are resistant to water shortages so that they are able to adapt to agro-ecosystem conditions. The purpose of the study was to determine the types of drop-in feed for Timor deer in the deer captivity at the University of Lampung. Data collection is done with primary data and secondary data. Data regarding the analysis of the deer's feed preference level was obtained from direct observation (Zaistev, 2015) using the palatability and description methods. With this method, recording, weighing the type of feed provided by the manager and analysis of the adequacy of deer feed in captivity is carried out. Observations were carried out for 14 days with time intervals starting from 06.00-18.00 WIB. Perceptions were pursued for 14 days with rest span beginning from 06.00-18.00 WIB. In view of the seven sorts of drop-in feed above, elephant grass (Pennisetum purpureum) is a kind of food that is extremely well known with deer with a genuinely enormous level of inclination, which is 56.14%, then, at that point, trailed by grass rayutan 12.40%, sauhen grass with a level of 9 .14%, lamtoro with a level of 8.57%, teki grass 5.83%, reeds 4.68%, and sembung sambat 3.77%. The food that was first chosen and eaten by the deer was elephant grass (Pennisetum purpureum) and proceeded with sauhen grass (Penicum colonum). Higher elephant grass (Pennisetum purpureum).
DETEKSI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL-2 DI KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG Wahyu Kurniawan; Arief Darmawan; Afif Bintoro
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 1, No 2 (2021): November 2021
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v1i2.5036

Abstract

Deforestasi meupakan masalah lingkungan utama di negara tropis yang juga terkait dengan peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK). Salah satu penyebab terjadinya deforestasi adalah konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Teknologi penginderaan jauh semakin banyak digunakan untuk mengevaluasi dan memantau sumber daya tersebut. Berbagai teknik untuk meningkatkan akurasi dalam analisis citra penginderaan jauh diperlukan untuk memantau perkembangan perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dua teknik pendeteksian perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan citra satelit. Penelitian ini dilakukan pada Bulan November 2020 di Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan citra satelit Sentinel-2 Kabupaten Way Kanan Tahun 2019. Citra satelit Sentinel-2 memiliki resolusi spasial yang cukup baik (medium to high), hemat biaya dan proses pengolahannya cukup mudah. Pengolahan data menggunakan algoritma Maximum-Likelihood Classification (MLC) dan algoritma Object-Oriented Classification (OOC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik terbaik untuk mendeteksi perkebunan kelapa sawit menggunakan algoritma OOC.
PENGARUH PEMBERIAN AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI PUPUK TAMBAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.) Nabila Ubaidah; Eti Ernawiati; Wawan Abdullah Setiawan; Suratman Suratman
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 3, No 1 (2023): Mei
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v3i1.5581

Abstract

Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas utama sayuran di Indonesia yang mempunyai banyak manfaat. Bawang merah termasuk ke dalam rempah kelompok yang dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai penyedap bumbu masakan dan bahan baku industri makanan serta bahan obat tradisional yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Meningkatnya permintaan bawang merah mendorong peningkatan produksi yang dalam prosesnya menggunakan pupuk kimia yang berdampak merusak lingkungan dalam masa panjang sehingga diperlukan alternatif pemupukan yang ramah lingkunan dengan hasil tanam yang juga lebih baik. Air cucian beras yang kebanyakan dibuang begitu saja masih memiliki kandungan vitamin dan mineral yang dibutuhkan sebagai unsur hara yang mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga dapat dijadikan pupuk tambahan yang ramah lingkungan.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian air cucian beras terhadap pertumbuhan bawang merah (Allium cepa L.). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan April hingga September 2021. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Perlakuann volume air cucian beras yang terdiri dari empat taraf, yaitu; K0 = kontrol, K1 = 20 ml, K2 = 40 ml, K3 = 60 ml. Parameter meliputi pengamatan jumlah daun, jumlah umbi, berat umbi dan berat kering daun. Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk organik cair berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Perlakuan volume 20 ml menghasilkan produksi rata-rata tertinggi dengan jumlah daun (25 helai), jumlah umbi (5 umbi), berat umbi (35,2 gram), dan berat kering daun (6,517 gram).Kata kunci: bawang merah, air cucian beras, pupuk tambahan
Analisis Persebaran Reptil di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung (Reptile Distribution Analysis in the Integrated Field Laboratory, University of Lampung) Nimas Ayu Fatmawati; Bainah Sari Dewi; Rusita Rusita; Yulia Rahma Fitriana
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 1, No 2 (2021): November 2021
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v1i2.5051

Abstract

Abstract : Reptiles play an important role in an ecosystem as one part of the food chain and some of them are environmental bio-indicators. The purpose of this study was to obtain information and determine the distribution and presence of reptiles in three habitats. This research was conducted in December 2020-January 2021 at the Integrated Field Laboratory. The method used is a Visual Encounter Survey (VES) or a Visual Encounter Survey with a combination of Time Search and taking the coordinates of the species with GPS. The results were analyzed using the Arcgis 10.3 application and google earth. The results showed that the distribution of reptiles in the three habitats was in the even or homogeneous category. This is due to several factors, such as the availability of food and the adjacent habitat, which makes it easier for reptiles to change locations. Reptiles are indicators of environmental balance that must be identified by conducting monitoring and further research to reduce threats or reptile species such as hunting and trade in liars. Abstrak : Reptil berperan penting dalam suatu ekosistem sebagai salah satu bagian dari penyusun rantai makanan dan beberapa diantaranya merupakan bio-indikator lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi dan mengetahui persebaran dan keberadaan reptil pada tiga habitat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2020-Januari 2021 di Laboratorium Lapang Terpadu. Metode yang digunakan adalah Visual Encounter Survey (VES) atau Survei Perjumpaan Visual dengan kombinasi Time Search serta mengambil titik koordinat spesies teramati dengan GPS. Hasilnya dianalisis  dengan menggunakan aplikasi Arcgis 10.3 dan google earth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran reptil pada ketiga habitat termasuk ke dalam kategori merata atau homogen. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketersediaan pakan dan lokasi habitat yang berdekatan yang memudahkan reptil untuk berpidah lokasi. Reptil adalah indikator keseimbangan lingkungan yang harus diketahui keberadaannya dengan melakukan monitoring dan penelitian lanjutan untuk mengurangi ancaman ataupun gangguan spesies reptil seperti perburuan dan perdagangan liar. Kata kunci : reptil; persebaran jenis; bio-indikator.
PERSEPSI PENGELOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) OLEH MASYARAKAT DESA HANURA, KABUPATEN PESAWARAN, LAMPUNG Gunardi Djoko Winarno; Irwan Effendi; Farida Fathul; Lestari Wibowo
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 2, No 2 (2022): November
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v2i2.6016

Abstract

Management of Non-Timber Forest Products (NTFPs) by the people of Hanura Village, Pesawaran Regency, Lampung in the Wan Abdul Rachman Forest Park is still limited to plants such as durian, Tangkil, areca nut, sugar palm, candlenut and other top canopy plants that cannot be relied for support basic household needs. On the other hand, the potential for understorey tree stands in forest areas has not been widely utilized for seasonal or commercial undergrowth species, due to farmers allegedly have not known yet about species of food crops which economically viable under stands. Meanwhile, farmers only know food crops for instance rice, corn, soybeans, cassava, sweet potatoes which can not be planted in forest areas. The effort to alleviate poverty and improve the welfare is through the development of porang plants which can be planted under mixed forest stands. For this reason, it is necessary to introduce and train porang to equalize their perceptions. The research method using Focus Group Discussion (FGD) and distributing questionnaires to 15 farmers. The results showed that the respondents in general were familiar with the porang plant, although not deeply. However, not many people know about porang development, so they are motivated to learn more, starting from nurseries, planting to harvesting.
Keanekaragaman Jenis Burung Untuk Pengembangan Ekowisata Birdwatching di Hutan Mangrove Pasir Sakti Lampung Timur Esanur Octarin; Sugeng P Harianto; Bainah Sari Dewi; Gunardi Djoko Winarno
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 1, No 1 (2021): Mei
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v1i1.4547

Abstract

Burung memiliki manfaat nilai secara ekonomi, salah satunya melalui pengembangan ekowisata birdwatching. Ekowisata Birdwatching merupakan pengembangan wisata alternatif yang tidak menimbulkan banyak dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun kondisi sosial. Hutan mangrove Pasir Sakti memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga berpotensi menjadi lokasi ekowisata birdwatching. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan studi yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung guna pengembangan ekowisata birdwatching. Metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah metode point count dan line transek. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2019. Hasil penelitian menunjukkan jenis burung yang ditemukan 33 jenis dari 17 famili dengan total 7730 individu dengan tingkat keanekaragaman (H’) sebesar 2,86 tergolong dalam tingkat sedang dan kesemertaan (J) sebesar 0,81 yang masuk dalam kondisi stabil.
POTENTIAL UTILIZATION OF BAMBOO TALI (GIGANTOCHLOA APUS) IN COMMUNITY FORESTS IN LEU VILLAGE, BOLO DISTRICT, BIMA REGENCY Muhammad Daud; Hikmah Hikmah; Abdul Azis
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 2, No 1 (2022): Mei
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v2i1.6004

Abstract

This study aims to determine the potential use of Tali bamboo (Gigantochloa apus) in community forests in Leu Village, Bolo District, Bima Regency. The data collected in this study consisted of primary data and secondary data. Primary data were obtained through observation, interviews and questionnaires. Secondary data was collected through literature study sourced from books, journals, and data from related agencies. The results showed that the use of Tali bamboo (Gigantochloa apus) in community forests in Leu Village, Bolo District, Bima Regency was generally used for house walls (Jerimpi), handicraft industry materials, meatball skewers, fences, chicken coops, and bamboo shoots. The percentage of use of bamboo for house walls is around 33.33%, handicraft industry materials 20.00%, meatball skewers 16.67%, fences 10.00%, chicken drums 10.00%, and bamboo shoots 6.67%. The average use of bamboo used by the community is 178 stems per household per year.
PERBANDINGAN BIODIVERSITAS DUNG BEETLE PADA VARIASI FESES DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN DAN TAHURA WAN ABDUL RACHMAN Shafa Fauzia Ranti; Bainah Sari Dewi; Gunardi Djoko Winarno; Sugeng P. Harianto
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 4, No 1 (2024): Mei
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v4i1.8432

Abstract

Kehadiran dung beetle dapat menjadi indikator rusaknya habitat pada ekosistem hutan tropis, dan kumbang kotoran juga sensitif terhadap perubahan vegetasi, iklim mikro, dan hewan di habitatnya. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbandingan biodiversitas dung beetle di Hutan Tamana Nasional Bukit Barisan Selatan dan Hutan Pendidikan Konservasi Tahura Wan Abdul Rachman  pada November 2023. Metode yang digunakan adalah metode trap, kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan mengidentifikasi variasi dan keanekaragamannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa biodiversitas dung beetle pada kedua lokasi memiliki perbedaan yang signifikan dengan jumlah pada Hutan Taman Nasional Bukit Barisan ditemukan 7 individu dengan 5 spesies sedangkan pada Hutan Tahura Wan Abdul Rachman ditemukan 4 individu dengan 2 spesies. Ada lima jenis dung beetle yang ditemukan yaitu Catharsius molossus, Onthophagus sp, Aphodius marginellus, Sacbaeus sacer dan Oryctes rinocheros. Perbandingan biodiversitas kedua lokasi dikarenakan perbedaan suhu dan cuaca, vegetasi, dan keberadaan satwa besar. Variasi feses yang digunakan yaitu feses sapi dan feses kambing di mana berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa feses sapi lebih dominan disukai dung beetle.
TINGKAT KENYAMANAN RUANG TERBUKA HIJAU UNIVERSITAS LAMPUNG Del Piero Jonathan; Rudi Hilmanto; Indra Gumay Febryano; Afif Bintoro
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 3, No 2 (2023): November
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v3i2.7750

Abstract

ABSTRAK. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) diharapkan mampu menanggulangi permasalahan lingkungan perkotaan dalam menetralisir dampak negatif oleh aktivitas yang ditimbulkan. Universitas Lampung menjadi salah satu konsep RTH yang berperan penting dalam menyelesaikan pelestarian lingkungan perkotaan. Ruang Terbuka Hijau Universitas Lampung dibangun untuk memberikan kenyamanan kepada sivitas akademika, khususnya mahasiswa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan perubahan tutupan lahan kurun waktu tahun 2015 – 2022 dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Universitas Lampung. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu metode Temperature Humidity Index (THI) dan metode observasi. Penelitian dilakukan pada tiga lokasi yaitu tegakan beringin, kawasan parkiran terpadu, dan lapangan sepak bola. Hasil dari penelitian diperoleh bahwa tingkat kenyamanan (THI) pada ruang terbuka hijau menunjukkan bahwa yaitu nilai THI tertinggi terdapat pada lokasi Lapangan Sepak Bola, pukul 12.00 – 13.00 WIB yaitu 25,5 dengan suhu 31,8ºC dan kelembapan 64% termasuk kategori sedang. Perubahan tutupan lahan pada RTH di Unila menunjukkan bahwa pada tahun 2015 – 2022 pada lokasi kawasan parkiran terpadu terdapat perubahan lahan, namun pada lokasi tegakan beringin dan lapangan sepak bola tidak mengalami perubahan lahan. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau; Universitas Lampung; tingkat kenyamanan; THI; perubahan tutupan lahan.
PERANAN SOCIAL CAPITAL DAN INFRASTRUKTUR SERTA SEKTOR OFF FARM PADA PENDAPATAN MASYARAKAT AGROFORESTRY Agus Kurniawan Damanik; Samsul Bakri; Christine Wulandari
JOURNAL OF PEOPLE, FOREST AND ENVIRONMENT Vol 1, No 2 (2021): November 2021
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v1i2.5623

Abstract

ABSTRAK. Agar proses transformasi pola pendapatan ke sektor off farm dapat dirancang dengan baik, maka kontribusi modal fisik dan modal sosial dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pada agroforestry perlu disingkapkan melalui penelitian, terutama untuk desa yang berada di sekitar kawasan suburban seperti di Desa Jatiagung dan Sidoharjo, Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan peranan modal sosial, modal fisik, aktivitas off farm, dan infrastruktur wilayah terhadap pendapatan masyarakat agroforestry. Untuk meraih tujuan tersebut telah dilakukan survai secara semi terstruktur kepada 90 KK di kedua desa tersebut. Korelasi Speraman pada tingkat kepercayaan 5 dan 10% digunakan mengetahui kekuatan hubungan tersebut. Simpulan ada hubungan nyata dan sangat nyata terhadap pendapatan masyarakat agroforestry: [a] modal sosial khususnya unsur network (P-value = 0,079), [b] modal fisik (penguasaan lahan P -value =0,004 dan ternak sapi P -value = 0,003 ), [c] Off farm khususnya home industry (P-value=0,000) dan [d] infrastruktur khususnya kualitas jalan perdesaan (P- value =0,080). Disarankan untuk melakukan penelitian pengembangan kebijakan pemberdayaan masyarakat agar sukarela meninggalkan okupasi lahan hutan melalui pengembangan kemitraan agrosilvopastura sapi. Kata Kunci: network, surplus pendapatan, kemitraan dan HTR agrosilvopastura sapi

Page 2 of 4 | Total Record : 39