cover
Contact Name
Raymundus I Made Sudhiarsa
Contact Email
editorperspektif@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
j_perspektif@adityawacana.id
Editorial Address
Jl. Terusan Rajabasa No.5, Pisang Candi, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur 65146
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Perspektif
ISSN : 19074999     EISSN : 29618657     DOI : https://doi.org/10.69621/jpf
Perspektif, Jurnal Agama dan Kebudayaan diterbitkan untuk menjadi medium diskusi dan kajian ilmiah atas isu-isu agama dan kebudayaan, dengan mengedepankan perspektif toleransi dan dialog lintas agama dan budaya untuk membangun harmoni sosial. Jurnal ini menerbitkan tulisan-tulisan ilmiah baik yang merupakan hasil penelitian lapangan maupun kajian pustaka, terbuka untuk kalangan akademisi, peneliti, pemerhati sosial dan agama serta masyarakat umum.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 197 Documents
Misi Gereja Melalui Pendidikan di Sekolah: Sebuah studi kasus di SMAK Dempo, Malang Antonius; Suwito, Benny
Perspektif Vol. 4 N.º 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v4i1.241

Abstract

The missionary role of the church, inherited from Jesus Christ, touches every aspect of human life. The mission is not just a matter of spiritual growth, but also deals with all social development. Therefore, the Catholic church in Indonesia considers education as a missionary priority. There are many good Catholic schools around the country that earn good reputation. However, the crisis of identity seems to emerge inside these many institutions. The authors raise the question, whether currently the church is really doing the missionary job, i.e. proclaiming the Good News, through these schools, or simply running schools with Catholic label. A case studi at SMAK Dempo, Malang, is presented as an ilustration of this concern. The goal is to remind the church about the basic idea of running schools as a tool of missionary ministry.
Misi di Keuskupan Surabaya: Sebuah Rancang Bangun Misi Masa Depan Widyarto , Agustinus; Prayidno, Iswadi
Perspektif Vol. 4 N.º 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v4i1.242

Abstract

Living in one of the main economic centres in Indonesia, the Catholic Church of Surabaya (Surabaya Diocese) has to face all sorts of secularization. This situation has forced the diocese to redefine its role in this secularized society. The authors highlight four main concerns as the background of the discussion, i.e. (1) the globalized urban culture, (2) the role as economic centre for East Indonesia, (3) the religious diversity and (4) the crisis of identity of Catholic education. This situation leads to a major step of renewing the diocese mission strategy. While acknowledging the main stream of the mission the global church as a basis, the authors suggest two things. The first is to renew internal resources and to strengthen the internal communion. The second is to open up the church to the society by being involved in social struggle, such as promoting dialogue between religions, promoting process of inculturation, advocating the poor and the marginalized people and actively participating in social communication.
The Evangelization of West New Guinea Zocca , Franco
Perspektif Vol. 4 N.º 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v4i1.243

Abstract

Penulis mengangkat tema evangelisasi di Papua Barat dengan bingkai pemaparan sejarah. Kekristenan di Papua Barat memiliki sejarah yang panjang dan berliku-liku. Situasi sosial politik turut mempengaruhi. Sebagai bagian koloni Belanda, keadaan dipengaruhi oleh situasi sosial politik Belanda yang ketika itu didominiasi kalangan Protestan Calvin. Tidaklah mengherankan, ketika daerah itu kemudian dibagi menjadi beberapa bagian, masing-masing menjadi hak dan tanggung jawab gereja tertentu, baik Protestan maupun Katolik. Misi-misi Kristen berkembang maju sejalan dengan pembangunan ekonomi, baik oleh pemerintah Belanda, pemerintah pendudukan Jepang maupun kemudian oleh pemerintah Indonesia. Sejalan dengan terbukanya wilayah pegunungan yang dihuni suku- suku asli sekitar tahun 1950-1960-an, misi-misi ini menyentuh hampir seluruh bagian wilayah tersebut. Situasi berubah banyak, ketika Papua Barat menjadi wilayah Indonesia pada tahun 1963. Pemerintah Indonesia mengakui lima agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Komposisi masyarakat pun berubah sejalan dengan masuknya transmigran yang beragama Islam. Tantangan bagi Gereja semakin bertambah ketika terjadi penindasan masyarakat lokal karena alasan ekonomi. Gereja Katolik dan para imamnya sering berada dalam posisi terjepit.
Tentang Ide Reformasi Dalam Islam Faimau, Gabriel
Perspektif Vol. 4 N.º 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v4i1.244

Abstract

Does Islam need a reformation? Does Islam need to go through a period of enlightenment? These questions are two common questions in the modern studies of Islam and Muslim societies, particularly in the contemporary Western academic world. Interestingly, the history of Christianity is often cited as a point of reference or a point of departure in the discussions of such questions. Christian or Western framework is therefore unavoidably used to frame the history and progress in Islam. What has often been neglected is the fact that Muslim societies in fact have gone through their own particular cycle of reformation or renewal. Drawing upon the observation of Ibnu Khaldun (1332-1406), a notable Arabic historian, on the renewal cycle within Muslim societies six hundred years ago, this article discusses in a simple way the idea of reformation in Islam.
Multicultural Education: Its Implication to Teaching Material and Teacher's Attitude Imaningrum, Raphaella Diah
Perspektif Vol. 4 N.º 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v4i1.245

Abstract

Konsep pendidikan multikultural sebagai dimensi praktis dari multikulturalisme berakar dari konsep relativisme budaya. Tujuan utamanya adalah menyiapkan siswa dan guru agar melek budaya sehingga mampu berfungsi secara efektif dalam budaya yang beraneka ragam. Perspektif multikultural menekankan enam level nilai: toleransi, penerimaan, penghormatan, afirmasi, solidaritas, dan kritik. Sementara itu, banyak sekolah hingga saat ini hanya sampai pada tingkat "penghormatan" pada budaya lain. Beberapa penelitian terkait menunjukkan bahwa bahan ajar siswa masih mengandung bias etnis, agama, dan jender, sehingga tidak mencerminkan keragaman budaya siswa serta tidak mendukung perubahan sosial yang lebih menghormati keanekaragaman budaya. Keanekaragaman budaya hanya menampil pada "multikulturalisme turis", pengetahuan tentang nama, tempat, peristiwa dan pernak-pernik budaya. Dalam bahan ajar, tampak bahwa bias budaya meliputi: (1) tidak ditampakkannya budaya (2) stereotipi (3) selektivitas dan ketidakseimbangan (3) tidak sesuai kenyataan (5) fragmentasi dan isolasi, dan (6) bahasa yang muncul dalam berbagai bahan ajar di sekolah. Pendidikan multikultural juga berdampak pada sikap guru: peduli dalam membantu siswa yang berbeda latar belakang budaya untuk mengembangkan pemahaman diri dan konsep diri yang baik, peka dan memahami orang dengan berbagai budaya yang berbeda. Setiap mata pelajaran yang diberikan untuk merefleksikan realitas akan keberbedaan budaya di dalam negeri maupun dalam dunia internasional.
Tinjauan Buku: Lihatlah Tubuhku: Membebaskan Seks Bersama Yohanes Paulus II Soge, Aurelius Pati
Perspektif Vol. 4 N.º 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v4i1.246

Abstract

Sekedar Wacana: Agama dan Budaya dalam Pesrpektif Sudhiarsa, Raymundus I Made
Perspektif Vol. 1 N.º 1 (2006): Juni 2006
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v1i1.247

Abstract

Agama dan kebudayaan merupakan dua dimensi esensial dalam hidup. manusia. Baik dalam kehidupan pribadi (individual) maupun kehidupan bersama (komunal), kedua dimensi sosial ini menjadi rujukan yang penting, kalau bukan dominan. Agama pada dasarnya memberikan gagasan-gagasan yang mengangkat manusia dari sekedar makhluk sosial dan rasional menjadi makhluk spiritual yang mampu mentransendensi dirinya. Agama membina manusia dalam berelasi dengan Pencipta dan Pemelihara kehidupan ini yang kita panggil dengan berbagai sebutan, seperti Allah, Tuhan, atau Sanghyang Widhi dan sebagainya dengan berbagai atribut-Nya yang serba-maha Daniel Pals misalnya menyebutkan Yahwe (the one God) bagi Yudaisme, Tao (the Way of Nature) bagi Konfusianisme atau Brahman (the Supreme Spirit) bagi Hinduisme (1996: 247). Sedangkan kebudayaan merupakan ekspresi total dari manusia yang berkorelasi dengan sesama makhluk ciptaan dan dunia naturalnya. Dengan kata lain, agama dan kebudayaan merupakan ekspresi proses humanisasi yang tidak pernah selesai, di mana nilai-nilai kemanusiaan dan keilahian tali temali demi suatu dunia bersama' (ekumene) yang penuh makna, di mana setiap orang memiliki pengalaman sebagai 'putra atau putri pilihan' Yang Mahatinggi.
Mendesain Perdamaian Di Tengah Konflik: Imajinasi dan Strategi Rahmat, Paul
Perspektif Vol. 1 N.º 1 (2006): Juni 2006
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v1i1.248

Abstract

Global peace is an actual issue that is almost relevant to every corner of the world. While conflicts for any reason seem to be unavoidable, many people understand that there are many innocent victims. Many of these victims in fact have nothing to do with the core of the conflict, however, they suffer a lot. Therefore, some significant and crucial steps should be taken in order to promote peace. Using a case of woman movent in Wajir, Kenya, the author proposes that the first step is to realise that there are moral values that could serve as inner power to promote peace. Further steps should be strategically planned according to certain context, such as "what conflict, who are involved, when and where it occured, and how it would be excuted.
Perempuan-perempuan yang Memahkotai Kelamin Dengan Sastra Indradi, Agustinus
Perspektif Vol. 1 N.º 1 (2006): Juni 2006
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v1i1.249

Abstract

In many traditional communities, sex is considered a unsuitable subject to discuss or at least to talk about openly. This notion is in fact still intact in Indonesia, including among urban communities. Therefore, when sexuality is chosen to be the theme of a novel, moreover written by a woman, it becomes a subject of controversy and raises a lot of open debate and polemic. Apart from many objections, some Indonesian woman writters keep the subject alive in modern Indonesian literature. The author highlights the potrait of "genitals" from insight of women writters. Some are phylosophical, some are more touching the reality of life. The author also presents the idea of gender inequality in the area of literature. In the past it was dominated by male writters, so the recent appearance of some woman writters becomes an interesting phenomenon in Indonesian literature.
Agama Rakyat Di Jawa: Melacak Akar Sosio-Historis Toleransi-Sinkretis Sumbulah, Umi
Perspektif Vol. 1 N.º 1 (2006): Juni 2006
Publisher : Aditya Wacana Pusat Pengkajian Agama Dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69621/jpf.v1i1.250

Abstract

The author discusses about Islam in Java, that has a very unique character in terms of religious rites and expression. At the very beginning, the spread of Islam adopted the process of acculturation with local cultures. The acculturation is not just an expression of heterogenuous Javanese culture, but very much supported by political power. Mataram Islamic Kingdom had played a very crucial role in combining Islamic belief with the local culture that was very much influenced by Budhism and Hinduism. The author also highlights the deterioration of Islamic elites and grass-roots because of the presence of colonialism in 19th century. However, the notion of acculturation remains intact and serves as a form of religious tolerance character among Javenese Moslems.