cover
Contact Name
Vida P.R. Kusmartono
Contact Email
jurnal.naditirawidya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.naditirawidya@gmail.com
Editorial Address
Jalan Gotong Royong II, RT 03 RW 06, Banjarbaru 70714, Kalimantan Selatan
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Naditira Widya
ISSN : 14100932     EISSN : 25484125     DOI : https://doi.org/10.55981/nw
Naditira Widya aims to be a peer-reviewed platform and a reliable source of information. Scientific papers published consist of research, reviews, studies, and conceptual or theoretical thinking with regard to Indonesian and/or world archaeology and culture. All papers are double-blind reviewed by at least two peer reviewers. Naditira Widya is issued biannually and publishes articles on archaeology and cultural studies, including using anthropological, ethnographic, historical, language, geological, geographical, biological and other relevant approaches.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Arkeologi
Articles 153 Documents
TEKNOLOGI PEMASANGAN BATA PADA BANGUNAN SUMUR PUTARAN DI TAMBANG BATU BARA ORANJE NASSAU, PENGARON Restu Budi Sulistiyo
Naditira Widya Vol. 12 No. 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sumur Putaran adalah istilah lokal dari suatu bangunan bata, bagian dari konstruksi tambang batu bara OranjeNassau, di Desa Pengaron. Sebagian bangunan dari Sumur Putaran rusak oleh alam dan agen manusia, dan batu batayang tersingkap menunjukkan berbagai jenis pemasangan batu bata. Korelasi antara jenis pemasangan batu bata danarsitekturnya menarik dan belum diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fungsi dari berbagai jenis pemasangan batu bata di Sumur Putaran dan hubungannya dengan konstruksi tambang batu bara bawah tanah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penalaran induktif dan pendekatan deskriptif-komparatif. Data primer yang dikumpulkan dari lapangandijelaskan dan dibandingkan dengan data sekunder dari studi literatur. Kesimpulannya adalah bahwa teknik pemasangan batu bata dari Oranje Nassau memiliki fungsi struktural dan visual. Sumur Putaran is a local term of a brick building, a part of the Oranje Nassau coal mine construction, in Pengaron Village. Sumur Putaran is partially damaged by nature and human agent, and bricks are exposed showing different types of brick installation. The correlation between the types of brick installation and its architecture is intriguing and has not been studied. This research aims to identify the function of different types of brick installation at Sumur Putaran and their relationship with the underground coal mine construction. This research used qualitative method with inductivereasoning and comparative-descriptive approach. The primary data collected from the field was described and comparedwith secondary data from literature studies. The conclusion is that the brick installation technique of the Oranje Nassau hasboth structural and visual functions.
TOPONIMI BENTENG PENGARON DAN PERISTIWA AWAL PERANG BANJAR Nugorho Nur Susanto
Naditira Widya Vol. 12 No. 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Toponimi ‘benteng’ merupakan nama desa di wilayah Kecamatan Pengaron, in Kalimantan Selatan. Toponimitersebut diyakini berhubunan dengan keberadaan benteng Belanda ‘Pengaron’ yang diakui sebagai lokasi awal meletusnyaperang Banjar atau perang Barito. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kembali kawasan Benteng Pengaron yang asli. Penelitian ini menggunakan metode induktif-deskriptif dan teknik pengumpulan data melalui survei, ekskavasi, dan wawancara. Hasil ekskavasi berupa dua struktur bata yang merupakan bagian dari fondasi rumah. Selain bukti-bukti arkeologis berupastruktur bangunan yang menguatkan hubungan toponimi dan Benteng Pengaron, masih perlu dilakukan kajian arsip tua atau sumber tertulis yang mendukung keeratan hubungan tersebut.The toponym ‘benteng’ is a name of a village in Kecamatan Pengaron, in Kalimantan Selatan. The toponym is suggested to be associated with the existence of the Dutch fortress ‘Pengaron’ which is recognized as the location of the initial outbreak of the Banjar or Barito War. This study aims to rediscover the original Pengaron fort area. This study uses inductive-descriptive methods and data collection techniques by surveys, excavations and interviews. The excavation yielded two brick structures that are parts of a house foundation. Besides the archaeological evidence of building structures that strengthen the relationship between the toponym and Pengaron fort, it is necessary to undertake a study on old archives or written resources that supports the strong relationship between both data.
LEKSIKON PENGUNGKAP KARAKTERISTIK BUDAYA SUNGAI MASYARAKAT BANJARMASIN DAN NAGARA: TELAAH ETNOSEMANTIS Rissari Yayuk
Naditira Widya Vol. 12 No. 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banjarmasin dan Nagara merupakan dua kawasan yang terdiri atas sungai dan rawa. Di sepanjang aliran sungai dan rawa ini terdapat permukiman warga dengan segala aktivitas yang berhubungan dengan budaya sungai. Aktivitas budaya sungai yang dilakukan warga di kedua kawasan ini tercermin dalam leksikon-leksikon yang terdapat dalam bahasamereka.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan leksikon pengungkap karakteristik budaya sungai masyarakatBanjarmasin dan Nagara, dan mendeskripsikan karakteristik budaya sungai pada masyarakat Banjarmasin dan Nagara berdasarkan leksikon. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dari data umum kedua wilayah dan analisis data leksikon diketahui terdapat leksikon-leksikon yang mengungkapkan karakteristik budaya sungai masyarakat Banjarmasin dan Nagara. Selanjutnya diketahui juga unsur karakteristik yang terdapat pada leksikon tersebut meliputi bahasa, mata pencaharian, religi, pengetahuan dan teknologi, dan sistem sosial kemasyarakatan. Kesimpulandari hasil penelitian ini yaitu makna yang terdapat pada leksikon-leksikon bahasa masyarakat Banjarmasin dan Nagaramencerminkan karakteristik kebudayaan mereka sebagai suku Banjar yang tidak jauh berbeda karena berhubungandengan cara hidup di pemukiman atas sungai atau rawa. Banjarmasin and Nagara consist of rivers and swamps. Along these areas there are residential communities with all activities related to river culture. The culturalriver activities of the two regions are reflected in the lexicons contained in their language. This research aim are to describe the lexicons which express the characteristics of river culture of the people, and to depict the cultural river characteristcs of the people based on the lexicons. The method used is descriptive qualitative. Based on the general data of both regions and lexicon data analysis, many of lexicons have revealed the characteristics of river culture of both people, Banjarmasin and Nagara. Furthermore, the characteristics on lexicon are found in language, livelihood, religion, knowledge and technology, and social systems. The conclusion is that the lexiconmeaning of Banjarmasin and Nagara languages eflects their cultural characteristics as Banjarese which look liketheir ways of living along the river banks and swamp areas.
TRADISI PENGOBATAN BATIMUNG DALAM MASYARAKAT BANJAR DAN DAYAK MERATUS DI KALIMANTAN SELATAN Saefuddin; Sisva Maryadi
Naditira Widya Vol. 12 No. 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batimung dalam masyarakat Banjar dan Dayak Meratus lebih banyak dikenal untuk acara prosesi pernikahan dan sangat sedikit yang mengetahui bahwa batimung selain untuk kesehatan juga untuk pengobatan penyakit di antaranyapenyakit wisa (hepatitis). Oleh karena itu, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana tradisi pengobatanbatimung hidup dalam masyarakat Banjar dan Dayak Meratus. Tujuan penelitian ini akan menguraikan secara terperincikeberadaan batimung Banjar dan Dayak Meratus sebagai warisan tradisi nenek moyang yang telah sejak lama di Kalimantan Selatan yang berdampingan dengan budaya modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif ialah suatu metode untuk memperoleh informasi tentang tata cara pengobatan batimung dalammasyarakat Banjar. Hasil penelitian memberi gambaran tentang pengobatan batimung dalam masyarakat Banjar danDayak Meratus di Kalimantan Selatan. The healing tradition of Batimung in the communities of Banjar and Dayak Meratus is recognised as part of a wedding ceremony, but only few knows that this tradition is benefitted also to cure hepatitis. Thus, a research question arises regarding the continuous existence of batimung in the communities of Banjar and Dayak Meratus today. The objective of this research was to understand how batimung healing tradition coexist with modern culture. This was adescriptive-qualitative research which emphasised on observation and description on the procedure of batimung as ahealing therapy. Hence, the result provided a comprehensive information on batimung which has been practiced by the communities of Banjar and Dayak Meratus until today.
MODEL PENILAIAN KUANTITATIF BANGUNAN CAGAR BUDAYA KOTA SURAKARTA Andi Putranto; Dwi Pradnyawan
Naditira Widya Vol. 12 No. 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bangunan cagar budaya di Kota Surakarta merupakan peninggalan sejarah dari masa kolonial di Indonesia. Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bangunan-bangunan tersebut dapat dikategorikan sebagai Bangunan Cagar Budaya jika telah melalui proses pendaftaran atau register, penilaian hinggaditetapkan sesuai dengan peringkatnya. Penilaian cagar budaya khususnya dari jenis bangunan dilakukan dalam rangkapenyusunan rekomendasi untuk penetapan. Bentuk penilaian tersebut belum banyak diketahui mekanismenya. Penelitian ini melakukan cara penilaian dengan menggunakan metode analisis kuantitatif berjenjang dengan faktor pembobot. Proses perolehan hasil akhir dari penilaian dilakukan dengan menggunakan algoritma matematika, sehingga proses penilaian dapat terlihat dalam satu rangkaian proses yang berurutan dan sistematis. Hasil penilaian dengan model penilaian tersebutdigunakan untuk memperoleh nilai akhir bagi sebuah bangunan dalam bentuk kelas rekomendasi untuk penetapan bangunancagar budaya. Dalam penelitian ini diajukan empat kelas, yaitu kelas bangunan dengan tidak atau kurang direkomendasikan,kelas bangunan direkomendasikan dengan level cukup, kelas bangunan direkomendasikan dengan level kuat, dan kelas bangunan yang direkomendasikan dengan level mendesak. Keempat level ini berkaitan erat dengan skala prioritas dalamrangkaian kegiatan penetapan sebagai bangunan cagar budaya. Peneitian ini menghasilkan nilai yang bersifat kuantitatifdan terukur secara ilmiah dan memberikan dinamika positif dalam cara penilaian bangunan untuk penetapan cagarbudaya. Cultural heritage buildings in Surakarta are historical relics from Indonesian colonial period. The law number 11, year 2010 of the Republic of Indonesia concerning and cultural archaelogical preservation and management classifiesthese buildings as Cultural Heritage Building, after passing through multiple registration process. The assessment ofcultural heritage nomination, especially based on types of building, is carried out in the framework of preparing recommendations for its establishment. Unfortunately, the assesment mechanism has not been widely understood. Thisstudy carried out the evaluation using a tiered quantitative analysis method with a weighing factor. The process to obtainfinal assessment results is achieved by using a mathematical algorithm. The assessment process can be visually observed in sequential and systematic processes. By using this method, the assesment results a formula that can be used to obtainthe final value for a building which classified into several recommendations for the establishment of a cultural heritagebuilding. The study claims that at least here are four classes of recommendation levels; building classes with no or lessrecommended, recommended building classes with sufficient levels; recommended building classes with strong levels; andrecommended building classes with urgent levels. These four levels are closely related to a priority scale in a set of activitiesas a cultural heritage building. This research produces values that are quantitatively and scientifically measured and provides positive dynamics in the way of valuing buildings for the establishment of cultural heritage.
SITUS PULAU SIRANG: DATA BARU JEJAK PALEOLITIK DI KALIMANTAN Nia Marniati Etie Fajari; Jatmiko; Imam Hindarto; Eko Herwanto; Yuka Nurtanti Cahyaningtyas; Ulce Oktrivia
Naditira Widya Vol. 12 No. 1 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jejak budaya paleolitik di Kalimantan ditemukan di lembah Sungai Riam Kanan, yaitu di situs Awang Bangkal danRantau Balai. Data arkeologi yang ditemukan di situs-situs tersebut berupa kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, kerakal dipangkas, dan fragmen serpih. Debit air waduk Riam Kanan yang akhir-akhir ini mengalami penurunan secara signifikan memunculkan situs yang semula tenggelam, yang disebut Pulau Sirang. Fenomena ini memunculkan pertanyaanpertanyaanyang berkaitan dengan bentuk, sebaran, dan kronologi data arkeologi. Penelitian ini merupakan penelitian penyelamatan yang bertujuan untuk mengumpulkan, dan mendokumentasikan data arkeologi sebanyak mungkin denganrangkaian metode penelitian survei, ekskavasi, dan analisis. Kami laporkan hasil survei dan ekskavasi di Pulau Sirangberupa (dalam terminologi Movius) kapak perimbas, kapak penetak, proto pahat genggam, kapak genggam, serpih, serut,bilah, lancipan, fragmen serpih, perkutor, batu inti, dan tatal. Sebaran artefak batu tersebut terkonsentrasi di permukaan Pulau Sirang utama, dan beberapa ditemukan di pulau-pulau lain di sekitarnya. Palaeolithic sites in Kalimantan are located in the Riam Kanan Valley at the Awang Bangkal and Rantau Balai sites. Lithics include pebble tools, hand-axes, flakes and debitage. Power plant construction has recently lowered the level of the Riam Kanan reservoir, revealing a formerly submerged site with surface lithics called Pulau Sirang. This phenomenonraises questions on the morphology of lithics, and their distribution and chronology. The present investigation is a rescueresearch which aims to collect and record as many archaeological data as possible by a sequence of method comprisingsurvey, excavation, and analysis. We report on archaeological survey and excavation at Pulau Sirang, a site which hasyielded (in Movius terminology) a range of choppers, chopping tools, proto-hand-adzes, hand-axes, flakes, scrapers,blades, points, flake shatter, awls, cores, and debitage. The distribution of these lithics is concentrated on the surface of themain Pulau Sirang, and some are also found on other small emergent islands around it.
PEMUKIMAN MASYARAKAT NGAJU DI HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI KAHAYAN DARI ABAD KE-4 HINGGA KE-19 MASEHI Sunarningsih
Naditira Widya Vol. 12 No. 1 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan sungai bagi masyarakat yang tinggal di pedalaman sama pentingnya dengan keberadaan pantai bagi masyarakat pesisir. Salah satu masyarakat yang kehidupannya berkaitan dengan sungai adalah Ngaju, yang bertempattinggal di Sungai Barito, Sungai Kapuas, dan Sungai Kahayan. Penelitian ini akan membahas kehidupan masyarakat Ngajuyang tinggal di tepian Sungai Kahayan dan anak sungainya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaranperubahan kehidupan mereka di bagian hulu Sungai Kahayan, dari abad ke-4 Masehi hingga abad ke-19 Masehi. Tulisanini bersifat deskriptif dengan penalaran induktif, dan menggunakan teori revolusi urban. Data arkeologi dan etnografimencerminkan perkembang luasan dan lokasi pemukiman yang berada pada tataran kedua revolusi urban. The presence of rivers for people living in the interior is as important as the presence of beaches for coastal communities. The Ngaju live along the Barito, Kapuas, and Kahayan rivers. This study discusses the life of Ngaju people on the banks of the Kahayan River and its tributaries, with the objective to understand the development of living from the 4th to 19thcenturies AD. This investigation uses descriptive-inductive approach which based on a theory of urban revolution.This data are from archaeology and ethnography, and reflect developments in settlement size and location which correspond to the second stage of an urban revolution.
PERAN PEMUKIMAN PADA ABAD KE-14 HINGGA ABAD KE-20 MASEHI PADA DAS PAWAN, KALIMANTAN BARAT DENGAN PENERAPAN MODEL DENDRITIK Ida Bagus Putu Prajna Yogi
Naditira Widya Vol. 12 No. 1 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemukiman pada Daerah Aliran Sungai Pawan tumbuh dan berkembang di sepanjang aliran sungai, tumbuh danberkembang dari hulu hingga hilir sungai. Pemukiman ini dibangun pada beberapa tataran, dari yang sederhana sampaikompleks, dan bahkan ada yang berkembang menjadi skala urban. Permasalahan yang muncul berdasarkan perbedaan skala pemukiman tersebut adalah bagaimana peran pemukiman DAS Pawan sekitar 100-700 tahun yang lalu. Penelitian ini menggunakan penalaran deduktif dengan data kualitatif, dan lebih jauh menerapkan teori dendritik sebagai model untuk mengetahui peran pemukiman pada DAS Pawan. Dapat disimpulkan bahwa teori dendritik berlaku pada pemukiman DAS Pawan, dan menunjukkan bahwa setiap pemukiman memiliki peran dalam sistem pertukaran barang dan politik. Ancient settlements in the Pawan River Basin of West Kalimantan grew and flourished along the river banks, progressing from upstream to downstream. These settlements were constructed on several scales, from simple to complex, and even sometimes on an urban scale. Based on such variety of settlement scale arises a question regarding the role of settlements in the Pawan River Basin approximately 0.1-0.7 kya. This study uses deductive reasoning with qualitative data, and further applies a dendritic theory to the roles of the settlements in the Pawan watershed, dating from the 14th centuryonwards. It can be concluded that the dendritic theory applies to the Pawan DAS settlement, and shows that each settlementhas a role in the system of exchange of goods and politics.
ELEMEN PENTING DALAM LOGIKA PENELITIAN ARKEOLOGI KEBINEKAAN wasita
Naditira Widya Vol. 12 No. 1 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang operasional penelitian arkeologi dengan perspektif kebinekaan. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan deskriptif-analitis. Deskripsi untuk menggambarkan langkah-langkah penelitian dan pengumpulan data, sedangkan analisis untuk mengetahuilogika pemikiran dan operasional penelitian keragaman. Hasilnya, penelitian arkeologi dengan perspektif kebinekaan harusdilaksanakan berdasarkan variabel penelitian kebinekaan yang berbobot, dan dilakukan terhadap lebih dari satu situs yang mengandung temuan keragaman, yang berasal dari kronologi yang setara, serta terdapat relasi di antaranya. Oleh karena penelitian kebinekaan didasarkan pada rancangan induk dan program prioritas pemerintah di bidang kebudayaan, maka hasilnya ditujukan untuk dapat diimplementasikan dalam kehidupan sosial dan berbangsa masa sekarang. This study focuses on establishing an archaeological research protocol which based on a perspective of diversity. The method used in this investigation was descriptive-analytical approach. Such descriptive approach was applied to illustrate the research steps and data collection, whereas analytical method might suggest the logic of thinking and research operational in a perspective of diversity. As a result, archaeological research with a diversity perspective should be conducted by valid variables of diversity perspective research, and performed on multiple sites containing diversity findings, originating from equivalent chronology, and existing relationships among them. Since diversity research was proposed based on the master plan and government priority programs of culture, the results are intended to be implemented in the social life and nation of the present.
SUMBER DAYA ARKEOLOGI KUTAI KARTANEGARA: Keragaman Budaya sebagai Identitas Budaya dan Daya Tarik Wisata Ni Komang Ayu Astiti
Naditira Widya Vol. 12 No. 1 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki warisan budaya dan keragaman budaya yang masih ada relevansinya sekarang. Bagaimana menjadikan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat dapat dikemas sebagai identitas sekaligus sebagai daya tarik wisata? Penelitian ini membahas pengemasan keragaman sumberdaya arkeologi Kutai Kartanegara untuk dapat digunakan oleh komunitas yang lebih luas sehingga dapat menjadi identitas budaya dan daya tarik wisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif-deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya arkeologi di Kutai Kartanegara mengandung nilai simbolis dan estetika yang masih relevan dengan populasisaat ini. Peningkatan pemahaman publik tentang nilai keanekaragaman budaya yang ditemukan dalam sumber arkeologiadalah masalah penting dalam identitas budaya. Dengan demikian, mensinergikan sumber daya dan komponen pariwisatalainnya yang melekat pada sumber daya arkeologi Kutai Kartanegara adalah tujuan yang penting. Kutai Kartanegara Regency has a cultural heritage and cultural diversity that still have relevance today. How can we relate this heritage and diversity to the needs of modern tourism? This study discusses the diversity of archaeological resources in Kutai Kartanegara so that they can be used by the wider community for purposes of cultural identity and touristattraction. The method used in this research is qualitative-descriptive approach. Research results suggest the archaeological resources in Kutai Kartanegara carry symbolic and aesthetic values that are still relevant to the current population.Increased public understanding of the value of cultural diversity found in archaeological resources is an important issue in cultural identity. Thus, synergizing the resources and other tourism components inherent in the archaeological resources of Kutai Kartanegara is an important goal

Page 7 of 16 | Total Record : 153