cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 374 Documents
Pemetaan Multi Rawan Bencana di Kabupaten Semarang Mulyadi Alwi; Adita Wahyu Ning Maharti; Annisa Rakhmadini; Didik Prastiyawan; Mega Rakhmatika; Natasya Michelle Adalya; Yofi Sabilia Rosyida; Dyah Rahmawati Hizbaron
Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.68048

Abstract

Abstrak Kabupaten Semarang merupakan wilayah yang berpotensi mengalami bencana alam seperti tanah longsor, kekeringan dan banjir. Fenomena tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor seperti letak wilayah, karakteristik wilayah, dan aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran spasial wilayah yang rawan terhadap bencana longsor, kekeringan, dan banjir di Kabupaten Semarang secara sekaligus. Hasil berupa peta rawan bencana longsor, kekeringan, dan banjir diperoleh melalui hasil pemberian kelas dan pembobotan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) serta pohon kriteria menggunakan Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE) yang kemudian dilakukan tumpang tindih untuk menghasilkan peta multi rawan bencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerawanan bencana Kabupaten Semarang didominasi oleh kategori agak rawan, diikuti secara berturut-turut oleh kelas aman dan kelas rawan. Diketahui bahwa sebagian besar pegunungan struktural merupakan daerah yang agak rawan dan sebagian lainnya termasuk rawan, sedangkan lereng kaki merupakan bentuklahan yang dikategorikan paling aman. Dominasi kategori agak rawan tersebut memerlukan adanya mitigasi sebagai upaya mengurangi risiko bencana. Abstract Semarang Regency is an area that is prone to natural disasters such as landslides, droughts and floods. These phenomenons occur due to various factors such as its geographical locations, the characteristics of the area, and human activities. This research aims to identify the spatial distribution of areas prone to landslides, droughts, and floods in Semarang Regency, combined. The outputs of disaster prone map of landslides, droughts, and floods are generated by the classification and weighting using the Analytic Hierarchy Process (AHP) also processed with a criteria tree using Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE) ) which then overlaid to produce a multi-disaster prone map. The results showed that the level of disaster susceptibility in Semarang Regency was dominated by the less susceptible category, followed by the safe then susceptible category, respectively. Most of the structural mountains are less susceptible areas and some are classified as susceptible, while the slopes of the foot are the most secure landforms. The dominance of less susceptible categories requires mitigation as an effort to reduce disaster risk. 
Tipologi alamat di perkotaan dan perdesaan Indonesia dalam proses standardisasi pengalamatan. Heri Sutanta; Ni Putu Praja Chintya; Dedi Atunggal; Diyono Diyono; M. Fakhruddin Mustofa; Suprajaka Siswosudarma
Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.68348

Abstract

Abstrak Alamat merupakan salah satu komponen wajib pada identitas penduduk dan dokumen legal-formal lain yang digunakan dalam berbagai kepentingan serta kegiatan sehari-hari. Dalam dunia nyata terdapat variasi penulisan alamat. Variasi penulisan alamat ini memiliki elemen yang terkait aspek lokalitas wilayah maupun yang terkait dengan ketiadaan standar pengalamatan. Variasi penulisan alamat diinventarisasi melalui survei lapangan dan survei secara daring. Survei dilakukan di wilayah perdesaan dan perkotaan untuk dapat memotret berbagai tipe penulisan alamat. Tipologi penulisan alamat tersebut kemudian diklasifikasikan berdasar dua model. Berdasarkan fungsinya, ada alamat yang digunakan untuk kepentingan legal-formal dan alamat yang digunakan untuk penunjuk atau penanda lokasi. Berdasarkan karakteristik wilayahnya terdapat tipologi alamat perdesaan dan alamat perkotaan. Di model alamat perdesaan terdapat 18 komponen sedangkan di model alamat perkotaan terdapat 16 komponen. Selanjutnya, berdasarkan tipologi alamat yang diperoleh dan kebutuhan alamat dalam kegiatan legal-formal ditetapkan sifat kewajiban setiap komponen alamat. Tiga sifat yang ditetapkan meliputi wajib (W), bersyarat (B), dan opsional (O). Hasil penetapan ini selaras dengan RSNI2 tentang Pengalamatan di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan di Indonesia.Abstract Address is one of the mandatory components of resident identity and other legal-formal documents used in various interests and daily activities. In the real world, there are variations of writing addresses. This variation of address writing has elements related to regional locality aspects and those associated with the absence of addressing standards. Address writing variations were inventoried through field surveys and online surveys. The survey was conducted in rural and urban areas to portray various types of address writing. The typology of address writing is then classified based on two models. Based on its function, there are addresses used for legal-formal purposes and addresses used for pointers or location markers. Based on the characteristics of the region, there are typologies of rural addresses and urban addresses. In the rural address model, there are 18 components, while in the urban address model, there are 16 components. Furthermore, based on the typology of addresses obtained and the need for addresses in legal-formal activities, the nature of the obligations of each component of the address is determined. The three defined properties include mandatory (W), conditional (K), and optional (O). The results of this determination are in line with the RSNI2 concerning Addressing in Rural and Urban Areas in Indonesia.
Kajian metode deterministik untuk zonasi kerawanan gerakan tanah di Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur Erik Febriarta; Denni Susanto; Aditya Pandu Wicaksono; Ajeng Larasati
Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.71839

Abstract

Abstrak Karakteristik morfologi berbukit dengan kemiringan lereng curam berpotensi atau rawan membentuk kejadian longsor (gerakan tanah). Tujuan kajian ini adalah menentukan zona kerawanan gerakan tanah dengan pendekatan spasial deterministik, yakni analisis sifat faktor kelerengan menggunakan parameter kemiringan lereng, jenis batuan, ketebalan pelapukan batuan, struktur geologi (jarak terhadap sesar), sifat geoteknik (ukuran butir), dan kegempaan regional. Selain pengukuran di lapangan, data berikut juga diperoleh dari data sekunder, yakni kemiringan lereng (konversi digital elevation model), jenis batuan, ketebalan pelapukan, dan sifat geoteknik (Pusat Survei Geologi), serta kedalaman air tanah (BAPPEDA). Struktur geologi diperoleh dari Pusat Survei Geologi dan analisis jarak menggunakan sistem informasi geografis, sedangkan intensitas hujan dari BMKG dan nilai kegempaan dari BMKG dan Badan Geologi. Berdasarkan hasil analisis, daerah kajian (43,3 km2) memiliki empat zona kerawanan gerakan tanah, yakni sangat rendah (34,73%), rendah (20,98%), sedang (26,78%), dan tinggi (17,51%). Secara umum, Labuhan Bajo memiliki kerawanan gerakan tanah yang sangat rendah (34,73%). Abstract Hilly morphology with steep slopes is a factor of susceptibility to landslides (mass movements). The study was designed to determine mass movement susceptibility zones using a deterministic spatial approach by analyzing slope factors, namely slope gradient, rock type, rock weathering depth, geological structure (distance to fault), geotechnical properties (grain size), and regional seismicity. Aside from measurements in the field, these parameters were also measured from secondary data: slope gradient (conversion of digital elevation model), rock type, weathering type, geotechnical properties (PSG), and groundwater depth (BAPPEDA). In addition, geological structures were obtained from PSG and geographic information systems (distance analysis), rainfall intensity was from BMKG, and seismicity values were from BMKG and the Geological Agency. Based on the analysis results, the study area (43.3 km2) had four susceptibility zones: very low (34.73%), low (20.98%), medium (26.78%), and high (17.51%). In general, Labuan Bajo had a very low susceptibility to mass movements. 
Determinan Tingkat Konsumsi Gizi Makro Rumah Tangga di Provinsi Riau: Kajian Demografi dan Spasial Prima Budiraharti; Rika Harini; Sudrajat Sudrajat
Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.56011

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji determinan tingkat konsumsi gizi makro (TKGM) rumah tangga di Provinsi Riau tahun 2018 dari aspek demografi, sosial, dan ekonomi. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensia dengan menggunakan regresi logistik biner. Data yang digunakan adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2018 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein pada tahun 2018 sudah memenuhi AKG yang dianjurkan, sedangkan tingkat konsumsi lemak dan karbohidrat masih di bawah AKG yang dianjurkan Determinan TKGM rumah tangga di Provinsi Riau adalah wilayah tempat tinggal, jumlah ART, status kawin KRT, umur KRT, jenis kelamin KRT, pendidikan KRT, lapangan usaha pekerjaan utama KRT, pendapatan, dan rata-rata pengeluaran makanan rumah tangga.  Abstract This study aims to examine the determinants of household macro nutrient consumption levels in Riau Province in 2018 from demographic, social, and economic aspects. The method used is descriptive analysis and inference by using binary logistic regression. The data used is data from the 2018 National Socio-Economic Survey (Susenas) conducted by the Statistics Indonesia. The results showed that the level of protein consumption in 2018 had met the Recommended Dietary Allowance (RDA), while the level of fat and carbohydrate consumption was still below the RDA Determinants of household macro nutrient consumption levels in Riau Province were the area of residence, number of household members, household marital status, age of the household head, sex of the household head, education of the head of household, main business field of household head, income, and average household food expenditure.
Distribusi dan Karakteristik Pemuda NEET di Indonesia (Analisis Data Sakernas 2018) Nindya Riana Sari; Sukamdi Sukamdi; Abdur Rofi
Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.59391

Abstract

Abstrak Dalam tujuan kedelapan SDGs tertuang indikator dengan target pemuda, salah satunya mengurangi proporsi pemuda yang Not in Education, Employment, or Training (NEET). Indikator NEET menjadi salah satu ukuran untuk mengukur tenaga kerja yang tidak produktif di kalangan pemuda. Diantara negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia menempati posisi pertama negara dengan persentase NEET-nya tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pemuda yang berstatus NEET dan sebarannya menurut provinsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif menggunakan data sekunder. Lebih jauh, data yang digunakan adalah Sakernas 2018. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa 24,07 persen pemuda berstatus NEET. Pemuda yang termasuk dalam NEET didominasi oleh pemuda perempuan, berpendidikan SMA/sederajat, bukan penyandang disabilitas, serta tinggal pada rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi yang cenderung rendah. Oleh karena itu, sebagai upaya mewujudkan target SDGs, berbagai program yang dibuat hendaknya harus didasarkan pada karakteristik pemuda di setiap wilayah Indonesia. Abstract In the SDGs' eighth goal, there are indicators targeting youth, one of which is to reduce the proportion of youth who are not in Education, Employment, or Training (NEET). NEET indicator is one measure to measure unproductive workforce among youth. Among other ASEAN countries, Indonesia ranks first with the highest NEET percentage. This study aims to determine the characteristics of young people with NEET status and distribution by province. This study uses a quantitative approach with descriptive methods using secondary data. The data used is Sakernas 2018. Based on data processing, it shows that 24.07 percent of youth are NEET. Youth who are included in NEET are dominated by the youth who are on average 23 years old, female, high school educated, are not disabled, living in households with socioeconomic conditions that tend to below. Therefore, to realize the SDGs target, various programs made should be based on the characteristics of youth in each region of Indonesia.
Pemetaan mobilitas penduduk di kawasan pinggiran Kota Bandung Lili Somantri
Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.70636

Abstract

Abstrak   Tingginya mobilitas penduduk dari kawasan pinggiran ke pusat kota menimbukan beberapa dampak negatif yakni kepadatan penduduk, kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan lain-lain Upaya penanggulangan mobilitas dapat dilakukan dengan perencanaan dan pembangunan kawasan pinggiran. Sebagai langkah awal perencanaan, pemetaan tingkat dan pola mobilitas penduduk perlu dilakukan agar penanganan yang diberikan menjadi tepat sasaran Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara.. Analisis spasial untuk memetakan data dilakukan dengan bantuan analisis SIG menggunakan teknik overlay. Hasil penelitian pada 7 titik pengamatan pada periodik waktu 06.00 – 18.00 menunjukan bahwa arus masuk ke Kota Bandung jauh lebih 13% besar dibanding arus keluar terutama pada hari kerja dengan total 35.896 kendaraan. Hal tersebut menunjukan bahwa ada ketergantungan wilayah pinggiran terhadap kota Bandung terutama yang berkaitan dengan pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian pola penanggulangan mobilitas ialah membangun sarana dan prasarana sosial, ekonomi, dan pendidikan serta kesehatan pada wilayah pinggiran  Abstract The high mobility of the population from the suburbs to the city center causes several negative impacts, namely population density, traffic congestion, air pollution, etc. Efforts to overcome mobility can be carried out by planning and developing suburban areas. As a first step in planning, mapping the level and pattern of population mobility needs to be done so that the treatment provided is right on target. This research uses a quantitative descriptive approach with observation and interview data collection techniques. Spatial analysis to map the data is carried out with the help of GIS analysis using overlay techniques. The results of the study at 7 observation points at a periodic time of 06.00 - 18.00 showed that the inflow to the city of Bandung was 13% larger than the outflow, especially on weekdays with a total of 35,896 vehicles. This shows that there is a dependence of suburban areas on the city of Bandung, especially those related to work, education, and so on. Thus, the pattern of overcoming mobility is to build social, economic, educational and health facilities and infrastructure in the periphery.  
Karakterisasi Longsor untuk Analisis Kerawanan Bencana Longsor di Baturturu, Kabupaten Gunungkidul Aditya Pandu Wicaksono; Mohammad Abdul Khafid
Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.71857

Abstract

Abstrak Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah dengan intensitas bencana longsor cukup tinggi. Bencana longsor terjadi di Dusun Baturturu, Kabupaten Gunungkidul dipengaruhi oleh tingginya intensitas curah hujan yang berdampak pada kerugian material. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik, kerawanan longsor, dan kestabilan lereng sebagai upaya mitigasi bencana untuk meminimalkan risiko bencana. Penelitian ini menggunakan metode pemodelan spasial kuantitatif berjenjang untuk pengharkatan kerawasan longsor dengan pengambilan sampel menggunakan kaidah purposive sampling. Analisis laboratorium juga digunakan sebagai data analisis kestabilan lereng dengan metode janbu dan fellenius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe longsor daerah penelitian yaitu Rotational Slide.. Daerah penelitian memiliki 3 kelas kerawanan longsor yaitu rendah (skor 17), sedang (skor 19-22), dan tinggi (skor 24-25). Sedangkan hasil analisis kestabilan lereng pada daerah dengan kerawanan tinggi berada pada level kritis atau potensial untuk terjadi longsor dengan FK= 0,546 dengan metode Janbu. Sedangkan metode fellenius di dapatkan hasil masing-masing sebesar 1,821, 1,292, dan 1,768 (level stabil) yang artinnya kondisi lereng tersebut masih tergolong aman dari potensi pergerakan tanah. Abstract Gunungkidul regency is an area with a high landslide intensity. Landslide disaster occurred in Baturturu Hamlet, Gunungkidul Regency affected by the high intensity of rainfall that impacted material losses. The purpose of this study is to find out the characteristics, level of landslide insecurity, and slope stability as a disaster mitigation effort to minimize disaster risk. This study used a tiered quantitative spatial modeling method for the assessment of landslide insights by sampling using purposive sampling rules. Laboratory analysis is also used as slope stability analysis data by janbu and fellenius methods. The results showed that the type of landslide of the research area is a rotational landslide. The research area has 3 classes of landslide insecurity, namely low (score 17), moderate (score 19-22), and high (score 24-25). Meanwhile, the results of the slope stability analysis in areas with high vulnerability are at a critical level or the potential for landslides to occur with FK = 0.546 with the Janbu method. Meanwhile, the fellenius method obtained results of 1,821, 1,292, and 1,768 (stable levels) respectively, which means that the condition of the slopes is still relatively safe from potential soil movement. 
Analisis Geospasial Kasus Stunting menggunakan Artificial Neural Network (ANN) di Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu-Lampung Mochamad Firman Ghazali; Araneta Aqzela; Christas Gracia; Raudya Santy Febriningtyas; Dewi Wijayanti
Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.70474

Abstract

Abstrak.Tingginya prevalensi stunting dipicu oleh kurangnya kualitas hidup balita di awal pertumbuhannya. Hal ini dapat berpengaruh pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia dari banyak generasi penerus bangsa. Kajian stunting secara spasial menggunakan artificial neural network (ANN) bertujuan untuk mengetahui pola spasial dan prediksi tingkat kerawanan di wilayah lain di sekitarnya. Analisis dilakukan berdasarkan kondisi sosial-ekonomi dan budaya dari orang tua balita penderita stunting yang diperoleh dari wawancara, diolah dengan inverse distance weighted (IDW) dan diintegrasikan dengan hasil olah citra satelit Landsat 8 OLI-TIRS, berupa percent building density (PBD), land surface temperature (LST), normalized difference water index (NDWI), soil adjusted vegetation index (SAVI), dan normalized difference built-up index (NDBI). Model ANN dijalankan dengan metode back propagation, variasi jumlah hidden layer sebanyak 3, 5, dan 7, dengan variasi input prediksi mampu menghasilkan variasi distribusi stunting dan tingkat akurasinya. Berdasarkan nilai root mean square error (RMSE), bertambahnya jumlah hidden layer dan variasi input prediksi berkontribusi untuk menghasilkan akurasi hasil prediksi lebih baik, yakni 68%-93%. Secara spasial, keduanya secara langsung menjelaskan juga perubahan distribusi pola spasial kerawanan stunting di keseluruhan wilayah studi.   Abstract. Lower toddler's life quality triggers the high prevalence of stunting at the beginning of their growth. This factor can affect many future generations' low quality of human resources. Studying stunting spatially using an artificial neural network (ANN) aims to determine the spatial pattern and predict the level of vulnerability in other surrounding areas. The analysis was carried out based on the socio-economic and cultural conditions of parents of children with stunting obtained from interviews, processed by inverse distance weighted (IDW) and integrated with the results of Landsat 8 OLI-TIRS satellite imagery, in the form of percent building density (PBD), land surface temperature (LST), normalized difference water index (NDWI), soil adjusted vegetation index (SAVI), and normalized difference built-up index (NDBI). The ANN model is run using the back propagation method, with variations in the number of hidden layers as many as 3, 5, and 7, with variations in predictive input capable of producing variations in the stunting distribution and the level of accuracy. Based on the value of the root mean square error (RMSE), the increasing number of hidden layers and variations in input predictions contribute to producing better prediction accuracy, which is 68%-93%. Spatially, both directly explain the changes in the distribution of the spatial pattern of stunting susceptibility in the entire study area. 
Pemaknaan tempat bagi konsumen pada restoran di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan Hanna Maulani Fauziah; Maria Hedwig Dewi Susilowati; Guswandi Guswandi; Hayuning Anggrahita
Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.73243

Abstract

Abstrak Jalan Cipete Raya merupakan jalan yang menjadi pusat kegiatan usaha khususnya di bidang kuliner. Terdapat jumlah restoran yang banyak dan beragam yang dikategorikan berdasarkan jenis makanannya menjadi restoran Indonesia, restoran Asia, dan restoran Barat. Masing-masing jenis restoran memiliki pengaturan spasial yang unik yang tercermin dalam karakteristik tempat. Keragaman pengaturan spasial restoran tersebut akan menarik konsumen dengan karakteristik yang juga berbeda dan mendorong adanya pemaknaan tempat terhadap masing-masing jenis restoran. Berdasarkan hal tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pemaknaan tempat pada restoran, yang memiliki pengaturan spasial dengan keunikan tertentu yang tercermin dalam karakteristik tempat, oleh konsumen yang memiliki karakteristik konsumen yang berbeda-beda. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan geografi humanistik. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan yang berjumlah 23 orang dan didapatkan dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan karakteristik tempat dan karakteristik konsumen pada setiap jenis restoran yang mengakibatkan perbedaan pemaknaan tempat restoran. Restoran di Jalan Cipete Raya memiliki pemaknaan tempat secara fungsional, sosial budaya, emosional, dan romantisme daerah. Abstract Jalan Cipete Raya is a street that is the center of business activities, especially in the culinary field. Many varied restaurants are categorized based on food: Indonesian restaurants, Asian restaurants, and Western restaurants. Each type of restaurant has a unique spatial setting which is reflected in the place characteristic. The diversity of the restaurant’s spatial setting will attract consumers with different characteristics and create a place meaning for each restaurant.  Based on the background mentioned previously, this study aimed to examine the restaurant’s place meaning, which has a unique spatial setting reflected in the place characteristics by consumers with different consumer characteristics. This research is qualitative with a humanistic geography approach. In-depth interviews were conducted with 23 informants and obtained by purposive sampling technique. The results showed differences in spatial setting and the consumers’ characteristics in each restaurant, resulting in different restaurant's place meanings. The restaurant on Jalan Cipete Raya has a place meaning including functional, socio-cultural, emotional, and hometown romance meaning.
Pemanfaatan google earth engine untuk pemantauan lahan agroforestri dalam skema perhutanan sosial Ahmad Rizaldi; Arief Darmawan; Hari Kaskoyo; Agus Setiawan
Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.73923

Abstract

Abstrak. Strategi pengelolaan hutan secara agroforestri dalam skema Perhutanan Sosial (PS)  perlu dipantau menggunakan  teknologi penginderaan jauh. Teknologi analisis citra penginderaan jauh dan teknologi informasi saat ini telah berkembang ke dalam penggunaan cloud computing dan Big Data seperti platform Google Earth Engine (GEE) yang membuat perolehan data turunan citra satelit seperti tutupan lahan menjadi sangat cepat. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis citra satelit multiwaktu menggunakan platform GEE dengan algoritma Random Forest (RF) dan Classification and Regression Trees (CART) dalam konteks pemantauan program perhutanan sosial. Hasil uji penilaian akurasi klasifikasi menunjukkan bahwa algoritma RF memiliki hasil akurasi lebih baik dengan nilai overall accuracy sebesar 94,64% dan kappa accuracy sebesar 92,23% dibandingkan dengan algoritma CART yang mendapatkan nilai overall accuracy sebesar 89,77% dan nilai kappa accuracy sebesar 85,54%. Penggunaan platform google earth engine untuk pemantauan skema PS terbukti berhasil di beberapa daerah dalam penerapan mitigasi peningkatan deforestasi dan degradasi hutan.  Abstract. Agroforestry forest management needs to be carried out and monitored using remote sensing technology. The latest development related to remote sensing technology today is using cloud computing and Big Data such as the Google Earth Engine (GEE), which makes the acquisition of derived data from satellite imagery such as land cover very quickly. This paper aims to analyze multi-time satellite imagery using GEE with Random Forest (RF) and Classification and Regression Trees (CART) algorithms. The results show that the RF algorithm has better classification accuracy with an overall accuracy value of 94.64% and kappa accuracy of 92.23% compared to the CART algorithm which gets an overall accuracy value of 89.77% and kappa accuracy value of 85.54%. The use of GEE platform for monitoring PS schemes has proven successful in several areas in implementing mitigation of increased deforestation and forest degradation.  

Filter by Year

1988 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) More Issue