cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 02161192     EISSN : 25414054     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (J.Pascapanen) memuat artikel primer yang bersumber dari hasil penelitian pascapanen pertanian. Jurnal ini diterbitkan secara periodik dua kali dalam setahun oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian" : 7 Documents clear
Pemanfaatan Kultur Pediococcus Acidilactici F-11 Penghasil Bakteriosin sebagai Penggumpal pada Pembuatan Tahu Eni Harmayani; Endang S. Rahayu; Titiek F. Djaafar; Citra Argaka Sari; Tri Marwati
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.10-20

Abstract

Tahu merupakan hasil penggumpalan protein kedelai oleh whey yang terfermentasi spontan (kecutan).  Permasalahan yang dihadapi pengrajin tahu yaitu munculnya flavor asam pada tahu yang dihasilkan dari penggumpal tipe asam, sehingga perlu alternatif bahan penggumpal. Penelitian ini bertujuan untuk  (i) mengetahui pertumbuhan P. acidilactici F-11 dan produksi bakteriosin dalam whey tahu,  (ii) mempelajari pemanfaatan kultur P. acidilactici F-11 sebagai penggumpal pada pembuatan tahu dan (iii) mengetahui kualitas mikrobiologis dan organoleptik tahu selama penyimpanan pada suhu 4oC. Penelitian terdiri dari 3  tahap.  Pertama,  pertumbuhan P. acidilactici F-11  dan produksi bakteriosin. Kedua, pemanfaatan kultur sebagai penggumpal tahu. Ketiga, uji kualitas mikrobiologi (total bakteri) dan organoleptik (tekstur, pH, warna, flavor, dan kenampakan)  tahu selama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P. acidilactici F-11 tumbuh lebih baik dalam whey dengan penambahan 1% sukrosa, pada suhu 37oC, namun tidak sebaik dalam media TGE cair. Aktivitas bakteriosin dapat dideteksi dengan adanya zona jernih yang jelas pada media TGE agar dan perpanjangan fase lag bakteri indikator, P. acidilactici LB-42.  Total bakteri awal pada tahu antara 3,9.105 - 9,1.105 CFU/g. Selama penyimpanan, total bakteri pada tahu kontrol meningkat sebesar 2 log cycle, sedangkan tahu dengan kultur P. acidilactici F-11 hasil fermentasi suhu 37oC dan suhu kamar meningkat sebesar 1,5 dan 1 log cycle. Tahu yang dihasilkan dari kultur P. acidilactici F-11 sebagai penggumpal memiliki tekstur lebih lunak dan kompak serta flavor tidak asam dibanding tahu kontrol.Tahu dengan kultur P. acidilactici F-11 hasil fermentasi pada suhu kamar memiliki kualitas organoleptik sama dengan tahu dengan kultur P. acidilactici F-11 hasil fermentasi pada suhu 37oC. Utilization of bacteriocin producer culture Pediococcus acidilactici F11 as coagulant in tofu processingTofu is a food product made from soy protein coagulated with spontaneously fermented whey. One of problem in tofu processing is the presence of acid flavor of tofu due to the use of acid coagulant type the coagulant alternative become urgently required. The purposes of this research were (i) to study the growth and bacteriocin production of P acidilactici F-11 in tofu whey, (ii) to study the utilization of P. acidilactici F-11 culture as coagulant in tofu production, and (iii) to investigate microbiological and sensory quality of tofu coagulated with the culture during storage at 4°C. The reseach was conducted in three steps including: production of bacteriocin from P acidilactici F11, utilization of P. acidilactici F-11 culture as coagulant on tofu production, and total bacteria and sensory analysis of tofu during storage. The result showed that the growth of P. acidilactici F-11 in whey with addition 1 % sucrose at 37°C was better than that without sucrose but not as good as the growth in TGE broth. Bacteriocin activity was detected by appearance of clear zone on TGE agar and prolonged lag phase of indicator bacteria, P. acidilactici LB-42. The initial bacterial count on tofu was 3.9xI0' - 9.1xlO'CFU/g. During storage, bacterial count of control increased by 2 log cycle, whereas tofu coagulated with P. acldilactici F-11 culture at 3rC and room temperature increased by 1.5 and 1 log cycle, respectively. Tofu coagulated with P. acidilactici F-11 culture had smoother and more compact texture and less sour than control. The sensory quality of tofu coagulated with P. acidilactici F-11 culture at room temperature was similar to tofu coagulated with P. acidilactici F-11 culture a t 37°C.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Hewan Uji nFN Hernani; Christina Winarti; Tri Marwati
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.54-61

Abstract

Daun belimbing wuluh secara tradisional dimanfaatkan untuk mengobati sakit perut, encok dan demam, sedangkan buahnya untuk gejala darah tinggi. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kasar dan ekstrak yang telah dimurnikan dari daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada hewan uji kucing. Metode penelitian dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu pengolahan bahan baku, pembuatan ekstrak, pemurnian ekstrak dan uji anti hipertensi terhadap hewan uji kucing. Pembuatan ekstrak kasar dilakukan secara maserasi dengan perlakuan ukuran partikel daun belimbing wuluh (40, 50 dan 60 mesh) terhadap rendemen yang dihasilkan. Untuk pemurnian ekstrak kasar menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut heksan 80 %. Uji aktivitas antihipertensi terhadap hewan uji kucing dengan metode berdarah. Hasil pernbuatan ekstrak kasar rnenunjukkan bahwa rendemen ekstrak yang tertinggi dari ukuran partikel 50 mesh, yaitu 16,17%. Rendemen ekstrak hasil pemurnian adalah 70,5%. Uji anti hipertensi terhadap hewan uji menunjukkan bahwa ekstrak yang telah dimurnikan ternyata mempunyai efek penurunaan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan ekstrak kasar. Untuk durasi penurunan tekanan darah, ekstrak yang telah dimurnikan mempunyai waktu lebih lama dibandingkan ekstrak kasar. Ekstrak daun belimbing wuluh yang telah dimurnikan mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai obat antihipertensi; karena obat yang dikembangkan dari bahan alam dinilai cukup aman bila dibandingkan obat antihipertensi sintetik yang mempunyai efek samping yang tidak diinginkan. Effect Of Bilimbi Leaf Extracts On Decrease Blood PressureTraditionally, the leaves of bilirnbi has been used for stomach ache, rheumatism and fever, while the fruits used for blood pressure symptom. The aim of the research was to find out the effect of crude and purified extracts of bilimbi leaves on animal testing (cat) blood pressure. The method of research was divided in to several stages, such as processing of raw material, extract preparation, extracts purification and anti hypertension tested with animal. Extraction was done by maceration with treatment of particle size of bilimbi leaves (40, 50 and 60 mesh) to the yield of extract. Extract purification used extraction method using 80% hexane as a solvent. Anti hypertension testing used blood methods and cat as tested animal. The result showed that the highest yield of extract gave from 50 mesh particle size (16.17%). Then, the higher yield of purified extract was found 70.5%. Anti hypertension testing indicated that pure extract was higher than crude extract in decreasing of cat blood pressure. The duration of blood pressure decreasing was found longer in pure extract than crude extract. Purified extract of bilimbi leaf has a potential for antihypertensive medicine because medicine which is developed from natural product should be safely compared with synthetic antihypertensive drugs.
Proses Pemekatan Jus Jeruk Siam (Citrus nobilis L. Var Microcarpa) dengan Reverse Osmosis Erliza Noor; Adetiya Rachman; nFN Setyadjit; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.21-26

Abstract

Jus jeruk hasil pemekatan dengan mikrofiltrasi masih mengandung total padatan terlarut yang rendah yaitu 6,8 oBrix. Tingkat kepekatan jus ini masih perlu ditingkatkan untuk mendapatkan konsentrat jus dengan cara mengurangi kandungan air dalam jus. Pada penelitian ini proses pemekatan dilakukan menggunakan Reverse Osmosis Bertekanan Rendah (Low Pressure Reverse Osmosis, LPRO) berbentuk lilitan spiral (spiral wound) berbahan poliamida dan luas permukaan 0,59 m2. Tingkat pemekatan, kualitas jus, dan fluksi diamati pada berbagai variasi laju alir umpan (0,01; 0,015; 0,02; dan 0,03 m/det) dan tekanan trans-membran (TMP) 4, 6, dan 8 Bar. Pada laju alir umpan dan tekanan trans-membran masing-masing 0,03 m/det dan 8 Bar diperoleh tingkat pemekatan tertinggi mencapai 76% menghasilkan konsentrat jus sebesar 11,8 oBrix, dan fluksi 0,73 L m-2 jam-1. Tingkat pemekatan dengan LPRO ini cukup baik sebagai tahap awal proses pemekatan dengan reverse osmosis (RO). Concentration Of Citrus Siam (Citrus Nobilis) Juice By Reverse OsmosisConcentration of citrus juice with microfiltration still contains total soluble solids that is 6.S "Brix. Level concentration of this juice still require to be improved to get juice concentrate by lessening water content in juice. In this research. concentration process used low pressure reverse osmosis (LPRO) in form of circumference of spiral (spiral of wound) poliamide material and surface 0.59 m'. Level of concentration, juice quality, and flux perceived at variation rate of flow (0.01, 0.015, 0.02, and 0.03 m/sec) and pressure of trans-membrane (TMP) 4,6, and 8 Bar. At rate of flow and pressure of trans-membrane{0.03 m/sec and S Bar respectively, it was obtained a high level concentration 76% of equal LO II.S "Brix, and flux 0.73 1 h-1 m-2. This level of concentration with LPRO is adequate as early stage of concentration process of reverse osmosis (RO).
Pembekuan Cepat Puree Mangga Arumanis dan Karakteristiknya Selama Penyimpanan Kun Tanti Dewandari; Ira Mulyawanti; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.27-33

Abstract

Mangga merupakan buah tropika di Indonesia yang tinggi produksinya, mencapai 1.621.997 ton pada tahun 2006. Pada saat musim puncak dan berlimpah, buah mangga mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pengolahan buah mangga menjadi produk antara, seperti puree. Puree mangga dapat digunakan sebagai bahan baku sirup, jeli, permen, dodol, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik puree beku yang dibekucepatkan dan dikemas dengan plastik PE selama penyimpanan 6 bulan pada suhu beku. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap dengan 2 faktor, yaitu ketebalan plastik (0,04mm dan 0,06mm) dan lama pencelupan (50, 60 dan 70 detik) dengan 4 kali ulangan. Buah mangga Arumanis matang, dipilih yang bagus dan tidak cacat, kemudian dicuci dan dikupas. Daging mangga dihancurkan dengan pulper dan dikemas dengan plastik PE isi 250g/sampel. Sampel kemudian dibekucepatkan dengan nitrogen cair. Sampel puree beku kemudian disimpan pada suhu -30oC selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama penyimpanan terjadi perubahan sifat fisik dan kimia puree, yaitu terjadi penurunan total padatan terlarut, pH, vitamin C, kekentalan, dan kecerahan, sedangkan total asam dan Hue mengalami peningkatan. Sifat fisik dan kimia terbaik pada akhir penyimpanan bulan ke-6 adalah lama pencelupan 70 detik dan  ketebalan plastik 0,06 mm dengan karakteristik TPT 14,1obrix, pH 4,1, vitamin C 31,82mg/100g, total asam 0,57%, kekentalan 1600 cps, kecerahan 54,18, Hueo 98, dan total mikroba 1,6x103. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar, baik mutu maupun karakteristik puree beku untuk pembekuan cepat. Cryogenic Freezing Of Mango Puree cv. Arumanis And Its Cbaracrertstic During StorageMango is one of tropical fruit in Indonesia that is high in national production, reached 1.621.997 tonnes in 2006. At the peak season, mango price decreased drastically. To overcome this problem, mango fruit can be processed to become an intermediate products, such as puree. Puree mango can be used as raw material for syrup, jelly, confectionary, jam, and others. The objective of the research is to know the characteristic and quality of mango puree during 6 month freezed storage. The experimental design was CRD with two factors, of plastic thickness ( 0.04mm and 0.06mm) and freezing time (50, 60 and 70 seconds) and 4 replicates. This research using good quality and no defect ripe mango cv. Arumanis then cleaned and peeled. Mango sliced pulped using pulper and packed in plastic poliethylene bag of each of 250g/sample. Mango puree in liquid nitrogen. Freezed, mango puree was stored in freezer temperature set -30°C for 6 months. The results showed that during storage, chemical and physical characteristic of mango puree decreased, i.e Soluble solid, pH, vitamin C, viscosity, and lightness. On the other hand, total acid and hue were increased. The best treatment is time of deeping 70 seconds and using plastic thickness 0.06mm with characteristics, of TPT 4.lobrix, pH 14.1, vitamin C 31.82 mg/100g, total acid 0.57%, viscosity 1600 cps, lightness 54.18, Hue= 98 and total plate count 1.6 xl 03 Results of this study provided a recommendation based on both quality and appropriate characters for producing quick frozen puree.
Optlmasi Kecukupan Panas Pada Pasteurisasi Santan Dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Santan Yang Dihasilkan Ermi Sukasih; Sulusi Prabawati; Tatang Hidayat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.34-42

Abstract

Santan mengandung air yang tinggi serta lemak dan protein sehingga menyebabkan produk ini mudah rusak. Hal ini memerlukan teknologi untuk mempertahankannya, salah satu teknologi pengawetan yang telah populer dan murah adalah dengan pasteurisasi. Permasalahannya adalah belum ada data suhu dan waktu pasteurisasi untuk santan, sehingga perlu dihitung kecukupan panas untuk memperoleh kondisi optimal pasteurisasi. Pasteurisasi santan dilakukan pada tiga suhu (65,75 dan 85°C) selama (0,5,10,15 dan 20) menit, kemudian dilakukan penghitungan jumlah mikroba setelah pemanasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketahanan panas populasi mikroba santan (nilai D) adalah D65°C = 12,89 menit. D75°C = 10,95 menit, D85°C = 3,55 menit. Perubahan suhu yang menyebabkan reduksi mikroba sebesar satu nilai D (nilai z) adalah 35,71°C. Nilai pasteurisasi (nilai P) santan dengan sistim pasteurisasi 4D adalah 16,3 menit, suhu dan waktu yang optimal untuk pasteurisasi santan adalah 75°C selama 31,2 menit. Pemanasan berpengaruh nyata terhadap kadar air, protein, derajat putih, viskositas, bilangan peroksida, total mikroba, stabilitas emulsi, respon kesukaan aroma. Faktor pemanasan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu, kadar lemak, bilangan asam dan FFA, penampakan umum serta respon kesukaan warna. Heat Adequacy Optimization On Coconut Milk Pasteurization And The Effect On QualityCoconut milk contains a large number of water, fat and protein that makes the coconut milk perishable. It needs a technique to preserve the coconut milk. One of well known and cheapest preservation method is pasteurization. However there is no data about temperature level and optimum time of pasteurization process of coconut milk. For that reason the heat adequacy of coconut milk to get the optimum time of pasteurization has to be identified. This research was done using three level of temperature (65°C,75°C and 85°C) with five levels of heating time (0.5, 10, 15 and 20 m). The amount of microorganism in pasteurized coconut milk was counted. The results showed that thermal resistant microorganism of coconut milk (D value) are as follows: D65°C = 12.89 m, D75°C = 10.95 m, D85°C = 3.55 m with z alue equal to 35.71°C. P value for 4D coconut milk pasteurization is 16.3 m. The optimum temperature and time of coconut milk pasteurization were 75°C for 31.2 m. Heating treatment significantly affected parameters viz. water content, protein, whiteness degree, viscosity. peroxidation value, total plate count, emulsion stability and liking responses on flavor of coconut milk. However, there was not any significant for ash content, fat acid value, free fatty acid, appearance and liking responses in colour.
Penurunan Indeks Glikemik berbagai Varietas Beras Melalui Proses Pratanak Sri Widowati; B.A. Susila Santosa; Made Astawan; nFN Akhyar
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.1-9

Abstract

Prevalensi penyakit degeneratif seperti diabetes melitus (DM) terjadi akibat perubahan gaya hidup masyarakat. Saat ini, jumlah penderita DM di Indonesia sekitar 14 juta jiwa. Diet pangan ber-indeks glikemik (IG) rendah akan membantu dalam  pencegahan primer dan pengendalian DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penurunan IG beras dan perubahan mutu gizinya akibat proses pratanak. Prinsip proses pratanak yaitu perendaman gabah di dalam air (60ºC, 4 jam), pengukusan (20 menit), pengeringan I (100ºC, k.a. 18-20%) dan pengeringan II (60ºC, k.a. ≤ 12%). Hasil penelitian menunjukkan proses pratanak dapat meningkatkan kadar amilosa (15,44-26,32% menjadi 19,35-27,23%) dan serat pangan (4,67-7,57% menjadi 8,19-10,27%), tetapi menurunkan daya cerna pati in vitro (62,21-78,63% menjadi 36,40-49,74%). Proses pratanak menunjukkan hasil positif untuk memproduksi beras IG rendah, karena kemampuannya dalam menurunkan IG (54,43-97,29 menjadi 44,22- 76,32). Reducing glycemic index on some rice varieties using parboiled processing.Degenerative diseases such as diabetes mellitus (DM) become prevalence to the people' health due to the changing of lifestyles. Nowadays, the number of Indonesian diabetics around 14 million people. Diet of low glycemic index (GI) foods will assist in primarly production and controlling of DM. This research was aimed to evaluate reducing of GI rice and its nutritional quality changing due to parboiled processing. The basic process of parboiled rice i.e. rough rice steeping in waters (60·e, 4 h), steaming (20 minutes). drying I (100 °C. m.c. 18-20%) and drying II (60·e. m.c. d" 12%). Result showed that_parboiled processing increased rice amylose (15.44-26.32% to 19.35-27.23%) and dietary fiber content (4.67-7.57% to 8.19-10.27%), but reduced in in vitro starch digestibility (62.21-78.63% to 36.40-49.74%). Parboiled processing shared positive result in providing low GI rice, because of its capability in reducing GI (54.43-97.29 to 44.22-76.32).
Penggunaan Tepung Dan Pasta Dari Beberapa Varietas Ubjalar Sebagai Bahan Baku Mi Nur Richana; nFN Widaningrum
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.43-53

Abstract

Ubijalar dapat menjadi sumber makanan pokok alternatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satu alternatif pengolahan ubi jalar adalah dengan mengolahnya menjadi mi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknologi pengolahan mi, tanpa terigu dari ubi jalar dalam upaya meningkatkan citra dan nilai tambah ubi jalar. Perlakuan yang diterapkan adalah bentuk olahan setengah jadi dari ubijalar yaitu bentuk tepung dan pasta ubi jalar, serta perlakuan varietas ubi jalar yaitu Kidal (kuning), Ayamurazaki (ungu), Sari (oranye), dan Jago (putih). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen untuk pasta lebih besar karen a masih mengandung air yang tinggi, namun demikian berdasarkan berat kering rendemen pasta (11,79-24,58%) tidak berbeda nyata dibanding tepung (14,47-21,26%). Sifat fungsional pati ubijalar yaitu rasio amilosa dan amilopektin berturut-turut adalah 19,76-24,0% dan 75,12-80,24%, viskositas puncak berkisar antara 72-348BU dan viskositas balik 110-130BU. Mi ubi jalar kering dengan bahan baku tepung ubi jalar dan tapioka (80:20), dan dari pasta ubi jalar dengan tapioka (70:30 tapioka) mempunyai komposisi kimia yang tidak berbeda. Kadar air mi kering yang dihasilkan berkisar 4,63-4,69%, abu 1,31-1,35%, lemak 0,96-1,12, protein 0,28-0,74%, serat 0,58-3,91 % dan pari 29,23-81,38%. Waktu optimum pemasakan mi ubi jalar dari tepung dan pasta 4,04-4,41 menit. Daya serap air mi ubi jalar dari tepung adalah 21,22-60,43% sedangkan dari pasta 53,89-55,08%. Kehilangan padatan akibat pernasakan mi ubi jalar dari tepung (4,43-15,33%) dan pasta 15,03-16,41 %. Uji organoleptik mi dari pasta (nilai kesukaan rata-rata 3,8), secara umum lebih disenangi dibanding dari tepung ubijalar (rata-rata nilai kesukaan 3,5). Panelis paling menyukai produk mi ubi jalar dari varietas Kidal (rata-rata skor 3,95). Usage Of Flour And Paste Of Some Varieties Of Sweetpotato As Raw Material For NoodleSweetpotato can used as alternative of staple food source for Indonesian people. One of alternatives of sweetpotato processing was noodle. The aim of this research was to get processing technology of non­ wheat noodle made from sweetpotato to increase its image and added value. Treatment done were flour, pasta, and sweetpotato varieties; they were Kidal (yellow), Ayamurazaki (purple), Sari (orange), and Jago (white). Yield of pasta was bigger because still contained high level of moisture, however, dry based weight yield of paste (11,79-24,58%) were not significantly different compared to flour (14,47-21,26%). Ratio of amylose and amylopectin were 19,76-24,0% and 75,12-80,24% respectively, peak viscosity 72-348 BU and set-back viscosity 110-130 BU. Sweetpotato dry noodle made from sweetpotalo flour and tapioca (80:20) and from sweetpotato flour pasta and tapioca (70:30) had not from different in chemical compositions. Moisture content of dry noodle were 4,63-4,69%, ash 1,31-1,35%, fat 0,96-1,12%, protein 0,28-0,74%, fiber 0,58-3,91 %, and starch 29,23-81,38%. Cooking optimum time from sweetpotato flour and pasta were 4,04-4,41 minutes. Water absorption power of sweetpotato noodle from flour were 21,22-60,43%, meanwhile from paste were 53,89-55,08%. Loss of solids because of cooking from sweetpotato noodle from flour were 4,43-15,33% and paste 15,03-16,41 %. Organoleptic test of noodle from pasta (rate of hedonic value was 3,8), generally much more preferred by panelists compared to sweetpotato flour (rate of hedonic value was 3,5). The most preferred sweetpotato noodle chosen by panelists was made from Kidal variety (rate of hedonic value was 3,95).

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 18, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 3 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Journal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian More Issue