cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Teknologi Pasca Panen
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 18583504     EISSN : -     DOI : -
Buletin Penelitian Pascapanen Pertanian memuat tinjauan (review) hasil-hasil penelitian dikaitkan dengan teori, aplikasi dan kebijakan dengan tujuan memberikan informasi teknologi dan kebijakan pascapanen pertanian kepada pengguna. Buletin ini diterbitkan secara berkala dua kali dalam setahun oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian" : 10 Documents clear
Kajian Teknis dan Ekonomis Pengolahan Briket Bungkil Biji Jarak Pagar Sebagai Bahan Bakar Tungku Djajeng Sumangat; Wisnu Broto
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bungkil biji jarak pagar merupakan limbah hasil pengempaan biji jarak pagar yang dapat dimanfaatkan menjadi briket sebagai bahan bakar tungku. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan jenis dan konsentrasi perekat yang sesuai untuk briket bungkil dan menentukan keragaan briket bungkil biji jarak pagar sebagai bahan bakar serta mengkaji kelayakan ekonomisnya sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Pembuatan briket melalui tahapan penggilingan bungkil dan pengayakan 40 mesh, pencampuran dengan perekat, pencetakan dan pengeringan dengan oven (60oC, 24 jam). Perlakuan yang diuji adalah (A) jenis perekat (A1= tapioka dan A2= tepung gaplek) dan (B) konsentrasi perekat (B1=1%, B2=2%, B3=3%, B4= 4% dan B5= 5%). Rancangan percobaan faktorial acak lengkap dengan tiga ulangan. Pengamatan pada briket meliputi kadar air, minyak, abu, zat menguap, nilai kalor, ketahanan tekan dan kerapatan (densitas). Pengujian keragaan briket meliputi uji pembakaran dengan parameter laju pembakaran dan warna nyala api. Analisis ekonomi terhadap briket mencakup perhitungan harga jual briket dan kelayakannya sebagai bahan bakar untuk mensubstitusi minyak tanah. Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan tapioka dan gaplek sebagai perekat briket bungkil biji jarak tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter uji kecuali pada kadar air. Sedangkan konsentrasi perekat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter uji. Perekat tapioka pada konsentrasi 4% memberikan hasil yang terbaik pada kadar air, keteguhan tekan dan rata-rata laju pembakaran. Lama menyala rata-rata briket sampai menjadi abu adalah 131 menit dengan warna nyala api kekuningan.
Evaluasi Mutu Beras di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Hasil Panen Musim Kemarau 2007 Sigit Nugraha
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan daerah sentra produksi padi di Pulau Jawa. Kualitas beras yang dihasilkan petani belum memenuhi standar, sehingga masih perlu perbaikan dalam hal penanganan pascapanen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya rendemen dan kualitas beras yang dihasilkan oleh penggilingan padi setempat. Dengan diketahui sebaran mutu beras, akan mempermudah dalam pelaksanaan program perbaikan kualitas dan penanganan pascapanen. Metode penelitian adalah survei, dengan pengambilan sampel secara terstruktur. Dari masing-masing propinsi diambil 4 kabupaten, dari masing-masing kabupaten diambil 5 kecamatan, dan dari setiap kecamatan diambil tiga rice milling unit (RMU) sebagai responden pada musim kering 2007. Setiap penggilingan diambil sampel beras sebanyak 500 gram untuk dianalisis yang meliputi kadar air, derajat sosoh, rendemen giling, persentase beras kepala, beras pecah dan menir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beras yang dihasilkan dari Propinsi Jawa Barat mempunyai derajat sosoh 80-90% dengan kandungan beras kepala 68,12–84,45%, beras pecah 13,80–31,67% dan menir 0,21–1,75%. Beras yang dihasilkan dari propinsi Jawa Tengah mempunyai derajat sosoh 80-90%, dengan beras kepala 63,96–79,56%, beras pecah 19,06–35,80% dan menir 0,24–1,28%., sedangkan beras yang dihasilkan dari Propinsi Jawa Timur mempunyai derajat sosoh 80-90%, dengan kandungan beras kepala 58,43-76,91%, beras pecah 21,84-41,06% dan menir 0,51–1,25%. Data tersebut menunjukkan, bahwa beras yang dihasilkan oleh petani masih mempunyai kualitas di bawah standar (SNI 6128-2008). Perbaikan kualitas beras agar diperoleh gabah kering giling dengan kualitas baik,dapat dimulai dengan perbaikan penanganan pascapanen di lapangan maupun perbaikan proses RMU.
Studi Kandungan Residu Pestisida pada Kubis, Tomat dan Wortel Di Malang dan Cianjur S Joni Munarso; nFN Miskiyah; Wisnu Broto
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pestisida dipercaya dapat menurunkan populasi hama dengan cepat sehingga meluasnya hama dapat dicegah. Pestisida pada tanaman dapat terserap tanaman dan terbawa oleh hasil panen berupa residu yang dapat terkonsumsi oleh konsumen lewat makanan. Residu pestisida menimbulkan efek yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa gangguan pada sistem syaraf serta metabolisme enzim. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui insiden residu pestisida pada sayuran kubis, tomat, dan wortel di Malang, Jawa Timur dan Cianjur, Jawa Barat. Metode penelitian yang dilakukan bersifat survai. Contoh diambil secara acak, dari petani, pedagang, dan pasar swalayan, di Malang dan Cianjur masing-masing 3 contoh. Contoh kemudian diambil secara komposit sebanyak 2 kg, kemudian dimasukkan kedalam ice box, dan dibawa segera ke laboratorium untuk dianalisis kadar residu pestisida menggunakan Gas Chromatography (GC). Untuk ucuan uji digunakan 17 jenis bahan aktif pestisida dari 3 golongan organoklorin, organofosfat, dan karbamat. Data hasil analisis kemudian diinterpretasikan, dan angka yang diperoleh dibandingkan dengan standar Batas Maksimum Residu pestisida yang tercantum dalam SNI 7313:2008, dan disajikan secara deskriptif. Hasil analisis residu pestisida pada kubis menunjukkan bahwa bahan aktif endosulfan dominan ditemukan pada contoh kubis baik yang berasal dari Malang maupun Cianjur, dengan kandungan residu pestisida tertinggi 7,4 ppb yang dianalisis dari contoh yang diambil dari petani di Cianjur. Residu lain yang terdeteksi antara lain pestisida yang mengandung bahan aktif klorpirifos, metidation, malation, dan karbaril. Contoh wortel yang dianalisis menunjukkan bahwa bahan aktif endosulfan juga dominan pada contoh wortel baik yang diambil dari Malang maupun Cianjur dengan kadar tertinggi 10,6 ppb. Sedangkan bahan aktif lain yang terdeteksi antara lain klorpirfos, metidation, dan karbofuran.
Pengembangan Produk Jahe Kering dalam Berbagai Jenis Industri Sri Yuliani; Sari Intan Kailaku; nFN Suyanti
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jahe (Zingiber officinale Rosc) termasuk salah satu komoditas rempah dan obat yang juga merupakan tanaman prioritas dalam temu-temuan. Penggunaan jahe sangat sesuai untuk berbagai macam olahan karena selain mempunyai rasa dan aroma yang enak dan khas, juga memiliki fungsi sebagai obat yaitu untuk memperbaiki pencernaan, menambah nafsu makan, memperkuat lambung dan mencegah infeksi. Sebelum diolah lebih lanjut saat disimpan jahe segar memiliki beberapa kerugian seperti memerlukan banyak tempat (bulky), mutu dan flavour bervariasi tergantung pada umur, selama penyimpanan memungkinkan kehilangan minyak atsiri atau komponen lainnya. Pengembangan produk jahe kering dalam berbagai bentuk produk antara maupun produk jadi sangat menguntungkan dan belum jenuh, hal ini disebabkan karena permintaan pasar yang cukup tinggi baik di dalam maupun di luar negeri dengan demikian memberikan peluang untuk dikembangkan secara serius oleh petani, industri makanan dan minuman juga industri farmasi. Produk olahan jahe telah banyak beredar di pasaran untuk produk antara diantaranya adalah jahe kering (simplisia), bubuk, minyak jahe, oleoresin jahe dan mikrokapsul oleoresin jahe, sedangkan untuk produk jadi yang diusahakan oleh industri makanan dan minuman diantaranya adalah bumbu masak instan, pikel atau asinan jahe, anggur, sirup, permen jahe, wedang dan serbat jahe. Dalam industri farmasi jahe banyak digunakan untuk obat dalam (oral) produknya antara lain obat batuk dalam bentuk sirup (komix, OBH jahe), bentuk tablet/ kapsul zinaxin rapid untuk obat rematik dan untuk obat luar minyak jahe digunakan dalam bentuk balsam, parem kocok, koyo dan lain-lain. Makalah ini mengkaji berbagai usaha pengembangan produk jahe kering sebagai usaha pemanfaatan jahe untuk bahan baku industri.
Karakteristik Beras Mutiara dari Ubi Jalar (Ipomea batatas) Heti Herawati; Sri Widowati
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan diversifikasi sumber pangan selain beras yang berpotensi sebagai makanan pokok memungkinkan ketahanan pangan dapat diwujudkan. Namun demikian, masih banyak sumber pangan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Komoditas pertanian yang masih dapat dikembangkan dan dimanfaatkan lebih luas antara lain ubi jalar. Tujuan umum penelitian adalah mengembangkan produk pangan baru berbasis ubi jalar yakni beras mutiara sebagai alternatif pangan pendamping nasi. Lingkup penelitian yaitu menentukan formula yang tepat dalam pembuatan beras mutiara serta menganalisis sifat fisik, kimia, dan organoleptiknya. Beras mutiara terbuat dari tepung ubi jalar dan pati ubi jalar dengan rasio 60:40; 70:30; 80:20 dan 90:10. Pemilihan formula terbaik yaitu rasio tepung:pati dalam bahan baku dilakukan berdasarkan hasil uji organoleptik, sifat fisiko kimia dan rendemen. Formula beras mutiara terpilih (tepung:pati = 80:20) mempunyai kandungan protein:2,26%, lemak 0,81%, karbohidrat 90,25%, serat pangan larut 4,79%, serat pangan tak larut 7,14%, amilosa 31,69% dan daya cerna pati 54,85%.
Potensi Lactobacillus Sp. Asal dari Dadih sebagai Starter pada Pembuatan Susu Fermentasi Khas Indonesia Roswita Sunarlim
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Susu kaya zat gizi karena mengandung protein, lemak, karbohidrat (laktosa), vitamin dan mineral. Umumnya susu yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah susu sapi, kerbau dan kambing. Susu sapi juga difermentasi menjadi yoghurt, yakult dan kefir. Proses pembuatannya menggunakan starter bakteri yang umumnya berupa Lactobacillus sp. Susu fermentasi khas Sumatera Barat adalah dadih berasal dari susu kerbau.Fermentasi spontan (tanpa starter bakteri) berlangsung selama 24 - 48 jam didalam ruas bambu pada suhu kamar. Bahan bakunya berasal dari susu kerbau yang produksinya sedikit. Untuk meningkatkan citra makanan tradisional menjadi skala lebih besar, diupayakan untuk menggantikannya dengan susu sapi yang diproduksi lebih besar dan dibuat starter bakteri dengan cara menginokulasi bakteri didalam dadih (Lactobacillus plantarum) sehingga dadih hasil fermentasi memiliki mutu dan cita rasa yang baik serta dapat diproduksi secara kontinue. Penggunaan bakteri L. plantarum sebanyak 3% pada susu fermentasi ternyata lebih disukai warna, aroma dan rasa kecuali kekentalannya dibandingkan dadih asli Sumatera Barat. Kombinasi L. plantarum dengan kultur yogurt diperoleh total asam tertetrasi (TAT) tidak berbeda dengan L. plantarum yang dikombinasikan dengan S.thermophilus. sedangkan nilai pHnya berbeda nyata. Kombinasi kultur yogurt dengan L. plantarum yang disimpan selama 1 minggu adalah paling disukai dengan nilai pH 3,09, TAT 1,29%, total padatan 17,74% dan nilai kekentalan 8,35 Pa.s. Kombinasi bakteri L. plantarum dengan L. acidophilus dan B. bifidum tidak memiliki perbedaan nyata akan tetapi ketiga bakteri adalah bakteri probiotik. L.casei juga ditemukan dalam dadih asal Sumatera Barat sehingga mempunyai potensi untuk dijadikan starter bakteri di masa mendatang.
Formulasi Vernis Berbasis Resin Fenolik dari Destilat Cairan Kulit Biji Mete Tatang Hidayat; Illah Sailah; Ani Suryani; Titi C Sunarti; nFN Risfaheri
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Resin fenolik dari destilat cairan kulit biji mete (Cashew Nut Shell Liquid/CNSL) merupakan produk polimer yang dihasilkan dari hasil reaksi formaldehida dengan destilat CNSL. Resin ini banyak digunakan dalam produk pelapis permukaan seperti cat, vernis, dan enamel. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan resin fenolik dari destilat CNSL dengan minyak pengering yang tepat untuk formulasi vernis interior dan eksterior (pemakaian di dalam dan di luar ruangan). Perlakuan yang diuji yaitu perbandingan resin fenolik dengan minyak pengering (b/v) : 1:0; 1:0,5; 1:1; dan 1:1,5. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak pengering (linseed oil) berpengaruh nyata terhadap sifat lapisan film vernis, yaitu kekerasan, daya lentur, daya kilap, dan ketahanan terhadap air, sedangkan terhadap karakteristik vernis (kadar bahan menguap dan bobot jenis) serta sifat lapisan film vernis lainnya tidak berpengaruh nyata. Formula vernis terbaik diperoleh pada perbandingan resin fenolik dengan minyak pengering 1:1. Formula tersebut menghasilkan kadar bahan menguap 59,9% dan bobot jenis 0,899 g/ml. Waktu kering sentuh dan kering keras lapisan film vernis masing-masing 1,8 jam dan 5,8 jam dengan daya kilap setelah pengujian cuaca 60,9%. Nilai-nilai tersebut memenuhi persyaratan mutu SNI untuk vernis tipe A (pemakaian interior dan eksterior). Selain itu, formula vernis tersebut menghasilkan lapisan film dengan kekerasan 3H, daya lentur Ø 3 mm, daya lekat 5B, dan lapisan film yang tahan terhadap air. Secara umum, karakteristik dan sifat lapisan film yang dihasilkan setara dengan vernis komersial K1 (vernis interior dan eksterior), dan lebih baik dari vernis komersial K2. Formula vernis terbaik sangat prospektif digunakan sebagai vernis kayu untuk pemakaian interior dan eksterior.
Kontaminasi Patulin Pada Buah dan Produk Olahan Apel Christina Winarti; nFN Miskiyah; S Joni Munarso
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Patulin (4-hydroxy-4H-furo (3,2c) pyran-2(6H)-one) merupakan mikotoksin yang diproduksi sejumlah kapang yang terdapat pada buah dan produk olahan buah, terutama apel. Penelitian membuktikan bahwa patulin berpotensi menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan, antara lain hyperaemia, pendarahan, peradangan dan pembengkakan saluran cerna. Pada dosis tinggi patulin bersifat karsinogenik, imunotoksik dan neurotoksik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kadar patulin pada buah apel segar maupun jus apel, baik jenis lokal maupun impor. Sejumlah sampel diambil secara acak untuk pengujian kadar patulinnya.Buah apel sebanyak 15 sampel (12 sampel jenis Manalagi dan 3 sampel jenis Rome beauty), sedangkan untuk apel impor yaitu jenis Fuji dan Washington sebanyak 8 sampel yang diperoleh dari pedagang buah dan supermarket. Untuk produk olahan apel terdiri atas 20 sampel jus apel produk lokal dan 5 merk jus impor, serta masing-masing 2 sampel makanan bayi dan cider apel. Pengujian kadar kontaminan patulin dilakukan dengan HPLC dan sebelumnya dilakukan identifikasi jenis kapang pada buah segar. Hasil pengujian menunjukkan pada apel lokal var Manalagi teridentifikasi kapang Penicillium sp., Aspergillus sp., dan Fusarium sp., sementara pada apel Fuji hanya ditemukan Penicillium sp, Aspergillus sp. Hasil pengujian kadar patulin diketahui bahwa 33,3 % sampel apel lokal yang diuji positif terdeteksi mengandung patulin, sedangkan pada apel impor 37,5% positif terdeteksi patulin. Dari 5 sampel buah apel lokal yang positif tersebut 1 sampel mempunyai kadar patulin >50 mg/kg. Hasil pengujian terhadap produk olahan apel menunjukkan bahwa 17,6% sari apel lokal positif terdeteksi adanya patulin, sedangkan untuk sari apel impor 60% positif terdeteksi patulin dengan kadar > 50 mg/l. Pada produk makanan bayi semua sampel yang diuji tidak terdeteksi adanya patulin, sedangkan pada sampel cider apel, terdapat satu sampel positif mengandung patulin.
Aplikasi Ultrasonik untuk Pendugaan Kerusakan Serangan Lalat Buah pada Mangga Arumanis Rokhani Hasbullah; Ridwan Rachmat; Dondy A Setyabudi; nFN Warji
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerusakan akibat lalat buah biasanya terlihat jika buahnya dibuka. Metode gelombang ultrasonik dapat digunakan untuk mengetahui mutu buah bagian dalam tanpa merusak. Tujuan penelitian adalah pendugaan kerusakan mangga Arumanis yang diakibatkan lalat buah dengan menggunakan gelombang ultrasonik. Karakteristik gelombang ultrasonik yang diaplikasikan untuk pendugaan kerusakan mangga Arumanis adalah atenuasi, kecepatan, dan zero moment power (Mo). Koefisien atenuasi mangga tidak rusak adalah 36,45 Np/M, dengan kecepatan gelombang ultrasonik 518,19 m/detik, dan zero moment power (Mo) 4,58. Dalam aplikasinya pendugaan kerusakan mangga Arumanis menggunakan gelombang ultrasonik dapat digunakan pada batas koefisien atenuasi sebesar 34,76 Np/M dan zero moment power (Mo) 5,60. Pada bentuk pendugaan koefisien atenuasi lebih dari 34,76 Np/M mangga dinyatakan normal/tidak terinfeksi lalat buah, sedangkan pada koefisien atenuasi kurang atau sama dengan 34,76 Np/M diindikasikan telah terinfeksi lalat buah. Pada Zero moment power (Mo) lebih dari 5,60 mangga Arumanis diindikasikan normal/tidak terinfeksi lalat buah, sedangkan kurang dari atau sama 5,60 dapat diindikasikan sebagai telah terinfeksi lalat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien atenuasi rata-rata mangga Arumanis sebesar 30,67 Np/m, kecepatan rata-rata gelombang ultrasonik 731,72 m/detik, dan zero moment power (Mo) 6,40.
Pengaruh Pengeringan Absorpsi dan Microwave Oven Terhadap Kadar Vanilin Pada Proses Curing Vanili Termodifikasi Dwi Setyaningsih; Rizal Syarief; Farida Anggraini
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kandungan vanilin pada vanili curing dari Indonesia lebih rendah dibanding potensi sesungguhnya. Usaha untuk meningkatkan kualitas dapat dilakukan dengan memodifikasi proses curing. Pada penelitian ini, modifikasi dilakukan dengan meningkatkan absorpsi aktivator enzim ?-glukosidase yaitu butanol 0,1 M and sistein 3 mM menggunakan infiltrasi vakum dan tekanan tinggi dan memodifikasi proses pengeringan vanili menggunakan pengeringan absorpsi dan microwave. Teknik infiltrasi vakum tekanan 5 kPa selama 10 menit menghasilkan aktivitas enzim dan kadar vanilin lebih tinggi dibanding tekanan vakum 50 kPa, tekanan normal, tekanan tinggi 100 dan 150 kPa di atas normal. Pengeringan absorpsi tidak dapat menstabilkan kadar vanilin yang diperoleh selama lima hari pertama pengeringan (1,0% bk). Kadar vanilin yang diperoleh dari pengeringan absorpsi adalah 0,82% bk. Pengeringan dengan oven microwave juga tidak dapat menstabilkan kadar vanilin yang diperoleh dari lima hari pertama pengeringan. Kadar vanilin yang diperoleh adalah 0,49% (bk). Pengeringan menggunakan oven suhu 60oC selama 3 jam per hari meningkatkan kadar vanilin menjadi 1,40% (bk). Nilai ini lebih tinggi dibanding yang diperoleh dari metode standar (Balitro II). Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa curing vanili dengan pengeringan absorpsi dan microwave tidak tepat untuk diaplikasikan.

Page 1 of 1 | Total Record : 10