cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 21 Documents
Formulasi Deterjen Berbahan Aktif Etil Ester Sulfonat dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattapa) dengan Penambahan Enzim Papain Chasani, Moch.; -, Purwati; Widyaningsih, Senny; Larasati, Bina
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Enzim papain merupakan salah satu enzim protease yang dapat dijadikan sebagai additive pada formulasi deterjen. Protease dalam deterjen secara spesifik membantu menghilangkan protein yang menodai pakaian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan enzim papain terhadap karakteristik deterjen berbahan aktif etil ester sulfonat dari minyak biji ketapang (Terminalia cattapa).    Karakteristik  deterjen  yang  ditentukan  meliputi:  Bahan  tidak  larut dalam  air,  Stabilitas  emulsi,  dan  Stabilitas  busa.  Hasil  penelitian  merupakan bahan tidak larut dalam air dari deterjen   tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain  1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b)  berturut-turut sebesar 6; 6; 5; 4; 5, dan 4%. Stabilitas emulsi deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) berturut-turut adalah 93,05; 90,20; 90,70; 94,55; 94,60 dan 96,05% dan Stabilitas busa deterjen tanpa penambahan papain dan deterjen enzimatik dengan penambahan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) berturut-turut adalah 83,33; 70,00; 78,33; 78,59; 73,64, dan 77,50%.  Penambahan enzim papain pada deterjen hasil formulasi menggunakan surfaktan etil ester sulfonat dari minyak biji ketapang berpengaruh terhadap karakteristik deterjen yang meliputi bahan tidak larut dalam air, stabilitas emulsi, dan stabilitas busaKata kunci: Deterjen, Terminalia cattapa, papain.
KAJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT PISANG RAJA BULU (MUSA PARADISIACA L. VAR SAPIENTUM) DAN PRODUK OLAHANNYA Nuramanah, Eva; Sholihin, Hayat; Siswaningsih, Wiwi
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 1 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan penelitian aktivitas antioksidan kulit pisang raja bulu (Musa paradisiaca L. var sapientum) beserta produk olahannya berupa tepung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik pengeringan dalam pengolahan tepung kulit pisang dengan teknik yang berbeda, yaitu sinar matahari, freeze dryer, dan oven terhadap aktivitas antioksidan. Kulit pisang diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan metanol selama 1x24 jam. Kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada kulit pisang adalah flavonoid, terpenoid, dan tanin. Aktivitas antioksidan ekstrak kulit pisang dan tepung dianalisis dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazin) dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dari hasil penelitian diperoleh aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit pisang adalah 97,85%. Aktivitas antioksidan setelah dilakukan pengolahan menjadi tepung terjadi penurunan, yaitu 62,77% untuk teknik sinar matahari, 88,31% untuk freeze dryer, dan 72,92% untuk oven. Teknik pengeringan dalam pembuatan tepung kulit pisang tidak mempengaruhi kandungan metabolit sekunder namun mempengaruhi aktivitas antioksidan dengan terjadi penurunan. Teknik pengeringan dalam pembuatan tepung yang dapat mempertahankan aktivitas antioksidan adalah dengan teknik freeze dreyer. Kata kunci : antioksidan, kulit pisang, tepung, teknik pengeringan, DPPH
Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi Lestari, Ridha Indah; Gumilar, Gun Gun; HM, Heli Siti
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Adaptasi  individu  terhadap  ketinggian  geografis  berhubungan  dengan  faktor genetik, salah satunya diduga mempengaruhi urutan DNA mitokondria (mtDNA). Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini dilakukan penentuan profil genetik daerah hipervariabel I (HVI) mtDNA manusia pada populasi dataran tinggi Gunung Papandayan, Garut. Tahapan yang dilakukan meliputi lisis terhadap sampel rambut, amplifikasi fragmen HVI mtDNA dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), deteksi hasil PCR dengan elektroforesis gel agarosa, penentuan urutan nukleotida dengan metode direct sequencing dan analisis hasil sekuensing dengan menggunakan program SeqMan DNASTAR. Hasil analisis terhadap 7 sampel populasi dataran tinggi  menunjukkan  adanya variasi mutasi. Jenis mutasi  yang terjadi adalah subtitusi transisi pada tujuh sampel, subtitusi transversi pada empat sampel, delesi pada satu sampel, dan insersi pada satu sampel. Mutasi T16189C merupakan mutasi dengan frekuensi tertinggi dimana mutasi ini menyebabkan terjadinya rangkaian poli-C. Terdapat tiga sampel yang menunjukkan fenomena poli-C, dengan panjang poli-C beragam yaitu 8C, 12C dan 13C. Berdasarkan perbandingan data mutasi sampel dengan data yang telah dipublikasikan di situs database mitomap terdapat satu mutasi yang belum dipublikasikan yaitu T16063G. Hasil analisis menunjukkan mutasi ini diduga sebagai kandidat mutasi spesifik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran awal mengenai profil genetik daerah HVI mtDNA manusia pada populasi dataran tinggi di Indonesia.Kata kunci: mtDNA, profil genetik, HVI, dataran tinggi.
Penggunaan Metode Elektrokoagulasi Pada Pengolahan Limbah Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Aluminium Sebagai Sacrificial Electrode Siringo-ringo, Elfridawati; Kusrijadi, Ali; Sunarya, Yayan
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan percobaan proses elektrokoagulasi menggunakan logam alumunium sebagai sacrificial electrode untuk reduksi kadar kromium dalam limbah cair penyamakan kulit. Limbah yang digunakan memiliki kadar kromium 3560,606 ppm dan mengandung zat padat terlarut sebesar 196 ppm. Percobaan dilakukan dengan sistem batch dengan variasi tegangan 2 Volt sampai 20 Volt, waktu operasi 2; 4; 6; 8 dan 10 menit, variasi pH 3, 4, 5 dan 7 serta variasi jarak elektroda 2; 4; 6 dan 8 cm. Dihasilkan data optimasi pada tegangan 17 Volt, waktu operasi 10 menit, pH 5, dan jarak elektroda 2 cm. Setelah diperoleh kondisi optimum dari sistem batch, dilakukan pengolahan air limbah dengan sistem flow dengan variasi laju alir 100; 6,2 dan 4 ml/menit. Dihasilkan data optimasi laju alir maximum diperoleh pada aliran lambat yang pertama yaitu 4 ml/menit. Analisis hasil pengolahan limbah dengan metode flow yang didasarkan pada data optimasi metode batch melalui pengukuran parameter kadar kromium dengan instrumen AAS, daya hantar listrik menggunakan konduktometer dan total dissolved solid menggunakan  TDS-meter.  Dari  percobaan  diperoleh  nilai  efisiensi elektrokoagulasi kromium sebesar 34,68% (2325,758 ppm), DHL 57,14% (306,25 μS/cm menjadi 131,25 μS/cm) dan TDS 57,14% (84 ppm).Kata kunci: Elektrokoagulasi, Kromium, AAS, TDS, DHL
KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN (PORTUNUS PELAGICUS) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON PADA KONDISI SESUAI PIPA SUMUR MINYAK BUMI Arhatha, Nuky Dwifirly Pratiwi; Sunarya, Yayan; Musthapa, Iqbal
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 1 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada pertambangan minyak bumi, minyak mentah yang dihasilkan mengandung garam-garam klorida, sulfat, dan karbonat; asam-asam organik dengan massa molekul rendah; dan gas yang bersifat asam sehingga diasumsikan bahwa pipa yang digunakan dalam sumur produksi minyak bumi sangat rentan terhadap korosi. Dalam penelitian akan dilaporkan mengenai potensi kitosan dari cangkang rajungan. Unutk meghambat laju korosi senyawa kithin yang dapat diproses menjadi kitosan melalui tahap deproteinasi, demineralisasi, depigmentasi dan deasetilasi. Kitosan yang diperoleh memiliki derajat deasetilasi sebesar 67,20%. Metode yang digunakan untuk menguji aktifitas inhibisi kitosan adalah EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy) dan polarisasi Tafel. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa efisiensi inhibisi kitosan mencapai 82,85% pada konsentrasi maksimum 100 ppm dan suhu 65°C. Interaksi antara permukaan logam dengan molekul inhibitor adalah fisiosorpsi dengan nilai ΔGads sebesar -24,536 kJ/mol mengikuti isotherm Freundlich. Kata kunci: cangkang rajungan, inhibitor korosi, polarisasi Tafel, EIS
Performa Adsorben SG dan KS dalam Pemurnian Bioetanol Hasil Fermentasi Singkong (Manihot utilissima) Priyanka, Pingky Chandra; Rohman, Ijang; Sonjaya, Yaya
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan  penelitian  mengenai  pemurnian  bioetanol  dengan   metode destilasi dan adsorpsi (batch system). Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui kemampuan adsorben (SG dan KS) sebagai agen untuk pemurnian bioetanol dan, 2) untuk mengetahui metode terbaik dalam pemurnian bioetanol. Dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan bioetanol dari singkong (Manihot Utilissima) yang dihidrolisis menggunakan Aspergillus niger dan difermentasi menggunakan ragi. Hasil fermentasi dimurnikan melalui tahap destilasi dan adsorpsi. Sebelum diaplikasikan terhadap bioetanol, adsorben dioptimasi terlebih dahulu dengan menggunakan etanol teknis 96%. Berdasarkan hasil optimasi, diketahui bahwa waktu  kontak  adsorpsi  dengan  menggunakan  adsorben  SG  adalah  20  menit dengan jumlah 15 gram, sedangkan waktu kontak  adsorpsi adsorben KS adalah 5 menit dengan jumlah 5 gram. Hasil Adsorpsi dianalisis dengan instrumen GC. Berdasarkan   hasil   analisis   GC,   diperoleh   bahwa   adsorben   SG   mampu memurnikan  bioetanol  hingga  99,962%  dan  adsorben  SG-KS  mampu memurnikan  hingga  99,954%.  Sementara itu,  adsorben  KS  dan  KS-SG  dapat memurnikan bioetanol hingga 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, adsorben SG dan KS sama baiknya digunakan untuk pemurnian bioetanol sedangkan pengaruh dual adsorben (SG-KS dan KS-SG) ternyata tidak berbeda secara signifikan.Kata kunci: Adsorpsi, Bioetanol, Adsorben SG, Adsorben KS
MEKANISME KLORINASI EUGENOL MENGGUNAKAN KLORIN (CL2) DENGAN KATALIS FECL3 DALAM PELARUT DIKLOROMETANA Sayekti, Endah; Silalahi, Imelda H; Awalliah, Emy
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 1 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Chlorination of eugenol by chlorine with catalyst of FeCl3 in dichloromethane solvent had been performed. Chlorination was carried out at 2oC for 5 hours. The reaction produced dark brown clot which was soluble in methanol, acetone, ethyl acetate, dichloromethane and chloroform but insoluble in aquadest. An infrared analysis gave the chlorobenzene groups at 1095.57-1072.42 cm-1. The NMR1H showed the CHCl and CH2Cl groups at 3.2884-3.0185 ppm and NMR13C showed carbon as C-Cl at 100-20 ppm. GC-MS spectrum analysis showed there are four dominant products with the time retention at 28.650; 29.300; 32.383 and 37.242. Result of the spectroscopy analysis showed that the main coumpound of eugenol chlorination were 4-(2,3-dichloroprophyl)-2-methoxyphenol (24,67%); 4-(2-chloroprophyl)-6-chloro-2-methoxyphenol(20,57%); 4-(2,3-dichloroprophyl)-6-chloro-2-methoxyphenol (13,65%) and 3,6-dichloro-4-(2,3-dichloropropyl)-2-methoxyphenol or 5,6-dichloro-4-(2,3-dichloropropyl)-2-methoxyphenol  (9,92 %). Therefore, based on all analysis which were done, it can conclude that   chlorination of eugenol using chlorine catalyzed by FeCl3 in dichloromethane cause addition and aromatic electrofilic substitution. Key Word: Eugenol, Chlorination, FeCl3, Dichloromethane
Penentuan Aktivitas Antioksidan Buah Pepaya (Carica Papaya. L) dan Produk Olahannya Berupa Manisan Pepaya Ramdani, Fitria Apriliani; Dwiyanti, Gebi; Siswaningsih, Wiwi
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan betakaroten dari buah pepaya dan produk olahannya berupa manisan pepaya, serta mengetahui prosedur terbaik membuat manisan pepaya yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi. Manisan pepaya dibuat berdasarkan empat variasi suhu pemanasan (500C, 600C, 700C dan 800C). Ekstrak pepaya dan manisan pepaya diperoleh melalui maserasi dengan pelarut metanol selama 24 jam. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol pepaya dan manisan pepaya ditentukan dengan metode DPPH, kadar vitamin C ditentukan dengan cara titrasi iodimetri, dan kadar betakaroten ditentukan menggunakan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  aktivitas antioksidan ekstrak metanol pepaya dan manisan pepaya yang dibuat dengan suhu pemanasan 500C, 600C, 700C dan 800C masing- masing sebesar 94,6253 %; 89,1496 %; 84,3552 %; 77,2899 %; dan 74,7666 %, Kadar vitamin C ekstrak metanol pepaya dan manisan pepaya yang dibuat dengan suhu  pemanasan  500C,  600C,  700C  dan  800C masing-masing sebesar  15,2561 mg/100g;   5,6157 mg/100 g;   5,2548 mg/100 g; 5,0509 mg/100g; dan 4,2098 mg/100 g. Kadar betakaroten ekstrak metanol pepaya dan manisan pepaya yang dibuat dengan suhu pemanasan 500C,600C,700C, dan 800C masing-masing sebesar 37,0667 ppm; 26,6913 ppm; 12,8668 ppm; 7,7718 ppm; dan 6,9282 ppm. Dari data  hasil  penelitian  dapat  disimpulkan  bahwa  pengolahan  pepaya  menjadi manisan pepaya menurunkan aktivitas antioksidan dalam buah pepaya. Penurunan aktivitas   antioksidan   sejalan   dengan   berkurangnya   kadar   vitamin   C   dan betakaroten yang bertindak sebagai antioksidan dalam buah pepaya. Prosedur terbaik  membuat  manisan  pepaya  yang  memiliki  aktivitas  antioksidan  paling tinggi adalah dengan suhu pemanasan 500C .Kata Kunci: pepaya, manisan pepaya, aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, kadar betakaroten 
VALIDASI METODE PENENTUAN CEMARAN MELAMIN DALAM SUSU FORMULA MENGGUNAKAN HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY HITACHI D 7000 Zebua, Dian Novita; Fatimah, Soja Siti; Suhanda, Hokcu
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 1 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 2008 ditemukan adanya susu formula yang terkontaminasi senyawa melamin. Melamin dan asam sianurat akan diserap oleh saluran pencernaan dalam tubuh dan mengendap di ginjal membentuk kristal. Sehingga sangat diperlukan adanya suatu metode yang handal, cepat, mudah, dan murah untuk menganalisis cemaran melamin dalam susu formula. Sementara itu metode baku untuk analisis melamin belum ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas metode analisis cemaran melamin dalam susu formula bayi menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Hitachi D-7000 dan fase gerak 0,1%TFA:metanol dengan mempertimbangkan lima parameter uji yaitu linearitas, batas deteksi (LOD), batas kuantisasi (LOQ), presisi, dan akurasi. Kondisi analisis kromatografi diperoleh pada komposisi fase gerak 0,1% TFA (pH 2,8):metanol (50:50) dan laju alir 0,75 mL/menit. Pengendapan protein susu pada sampel diperoleh pada penambahan 2 mL asam trikloroasetat 5%. Koefisien korelasi (r) 0,9999 menunjukkan linearitas yang diperoleh mendekati 1. Deteksi melamin yang relatif kecil ditunjukkan dengan LOD dan LOQ berturut-turut 0,76 ppm dan 2,5 ppm. Metode analisis ini juga menghasilkan presisi dengan uji repetabilitas yang baik ≤ 2% yaitu RSD 1,13%. Akurasi dihasilkan berdasarkan uji perolehan kembali sebesar 100,7-119,8% dengan batas keberterimaan sebesar 80-120%. Dengan demikian, telah diperoleh metode yang valid untuk menganalisis cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 sehingga metode tersebut dapat digunakan untuk keperluan analisis secara rutin. Kata kunci: melamin, validasi metode, susu formula, HPLC, TFA
Kajian Penggunaan Amonium Sulfat Pada Pengendapan Enzim Protease (Papain) Dari Buah Pepaya Sebagai Koagulan Dalam Produksi Keju Cottage Putri, Ranika Adytia; Kusrijadi, Ali; Suryatna, Asep
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Kimia
Publisher : Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Enzim protease banyak digunakan dalam bidang industri pangan. Papain merupakan protease yang dapat berfungsi sebagai koagulan pada produksi keju cottage dan menjadi alternatif pengganti enzim rennet yang relatif mahal. Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mendapatkan  enzim  papain  dari  buah  pepaya (Carica papaya L.) melalui pengendapan dengan amonium sulfat dan aplikasinya pada produksi keju cottage. Penelitian dimulai dari isolasi enzim papain dengan metode ekstraksi dan pengendapan menggunakan amonium sulfat pada variasi persen kejenuhan (b/v). Parameter hasil pengendapan enzim dilihat berdasarkan aktivitas protease per kadar protein yang merupakan aktivitas spesifik enzim menggunakan spektrofotometer. Hasil menunjukkan bahwa pada pengendapan dengan amonium sulfat kejenuhan 60% (b/v) dihasilkan aktivitas spesifik enzim tertinggi sebesar 9,201 U/mg, dengan nilai aktivitas protease 4,076 U/mL dan kadar protein 0,443 mg/mL. Selanjutnya dibuat lima jenis keju cottage dengan penambahan konsentrasi papain hasil pengendapan optimum yaitu 150 ppm (A); 250 ppm (B); dan 350 ppm (C); ekstrak kasar papain tanpa pengendapan 215 ppm (E), dan kontrol tanpa penambahan enzim (K). Masing-masing keju cottage yang dihasilkan memiliki massa dan waktu koagulasi yang berbeda yaitu A 41,11 gram selama 62 jam; B 47,77 gram selama 63 jam; C 48,76 gram selama 65 jam; E 40,58 gram selama 74 jam; dan K 44,96 gram selama 80 jam. Hasil menunjukkan B sebagai kondisi optimum untuk pembuatan keju cottage dengan massa 47,77 gram dan waktu koagulasi 63 jam pada suhu 30oC. Analisis kualitas keju cottage B menunjukkan kandungan gizi protein 23,09%; lemak 1,57%; kadar air 69,58%; dan mineral kalsium  984,55 mg/kg.Kata kunci : Aktivitas spesifik, Amonium sulfat, Keju cottage, Papain, Protease

Page 1 of 3 | Total Record : 21