cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
Published by Universitas Udayana
ISSN : 14117177     EISSN : 26156628     DOI : -
SOCA merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan berkala di bidang social-ekonomi pertanian dan agribisnis, diterbitkan dua kali setahun (Januari-Juni & Juli-Desember). Jurnal SOCA merupakan media untuk penyebarluasan hasil penelitian bagi dosen, peneliti, praktisi maupun masyarakat umum yang yang konsen terhadap pembangunan pertanian di Indonesia. Jurnal SOCA dikhususkan untuk menampung hasil penelitian, kajian pustaka/teoritis, kajian metodologis, gagasan original yang kritis, ulasan masalah penting/isu pembangunan pertanian yang hangat dan ulasan suatu hasil seminar.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol. 7, No. 1 February 2007" : 13 Documents clear
KEBERLANJUTAN NILAI-NILAI TRI HITA KARANA (THK) PADA SISTEM SUBAK DI KAWASAN WISATA DAN KAWASAN AGRARIS KABUPATEN GIANYAR RATNA KOMALA DEWI; I N GEDE USTRIYANA
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.998 KB)

Abstract

ABSTRACT Subak is one of cultural traditional heritage in Bali which need maintained properly and suistainably. This institution is Balinese wall to protect the culture from outside world. In order to maintain THK suistainability, the research carried out at two different areas, tourism at Subak Juwuk Manis and agriculture at Subak Temesi. Invers Matrix Analysis is used to observe the level of THK suistainability, while Fuzzy Set Theory is used to rank each matrix cell component. The level of suistainability determined by the level of solidity based on its transferability. The study found that the tourism visit, in both tourism and agricultural areas, has no negative impact on the suistainability of THK values, with good categories, 85.52% for Subak Juwuk Manis and 78.83% for Subak Temesi. There is also a variation of dominant matrix component in each cell of THK sub-systems. It is suggested that the rank of each THK matrix component has to be paid attention. Moreover, the intensity of guiding should be started from the least dominant to the most dominant cell of matrix. Key words: Sustainability, Tri Hita Karana, Subak ABSTRAK Subak merupakan salah satu lembaga tradisional warisan sumberdaya budaya di Bali yang sangat perlu dilestarikan melalui pembinaan yang tepat dan berkelanjutan. Lembaga ini merupakan benteng masyarakat Bali dalam menghadapi berbagai gempuran budaya akibat derasnya arus globalisasi dan pariwisata yang melanda dunia dan Bali pada khususnya. Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan nilai-nilai THK tersebut, dilakukan penelitian di dua kawasan yang berbeda yakni kawasan wisata (Subak Juwuk Manis) dan kawasan agraris (Subak Temesi). Dua analisis dilakukan yaitu analisis Inverse Matrix untuk mengetahui tingkat keberlanjutan nilai-nilai THK serta analisis Fuzzy Set Theory dilakukan untuk menentukan ranking komponen setiap sel matrik. Tingkat keberlanjutan dinilai dari tingkat soliditas berdasarkan transferabilitasnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa arus wisatawan yang mendatangi kawasan wisata maupun kawasan agraris tidak memberikan dampak negatif terhadap keberlanjutan nilai-nilai THK dengan kategori baik dengan skor 85,52% (untuk Subak Juwuk Manis) dan 78,83% (untuk Subak Temesi). Terdapat variasi dominansi komponen matrik pada setiap sel matrik hubungan subsistem-subsistem dari THK. Dirasakan perlu memperhatikan dengan seksama hasil perankingan pada setiap komponen matrik nilai-nilai THK. Tingkat intensitas pembinaan dimulai dari sel matrik paling tidak dominan hingga ke sel matrik paling dominan. Kata kunci: Keberlanjutan, Tri Hita Karana, Subak
PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MANAJEMEN PEMASARAN SAYURAN DI BALI: KASUS DI DESA PANCASARI KABUPATEN BULELENG I DEWA GEDE RAKA SARJANA
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.455 KB)

Abstract

ABSTRACT The system approach always looks for integrity among sectors through a whole understanding, therefore, a newer framework known as an approach of the system, is needed. This research is designed to find out variables, that solving the problems by identifying variables that has contextual relationship towards integrated market system, so that the model of the impact can be concluded. The result of study shows eight elements of the system that has been identified, they are: social sector, necessities of program, constraint, enables change, target of program, yardstick, and the activities required, and linked institution. Analysis of sub-element comparison resulting key variable, they are: farmer from business agent element; constructor of the agent, capital guarantee, and government support as the program requirement; risks distribution and inequitable profit as the constraint; guarantee of quality, quantity, cost, and market as the enable change; market share as target of the program; development of incentive system as the necessary activity; and all the linked institutions except the whole sale. From the discussion that is done by the expert, it can be synthesized five criteria of partnership patterns, they are: risk distribution and fair profit, extending job opportunity, increasing of farmer income, make-up of human resources skill and guarantee of quality, quantity, and continuity of production. It is therefore, SUB- KONTRAK was chosen as the priority of alternative partnership pattern that is most appropriate with the formed criteria. Key word: Structure System, Partnership, and Agribisnis Vegetables ABSTRAK Pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan kerangka pikir baru yang dikenal sebagai pendekatan sistem. Pendekatan ini berupaya untuk menyelesaikan persoalan yang dimulai dari proses identifikasi sejumlah kebutuhan sehingga menghasilkan suatu operasi yang efektif. Hasil kajian terhadap struktur sistem diidentifikasi delapan elemen sistem yaitu : sektor masyarakat, kebutuhan program, kendala, perubahan yang dimungkinkan, tujuan program, tolak ukur, aktifitas yang dibutuhkan dan lembaga terkait. Analisis pembandingan antar sub-elemen diketahui peubah kunci berikut yaitu : petani dari elemen pelaku usaha, pembinaan pelaku, penjaminan modal dan dukungan pemerintah sebagai kebutuhan program, distribusi resiko dan keuntungan yang tidak adil sebagai kendala, jaminan kualitas, kuantitas dan pasar sebagai perubahan, pangsa pasar sebagai tujuan program serta tolak ukurnya adalah meningkatnya kualitas SDM. Dari hasil diskusi para ahli disintese lima kriteria pola kemitraan yaitu : distribusi resiko dan profit yang adil, memperluas kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani, peningkatan keahlian SDM dan jaminan kualitas, kuantitas serta kontinyuitas produksi, sehingga selanjutnya dipilih pola SUB-KONTRAK sebagai prioritas alternatif pola kemitraan yang paling sesuai dengan kriteria yang dibentuk. Kata Kunci: Struktur Sistem, Kemitraan, Agribisnis Sayuran
PERANAN DESA ADAT DALAM PENGELOLAAN KEPARIWISATAAN (STUDI KASUS DI DESA ADAT SEMINYAK, KECAMATAN KUTA, KABUPATEN BADUNG) NI WAYAN PUTU ARTINI; IGAA LIES ANGGRENI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.917 KB)

Abstract

ABSTRACT The aim of this research is to identify the role of Desa Adat Seminyak in managing economics institution in tourism area for example hawkers (pedagang pantai), peddlers (pedagang kaki lima), securities (keamanan), at cetera. This research was conducted in Desa Adat Seminyak in Kuta District, Badung Regency. A number of key knowledgable informan were choosen and data were collected through indepth interview method. The leader of Desa Adat Seminyak I Wayan Mara was one of the informants. The result of research indicate that the role of of Desa Adat Seminyak in managing tourism is very significant. To simplify the leader’s task, Desa Adat community performed a new institution that called BAPEDES (Badan Pembangunan Desa ). They looking for the potential ecomomics resource and maintained security condition as a whole. This one of evidences that the bottom-up development give better result than the top-down development. Keyword: Tourism, Desa adat, Managing. ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Peranan Desa Adat Dalam Pengelolaan Kepariwisataan” bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keefektipaan desa adat dalam mengelola kepariwisataan di wilayahnya. Penelitian ini dilakukan di Desa Adat Seminyak, Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Dalam menggali data dilakukan wawancara mendalam terhadap sejumlah responden kunci yang mengetahui tentang perkembangan desa adat dan pariwisata di daerahnya. Yang dijadikan responden dalam penelitian ini antara lain pengurus desa adat setempat, pedagang pantai, pedagang kaki lima, petugas keamanan, dan sebagainya. Dengan analisis deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan Desa Adat Seminyak dalam mengelola kepariwisataan menunjukkan hasil yang significant. Ini merupakan salah satu bukti bahwa pembangunan yang bersifat bottom-up lebih baik hasilnya dari pembangunan yang top-down, hal ini karena Desa Adat setempat yang lebih tahu kondisi wilayahnya sendiri. Dalam pengelolaan desa adat ini, Bendesa Adat Seminyak membentuk suatu lembaga yang disebut BAPEDES (Badan Pembangunan Desa) untuk menggali potensi desa terutama potensi ekonomi serta menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut. Kata kunci: Pariwisata. Desa Adat, Pengelolaan
PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHA TERNAK KAMBING DENGAN LASERPUNKTUR IDA AYU PUTU PARWATI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.931 KB)

Abstract

ABSTRACT The research aims to know the differences between production cost, revenue and income of goat breeding business by with and whiteout laserpunctur and production factors affecting of goat breeding. The research was carried out in Bongancina village, Busungbiu District, Buleleng Regency from March to June 2003. Primary data was from 60 goats breeders, 36 of them were using laserpunctur technology, and the other 24 were not. To test the differences between both respondent groups, the t-test of statistical procedure was used. The goat breeding income was affected by the number of goat, prices of: germs, selling germs, HMT, Concentrate, goat mother ages, wages and litter size, The Ordinary Least Square (OLS) procedure was applied. The results showed that the level of goat breeder income by using laserpuncture technology was high compared to unusing the technology. Meanwhile, the technology for mass, the concentrate price, and the germ price also affected the goat production. In opposition the litter size affected the goat production. Keywords: Income, Production, Goat, Laserpuncture ABSTRAK Riset bertujuan untuk mengetahui perbedaan biaya produksi, pendapatan dan pendapatan dari bisnis peternakan kambing dengan dan tanpa laserpunctur dan factor-faktor produksi yang mempengaruhi peternakan kambing. Penelitian dilaksanakan di Desa Bongancina, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng dari Maret sampai Juni 2003. Data primer berasal dari 60 peternak kambing, 36 dari mereka menggunakan teknologi laserpunctur, dan lainnya 24 tidak. Untuk menguji perbedaan antara responden kedua kelompok digunakan statistik t-test. Pendapatan peternakan kambing dipengaruhi oleh jumlah kambing, harga benih, penjualan benih, HMT, konsentrat, umur induk kambing, upah dan ukuran. Hasil menunjukkan bahwa yang tingkat pendapatan peternak kambing dengan penggunaan teknologi laserpuncture adalah lebih tinggi dibandingkan yang tidak menggunakan. Sedangkan teknologi untuk massa pemanasan harga konsentrat, harga benih telah mempengaruhi produksi kambing. Kata kunci: Pendapatan, Produksi, Kambing, Laserpuncture
STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR PERTANIAN DALAM MENDUKUNG SEKTOR PARIWISATA DI PROVINSI BALI IDA BAGUS KETUT SURYA
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.466 KB)

Abstract

ABSTRACT The Balinese economy is full of unregulated small and medium sized family businesses. This sector provides employment opportunities to low-skilled and under-educated workers. Generally, these businesses contribute significantly to the county’s gross domestic product. It is the government’s policy to give a large priority to the development of these small, medium and family businesses because of the influence they have on the level of employment. With further development, these businesses can provide a strong foundation for the Indonesian economic structure, and specifically Bali’s. The purposes of the research are: (1) To identify how tourism stimulates the farming sub sector. (2) To identify the type and quantity of vegetables needed by the tourism sector in Bali. (3) To plan a strategic program for small vegetable business development for in the Bali province. The findings from the analysis were: 1. In the farming production sector the plants sub sector has a stronger correlation with tourism than the other sub-sectors such as agriculture, animal farming, forestry, and fish farming. The plant sub sector is split into fruit and vegetable, with the vegetables accounting for twice as much of the production at 0,0031% with the elasticity at 2,05%. This makes vegetables the most important crop in relation to the tourism sector in Bali. 2. The type and quantity of vegetables needed by tourism are as follows: 1) Statistics show that the vegetables needed by the hotel, restaurant, and food stalls in the following five regencies of Bali, Gianyar, Buleleng, Bangli, Tabanan, and Karangasem, is around 391.765 ton. These regencies account for 50% of the vegetable need in Bali so the total need for the tourism industry in Bali is approximately 783.530 ton per year. In 2003 the total vegetable for the whole of Bali was 269.562 ton, which means there is a deficit of 513.868 ton in the tourism sector, without even factoring in the domestic demand. 2) There are fifteen types of vegetable which are mainly needed by the tourism sector: onion, garlic, chilies, tomatoes, potatoes, cabbage, carrot, green vegetable, runner beans, water spinach, spinach, cucumber, beans, salads, and parsley. 3) Most hotels buy their vegetables through a contract system, but most restaurants and food stalls buy from the traditional markets. 4) Most hotels, restaurants and food stalls supply their vegetables daily at the percentage of 71, 83% and incidentally at 28, 17% and 3. The required strategies to improve small and medium sized vegetable businesses are: 1) Small medium vegetable producer’s business strategic plan such as: (1) To improve the minimum vegetable production levels; (2) To improve product competition; (3) Sub terminal agro business development; (4) To improve the safety of Bali as a tourism destination; (5) To improve the quality of the vegetables produced; (6) To provide economic support and allowances for the small and medium farming businesses; (7) Encourage partnerships between small and medium vegetable businesses, suppliers, and hotels. 2) Small medium vegetable trader’s business strategic plan such as: (1) Improve the consistency and quantity of supply to hotels and supermarkets; (2) Improve the ability to adapt with changes; (3) Develop different products and product quality; (4) Partnership between small medium vegetable trader’s business with hotels and supermarkets; (5) Improve the business management; (6)Make a strong position for small medium vegetable businesses to support the tourism market; (7) Improve the ability to compete; (8) Create price stability. Key words: Small medium business improvement, Farming section, Tourism support ABSTRAK Usaha kecil-menengah (UKM) dan usaha rumah tangga (URT) yang tidak berbadan hukum adalah pelaku-pelaku ekonomi Bali, tersebar di semua sektor ekonomi, merupakan usaha yang banyak menciptakan lapangan usaha tanpa harus mempunyai jenjang pendidikan tertentu atau keahlian khusus. Secara nasional kontribusi jenis usaha ini terhadap produk domestik bruto sangat signifikan. Kebijakan pemerintah untuk memberi prioritas lebih besar dalam pembangunan yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan utamanya UKM dan URT sangat strategis dan akan berdampak luas terhadap penyerapan tenaga kerja. Ke depan jenis usaha semacam ini menjadi fondasi yang cukup kokoh bagi struktur perekonomian Indonesia umumnya dan perekonomian Bali khususnya. Tujuan penelitian yaitu: (1) Mengidentifikasi sub-sub sektor pertanian pendukung pariwisata, (2) MengiIdentifikasi jenis dan kuantitas sayuran yang dibutuhkan sektor pariwisata di Bali, dan (3) Merumuskan strategi dan program pemberdayaan UKM sayuran di Popinsi Bali Dari hasil analisis diperoleh temuan penting sebagai berikut: 1. Pada kelompok sektor produksi pertanian dalam arti luas, sub sektor tanaman pangan memiliki keterkaitan paling kuat dengan pariwisata dibandingkan dengan sub sektor lainnya seperti perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sedangkan pada kelompok produksi sub sektor tanaman pangan, sub-sub sektor sayuran memiliki pengganda terbesar kedua setelah buah-buahan, ditunjukkan oleh pengganda dan elastisitas masing-masing sebesar 0,031 dan 2,05%. Ini mengindikasikan bahwa sub-subsektor sayuran berperan menunjang sektor pariwisata di Bali, terutama dalam memenuhi kebutuhan wisatawan akan sayuran, 2. Jenis dan Jumlah sayuran yang dibutuhkan oleh pariwisata: 1) Kebutuhan sayuran oleh hotel, restoran dan rumah makan di lima kabupaten di Bali yaitu Gianyar, Buleleng, Bangli, Tabanan dan Karangasem sebanyak 391.765 ton, diperkirakan hanya 50% dari total kebutuhan sayuran di Bali. Jika demikian halnya, total kebutuhan sayuran oleh hotel, restoran dan rumah makan di Bali diperkirakan sebanyak 783.530 ton per tahun. Sedangkan produksi sayuran di Bali tahun 2003 sebesar 269.562 ton, berarti produksi sayuran di Bali masih defisit sebesar 513.968 ton per tahun dibandingkan dengan kebutuhan pariwisata. 2) Jenis sayuran yang dibutuhkan mencakup 15 jenis, yaitu Bawang Merah, Bawang Putih, Lombok, Tomat, Kentang, Kubis, Wortel, Sawi Hijau/Petsai, Kacang Panjang, Kangkung, Bayam, Mentimun, Buncis, Selada dan Parsely, 3) Sistem pengadaan sayuran oleh hotel-hotel melalui sistem kontrak, sedangkan oleh restoran dan rumah makan melalui sistem pembelian langsung ke pasar-pasar tradisional, 4) Sebagian besar kontinuitas pengadaan sayuran oleh hotel, resatoran dan rumah makan secara harian (71,83%), sedangkan hanya sebagian kecil (28,17%) secara insidental; dan 3. Strategi Pemberdayaan potensi UKM Sayuran yaitu: 1). Strategi Pemberdayaan UKM produsen (petani sayuran), yaitu: (1) Meningkatkan produksi sayuran minimum khemikalia; (2) Meningkatkan daya saing produk; (3) Pemberdayaan sub terminal agribisnis; (4) Meningkatkan keamanan daerah wisata; (5) Pemberdayaan petani sayuran; (6) Memperkuat posisi UKM petani; (7) Pola kemitraan antara UKM petani, pengepul dan hotel, dan 2) . Strategi pemberdayaan UKM pedagang sayuran antara lain: (1) Meningkatkan kemampuan kuantitas dan kontinuitas memasok hotel dan swalayan; (2) Peningkatan kemampuan adaptasi terhadap perubahan; (3) Peningkatan keragaman dan kualitas produk; (4) Kemitraan antara UKM pedagang sayuran dengan hotel dan swalayan; (5) Peningkatan manajemen usaha; (6) Memperkuat posisi UKM sayuran menunjang pasar pariwisata; (7) Meningkatkan kemampuan bersaing; (8) Stabilisasi harga. Kata kunci: Pemberdayaan UKM, Sektor Pertanian, Mendukung Pariwisata.
KONTRIBUSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU TERHADAP PENGHIDUPAN MASYARAKAT HUTAN: STUDI KASUS DI DUSUN PAMPLI KABUPATEN LUWU UTARA NGAKAN PUTU OKA; AMRAN ACHMAD
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.008 KB)

Abstract

ABSTRACT The contribution of non-timber forest products (NTFP) to local livelihood has been studied in Pampli hamlet Luwu Utara district South Sulawesi. This study was conducted using Participatory Rural Appraisal (PRA) Method from early September to late November 2005. Study results indicated that, although the hamlet community owned rice field and occupied hectares of farming land, their income was generated mostly from collecting NTFP. Rattan is the main species among the NTFP from where almost all of the households earn cash. A rattan collector could earn more than Rp. 1,000,000 of cash within 16 days in the forest. Wild honey, resin, and gaharu were other kinds of NTFP that are also collected by hamlet community for earning cash. Fresh water shrimp and fishes collected from the Patikala river served the major portion of protein needed by the hamlet community, while some plant species collected from the forest were used for medicines and vegetable as well. Fuelwood collected from the forest was the only source of energy for the hamlet community. Since NTFP could fill their need for cash and other living-requirements anytime they want, there was a tendency that the hamlet community did not plant their farming land intensively using crops or fruit trees. Key Words: Non-Timber Forest Products, PRA, Rattan, Wild Honey, Resin ABSTRAK Kontribusi produk hutan non-kayu (NTFP) terhadap kehidupan masyarakat telah dipelajari Dusun Pampli Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Studi ini telah diselenggarakan menggunakan Metode Participatory Ruaral Appraisal (PRA), dari awal September sampai November 2005. Hasil studi menunjukkan bahwa, walaupun masyarakat dusun Pampli memiliki sawah dan mengerjakan lahan kering, pendapatan mereka sebagian besar dihasilkan dari mengumpulkan hasil hutan non kayu (NTFP). Rotan adalah jenis yang utama diantara NTFP dari mana hampir semua rumah tangga mendapat uang tunai. Suatu rotan dikumpulkan bisa mendapat lebih dari Rp. 1,000,000 uang tunai di dalam 16 hari di dalam hutan. Madu liar, Damar, dan Gaharu adalah jenis lain NTFP adalah juga dikumpulkan oleh masyarakat dusun Pamli for mendapat uang tunai. Udang Air tawar dan Ikan dikumpulkan dari sungai Patikala memenuhi sebagian besar kebutuhan masyarakat, sedangkan beberapa jenis tanaman dikumpulkan dari hutan telah digunakan untuk obat dan sayuran juga. Minyak kayu dikumpulkan dari hutan adalah satu-satunya sumber energi untuk masyarakat dusun Pampli. Kata Kunci: Hasil Hutan Bukan kayu, PRA, Rotan, Madu Liar, Resin
KETERPADUAN PASAR TUNA SEGAR BENOA/BALI, INDONESIA DAN PASAR SENTRAL TUNA TOKYO, JEPANG EDYANTO SITORUS
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.054 KB)

Abstract

ABSTRACT Tuna fish is which forming life and horde in tropical territorial water until subtropics. Tuna type which important in commerce is Yellowfin, Bigeye, Poor Southern Bluefin, Northern Bluefin, Albacore and of Skipjack (Cakalang). Objective of this research is analyze integrity of market that happened between local market (Market of Benoa, Bali) with reference market (Tuna Central Market of Tokyo, Japan), It is seen from the research that in Benoa there are 3 system of selling fresh tuna : On Check System, Round System and Sell Tuna Depending on Tokyo Market. From all systems, sell with depending on Tokyo market is the best system as it is integrated in the short run and long run. Key Word: Index of Market Connection, short-run integration, long-run integration ABSTRAK Tuna adalah ikan yang membentuk gerombolan dan hidup di perairan tropis sampai subtropics. Jenis ikan tuna yang terpenting dalam perdagangan adalah Yellowfin, Bigeye, Southern Bluefin Tuna, Northern Bluefin, Albacore dan Skipjact (Cakalang). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keterpaduan pasar yang terjadi antara pasar lokal (Pasar Benoa, Bali) dengan pasar referensi (Pasar Sentral Tuna Tokyo, Jepang), Dari hasil penelitian dapat disimpulkan adanya 3 sistem perdagangan ikan tuna dari Benoa Ke Tokyo,Jepang: Sistem On Check, Jual Gelondongan dan Jual titip. Dari semua sistem perdagangan, sistem jual titip adalah sistem perdagangan yang terbaik di terapkan karena terpadu dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kata kunci: Indeks Keterpaduan Pasar, Keterpaduan Pasar Jangka Pendek, Keterpaduan Pasar Jangka Panjang
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN TABANAN SUATU PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING I MADE MARSA ARSANA
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Development of village unit cooperatives (KUDs) at Tabanan Regency in the past six years has shown fluctuation, where some KUDs showed an increase profit while the others suffered from loss even bankruptcy. The loss condition reflects bad financial performance; in turn it will lead to lessen KUDs’ability to function properly. This study is aimed at (1) finding out the financial profile of KUDs including liquidity, leverage, activity and profitability, (2) identifying factors affecting KUDs’ financial performance and (3) determining direct, indirect and total effects to the financial performance of the KUDs at Tabanan Regency. The data for the study were taken from six consecutive year financial statements, and financial ratio from 1998 to 2003. Structural equation modeling methods were used to analyze factors affecting the financial performance with the aid of Analysis of Moment Structure (AMOS) 4.0 program. The results showed that: (1) The trend of financial profile covering liquidity, leverage and activity during 1998-2003 was increasing, meanwhile profitability showed a decline tendency. (2) Based on the Confirmatory Factor Analysis method: there were 3 (three) factors under investigation, namely: liquidity in terms of quick ratio, leverage in terms of long term debt to equity ratio, and tangible fixed assets debt coverage as well as activity factor. Among those three factors, liquidity factor was significantly influencing the financial performance (3) Those three factors had direct effect, indirect effect and total effect to the financial performance. The activity factor was significantly affecting ROA and the financial performance, whereas the total effect of the liquidity factor was significantly affecting Basic Earning Power (BEP), Return on Assets (ROA) and the financial performance. Total effect of the leverage factor was significantly affecting ROA and the financial performance; however they did not affect Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), BEP. Total effect of the activity factor did not influence ROE, GPM, NPM, BEP and total effect of the liquidity factors did not affect ROE, GPM, and NPM. It is recommended to related institutions especially to the management of KUD to take more consideration on optimal working capital, optimal cash, optimal inventory and investment the other assets to achieve better financial performance. Key words: Liquidity, Leverage, Activity, Financial Performance ABSTRAK Perkembangan KUD di Kabupaten Tabanan selama enam tahun terakhir menunjukkan bahwa beberapa KUD yang keuntungannya selalu meningkat, keuntungannya berfluktuasi dan bahkan menderita kerugian. Kondisi ini dapat mengakibatkan kinerja keuangannya menjadi buruk. Kinerja keuangan yang buruk akan mengurangi kemampuan KUD untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya. Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui profil kemampuan keuangan yang mencakup likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan, (3) menentukan pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh totalnya dari faktor terhadap kinerja keuangan KUD di Kabupaten Tabanan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan dan rasio keuangan tahunan periode 1998 s.d 2003. Untuk menganalisis faktor-faktor penentu kinerja keuangan digunakan SEM dengan program AMOS 4.0. Hasil yang diperoleh menunjukkan sebagai berikut. (1) Profil kemampuan keuangan selama periode 1998 s.d 2003 likuiditas, leverage, dan aktivitas kecendrungan meningkat, namun profitabilitasnya kecendrungan menurun. (2) Faktor-faktor penentu kinerja keuangan adalah likuiditas, leverage, dan aktivitas. Faktor likuiditas dimaknai oleh rasio cepat, faktor leverage dimaknai oleh rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas, dan rasio aktiva tetap berwujud terhadap hutang jangka panjang serta faktor aktivitas dimaknai oleh perputaran modal kerja. Dari ketiga faktor yang dibentuk ternyata faktor likuiditas berpengaruh secara nyata terhadap indikator kinerja keuangan. (3) Studi ini juga menunjukkan bahwa faktor-faktor likuiditas, leverage, dan aktivitas mempunyai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh totalnya. Pengujian pengaruh total pada taraf signifikan 5% dari aktivitas terhadap ROA dan kinerja keuangan adalah signifikan, pengaruh total dari likuiditas terhadap DLD, ROA dan kinerja keuangan adalah signifikan, pengaruh total dari leverage terhadap ROA, dan kinerja keuangan adalah signifikan, sedangkan pengaruh total dari aktivitas terhadap ROE, MLK, MLB, dan DLD adalah tidak signifikan, pengaruh total dari likuiditas terhadap ROE, MLK, MLB adalah tidak signifikan, pengaruh total dari leverage terhadap ROE, MLK, MLB dan DLD adalah tidak signifikan. Direkomendasikan kepada pihak yang berkepentingan khususnya pihak manajemen KUD untuk dapat menghasilkan kinerja keuangan yang unggul, perlu menentukan modal kerja optimal, kas optimal, persediaan optimaldan pendanaan yang tepat terhadap aktivanya. Kata kunci: Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Kinerja Keuangan
LAND MANAGEMENT FOR SUSTAINABLE AGRICULTURE IN NORTH COASTAL PLAIN OF BALI 1 I WAYAN BUDIASA; MADE MEGA
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.307 KB)

Abstract

ABSTRAK Sistem pertanaman intensif bisa mengarah pada trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan seperti degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pengelolaan lahan sebagai salah satu komponen pengelolaan teknologi pertanian diperlukan dalam sistem pertanian berkelanjutan. Penelitian di TMB-59, Desa Tembok, daerah pesisir Bali bagian utara dilakukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa petani di TMB-59 menyelenggarakan sistem usahatani campuran berbasiskan irigasi air tanah. Analisis difokuskan pada kesesuaian lahan, kesuburan tanah, pendugaan erosi dan pengelolaan nutrisi tanah. Temuan penelitian ini adalah: (1) status kesuburan lahan usahatani di TMB-59 tergolong rendah sehingga hanya memiliki kesesuaian marginal untuk tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah, ubi jalar, melon, cabai, pisang, jambu mete, kelapa, dan lontar, serta cukup sesuai untuk tanaman mangga, pepaya, dan rumput sebagai pakan ternak; (2) Tingkat erosi tanah di TMB-59 tergolong sangat ringan dan jauh lebih kecil daripada tingkat erosi yang diperbolehkan sehingga tidak diperlukan tindakan konservasi di daerah tersebut; dan (3) kebutuhan pupuk kandang untuk berbagai tanaman di TMB-59 sekitar 342 ton per tahun tetapi baru tersedia sekitar 202,74 ton dari populasi sapi, babi, kambing dan ayam di daerah tersebut. Berdasarkan temuan tersebut, direkomendasikan bahwa (1) perlu penambahan bahan organik yang cukup untuk meningkatkan status kesuburan tanah dan produktivitas lahan, (2) walaupun tidak perlu tindakan konservasi, pemeliharaan tanah diperlukan untuk mengantisipasi erosi tanah yang lebih tinggi, dan (3) petani di TMB-59 disarankan tetap melaksanakan usahatani campuran dengan meningkatkan jumlah ternak untuk memenuhi kebutuhan pupuk kandang yang lebih tinggi dari berbagai jenis tanaman yang diusahakan. Kata kunci: Kesesuaian Lahan, Kesuburan Tanah, Erosi, dan Pertanian Beranjutan ABSTRACT Intensive cropping system with their technology such as the one in the project area will lead to trade-off between economic benefits in the short run and environmental damages, especially soil fertility degradation in the long run. As environmental degradation increases, agriculture will eventually become unsustainable; therefore, land management as a component of agricultural technology management is required in sustainable agricultural system. A research in TMB-59, Tembok village, north coastal plain of Bali, is conducted purposively with a reason that farmers in which have done groundwater irrigation-based mixed farming system. The analysis is focused on the land suitability, soil fertility, soil loss prediction, soil nutrient management. The research finding is: (1) the farmland in TMB-59 is actually classifiable as poor fertile soil, its only marginal suitable for for maize, cassava, groundnuts, sweet potato, melon, chili, banana, cashew, cacao, coconut, and Palmyra palm and suitable enough for mango, papaya, and fodder grasses; (2) the soil erosion level in TMB-59 is categorized as very light and less than soil loss tolerance in the area; (3) crops animal- manure requirement is approximately 342 tons per year but the available stock is only 202.74 tons generated by cattle, pig, goat and chicken. Therefore, it can be recommended that: (1) it needs organic matter application in middle to high levels to improve the soil fertility status and land productivity; (2) it needs land maintaining such as addition of organic matter to protect soil against erosion to some extent; and (3) the farmers in TMB-59 should continuously carry out mixed-farming practices and increase livestock population based on the crop manure requirement and greenery and crops by-product availability. Key words: Land Suitability, Soil Fertility, Erosion, and Sustainable Agriculture.
MODEL PENGEMBANGAN AGROWISATA DI BALI WAYAN WINDIA; MADE WIRARTHA; KETUT SUAMBA; MADE SARJANA
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 7, No. 1 February 2007
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.962 KB)

Abstract

ABSTRACT Basically, agrotourism is to place the primary sector (agricultural sector) in the tertiary sector (tourism sector), in order to increase farmers income. Farmers in agricultural sector have to get some benefits from the agrotourism activities. Beside that, agrotourism may secure the agricultural sustainability, and avoid the agricultural sector from the marginalization process. Aftermoment, there are some opinions that tourist interest tend to see natural activities, and agrotourism activities. In Bali, there are some agrotourism regions with several different management models. That is way, in this article have been explained about the general model of agrotourism development in Bali, and hope there are usefulness to the other regions in Indonesia. Key words : Agriculture, Agrotourism, and Agrotourism model. ABSTRAK Pada dasarnya agrowisata adalah menempatkan sektor primer (sektor pertanian) di sektor tersier (sektor pariwisata) yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani. Petani dan sektor pertanian akan mendapat keuntungan dari aktivitas agrowisata. Agrowisata juga mampu menjaga keberlajutan sektor pertanian dan menghindarkan sektor pertanian dari proses marginalisasi. Ada banyak alasan bagi wisatawan tertarik untuk melihat keindahan alam dan melakukan berbagai aktivitas di alam terbuka termasuk menikmati aktivitas agrowisata. Sejumlah kawasan di Bali kini sedang dikembangkan sebagai kawasan agrowisata, namun model pengelolaan agrowisata yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Keberagaman model pengelolaan agrowisata itu menjadi bahan kajian untuk menyusun model pengembangan agrowisata yang diberlakukan dalam kondisi yang berbeda di masing-masing obyek agrowisata tersebut. Artikel ini memaparkan secara gamblang bagaimana model pengembangan agrowisata di Bali dan diharapkan dapat digunakan untuk pengelolaan agrowisata di daerah lain seluruh Indonesia. Kata kunci: Pertanian, Agrowisata, dan Model Agrowisata

Page 1 of 2 | Total Record : 13