Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENUMPANG DAN KENDARAAN LINTAS PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA Misliah Misliah; Wihdat Djafar; Haris Djalante; Rosmani Rosmani
SENSISTEK:Riset Sains dan Teknologi Kelautan Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

wilayah Koridor Sulawesi. Penggunaan kapal ferry cukup fleksibel dengan karakteristik muatan terdiri dari kendaraan,barang dan manusia. Jaringan angkutan penyeberangan sebagai pendukung konektivitas nasional berperanmenghubungkan pulau-pulau utama. Lintas penyeberangan Bajoe Kolaka merupakan salah satu lintas penyeberanganyang menghubungkan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara yang cukup ramai dibandingdua lintasan lainnya. Tujuan penelitian menganalisis karakteristik pergerakan muatan Lintasan Bajoe-Kolaka yangnantinya digunakan untuk perencanaan sarana (kapal) dan prasarana (pelabuhan). Metode bangkitan pergerakandigunakan untuk menentukan asal tujuan dan regresi/pertumbuhan untuk menentukan potensi pergerakan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa daerah asal (hinterland) utama pelabuhan Bajoe adalah Bone, Makassar, dan Soppeng,daerah tujuan (foreland) utama adalah Kolaka, Kendari dan Bombana. Jenis kendaraan terbesar adalah roda duakemudian truk (panjang 7-10 meter, 6 ban), dan truk kecil (5 meter) serta mobil pribadi/ penumpang biasa.Pertumbuhan muatan untuk penumpang terjadi penurunan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata -5%, kendaraangolangan II sebesar 3%, golongan IV penumpang -6%, golongan IV barang 1%, golongan V penumpang -3%,golongan V barang 5%, golongan VI penumpang -3%, golongan VI barang -7%, golongan VII 5%, dan golongan VIII6%.
ANALISIS POLA OPERASI PENYEBERANGAN DERMAGA KERA-KERA – LAKKANGKOTA MAKASSAR Achmad Fachry; Misliah; Haris Djalante; Chairunnisa; Wihdat Djafar
SENSISTEK:Riset Sains dan Teknologi Kelautan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPelayanan angkutan sungai meliputi pelayanan angkutan penumpang dan barang. Pada umumnya angkutan sungai menggunakan kapal bertipe kecil dengan kepemilikan masyarakat atau perseorangan. Sebagai salah satu daerah obyek wisata di kota Makassar, kelurahan Lakkang yang dikerlilingi oleh sungai memerlukanpelayanan angkutan sungai untuk mobilitas masyarakat maupun wisatawan dari luar menuju Lakkang.Untuk mendukung mobilitas tersebut terdapat 3 dermaga yang melayani penyeberangan menuju Lakkang, yaitu dermaga Parangloe, dermaga Buloa dan dermaga Kera-kera. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola operasi seperti frekuensi pelayaran, kapasitas angkut, dan jadwal yang tepat untuk pelayanan penyeberangan dermaga Kera-kera – Lakkang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan analisis frekuensi penyeberangan dan perhitungan analisis kapasitas angkut perahu, sertapenyesuaian jadwal berdasarkan frekuensi penyeberangan. Hasil penelitian ini diperoleh frekuensi penyeberangan sebesar 3 trip/perahu/hari. Kapasitas angkut untuk lima kapal sebanyak 4penumpang/perahu. Jadwal keberangkatan dari Lakkang dimulai pada pukul 07.00 Wita, pukul 11.40 Wita, dan pukul 16.20 Wita. Jadwal keberangkatan dari dermaga Kera-kera dimulai pada pukul 10.20 Wita, pukul 15.00 Wita, dan pukul 18.00 Wita.Kata Kunci: Angkutan sungai, pola operasi, frekuensi, kapasitas, Lakkang
KAJIAN TARIF ANGKUTAN PENYEBERANGAN LINTAS BIRA – SIKELI - TONDASI BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) DAN ABILITY TO PAY (ATP) Arnika Syamsul; Misliah Misliah; A. St. Chairunnisa; Abd. Haris Djalante; Wihdat Djafar
SENSISTEK:Riset Sains dan Teknologi Kelautan Volume 4, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Usaha pelayaran merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang penyediaan jasa angkutan perairan, meliputi kegiatan memindahkan penumpng dan/atau barang menggunakan kapal. Bergerak di bidang jasa meharuskan suatu badan usah mengeluarkan cost yang sekecil mungkin untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Sehingga perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan sangat penting dan berperan dalam menentukan tarif. Perhitungan biaya operasional kapal yang sangat berpengaruh dalam penentuan tarif moderat antara pengusaha pelayaran dengan kemampuan pengguna jasa. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung tarif minimum dan kemampuan pengguna jasa angkutan penyeberangan trayek Bira – Sikeli –Tondasi. Metode yang digunakan untuk menghitung tarif minimum adalah metode Required Freigh Rate (RFR) berdasarkan biaya operasional kendaraan (BOK) berdasarkan PM 66 Tahun 2019 dan metode Ability to Pay (ATP). Penelitian ini dilakukan pada kapal yang melayani trayek Bira – Sikeli – Tondasi yaitu KMP. Bontoharu. Hasil penelitian ini diperoleh BOK pertahun sebesar Rp. 3.701.164.843 sehingga tarif minimum untuk Trayek Bira – Tondasi Rp. 116.911/SUP. Tarif ini lebih besar dari tarif yang yang diberlakukan saat ini yaitu Rp. 105.000/SUP. Kemampuan membayar pengguna jasa rata – rata untuk trayek Bira – Tondasi yang diperoleh (Ability to Pay) sebesar Rp.190.667. Dengan demikian maka tarif yang diberlakukan pada taryek ini harusnya berdasrakan biaya operasi kapal yaitu 116.911/SUP (Penumpang Kelas Ekonomi) karena masih dibawah daya beli masyakakat (Ability to Pay). Kata Kunci: Tarif Minimum (RFR), Biaya Operasional (BOK), Kemampuan Membayar (ATP)
Kajian Tarif Angkutan Laut Trayek Kota Makassar – Pulau Barrang Lompo Pada Saat Pandemi Covid-19 Welsy Kristianto; Wihdat Djafar; Andi Sitti Chairunnisa; Misliah Idrus; Abdul Haris Djalante; Rifkah Fitriah
Zona Laut : Jurnal Inovasi Sains Dan Teknologi Kelautan Volume 4, Number 2, July 2023 Edition
Publisher : Departemen Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62012/zl.v4i2.26090

Abstract

The Covid-19 pandemic has caused the Indonesian government to restrict the movement of communities to prevent the spread of the Corona Virus. This regulation has been enforced by the local government of Makassar City as well. The restriction affects the community's economy, which includes business activities related to population movement. Similarly, the restriction impacts the sea transportation in Makassar City, particularly the Makassar-Barrang Lompo route. The limitation of the passenger-carrying capacity to 50% of the maximum ship carrying capacity and the limitation of working hours have caused a decrease in the productivity of sea transportation on this route. In addition, the population movement on the Makassar – Barrang Lompo route has declined, causing the demand for sea transportation to decrease as the number of service frequencies decreases. It directly affects the revenue of sea transportation. As the tariff applied during the pandemic RP. 25,000, this study aims to determine the minimum tariff for operating ships so that it can be seen with the decreasing productivity and number of ships frequency, whether the applied tariff can cover the operational costs of the ships. Determination of the minimum tariff using the Required Freight Rates (RFR) method. RFR is the minimum rate that can cover the expenditures related to ship operational activities. The result shows that the minimum tariffs for the six ships operating during the Covid-19 pandemic were Rp. 11582 – Rp. 32,486. This indicates that the minimum tariffs of some operating ships are still higher than the applied tariff. Therefore, the ship fares on the Makassar-Barrang Lompo route need to be reviewed if the policy of restricting people's movements is reenforced.
STRUKTUR BIAYA LOGISTIK MARITIM KOMODITAS KAKAO SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS: DISTRIBUSI MELALUI PELABUHAN MAKASSAR) Wihdat Djafar; Andi Sitti Chairunnisa; Misliah Idrus; Abd Haris Djalante; Yorinda Marampa
Berkala Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi Vol. 1 No. 1 (2023): Berkala Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi
Publisher : Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember dan Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cocoa is one of the leading commodities in South Sulawesi Province. The main obstacle in product competition is the high cost of logistics. The main challenge for the logistics system in Indonesia is that geographically Indonesia is an archipelagic country where the distribution of goods and commodities in a region is highly dependent on the sea transportation system. Maritime logistics is a logistics network that uses the sea transportation system as the main support. This study aims to provide an overview of the cost structure of Cocoa Commodities in South Sulawesi Province with a case study of distributor PT Mars Indonesia; the distribution of Cocoa is through Makassar Port, namely Makassar Container Terminal and Makassar Newport Port. Logistics cost analysis was carried out using the total logistics cost concept approach and the activity-based costing (ABC) method. The results obtained: the cost of processing and storing cocoa in warehouses is 10.02%, land and sea transportation costs are 51.27%, administrative costs in the cocoa procurement process are 0.18%, the cost of loading and unloading goods at the warehouse and at the port is 17.86%, the cost of packing using sacks is 20.68%. ABSTRAK Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Sulawesi Selatan. Kendala utama dalam persaingan produk adalah tingginya biaya logistik. Tantangan besar sistem logistik di Indonesia adalah secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan dimana distribusi produk barang maupun komoditas suatu wilayah sangat bergantung pada sistem transportasi laut. Logistik maritim merupakan jaringan logistik yang menggunakan sistem transportasi laut sebagai penyokong utama. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran struktur biaya Komoditas Kakao di Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengambil studi kasus distributor PT Mars Indonesia, dimana distribusi kakao melalui Pelabuhan Makassar yakni Terminal Peti Kemas Makassar dan Pelabuhan Newport Makassar. Analisis biaya logistik dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep total logistics cost dan metode activity-based costing (ABC). Hasil penelitian diperoleh biaya pengelolaan dan penyimpanan kakao di gudang 10,02%, biaya transportasi darat dan laut 51,27%, biaya administrasi pada proses pengadaan kakao 0,18%, biaya bongkar muat barang saat di gudang dan di Pelabuhan 17,86%, biaya pengepakan menggunakan karung 20,68%.