Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Jurnal Cakrawala Pendas

REFLEKSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DALAM UPAYA UPAYA MENGEMBALIKAN JATI DIRI PENDIDIKAN INDONESIA Sigit Vebrianto Susilo
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 4, No 1 (2018): January
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v4i1.710

Abstract

Bangsa Indonesia melalui generasi penerus bangsa perlu mewarisi dan merefleksikan kembali buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dalam pandangannya, tujuan pendidikan adalah memajukan bangsa secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial serta didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan sejati. Dasar-dasar pendidikan Barat dirasakan Ki Hadjar tidak tepat dan tidak cocok untuk mendidik generasi muda Indonesia karena pendidikan barat bersifat regering, tucht, orde (perintah, hukuman dan ketertiban). Karakter pendidikan semacam ini dalam prakteknya merupakan suatu perkosaan atas kehidupan batin anak-anak. Akibatnya, anak-anak rusak budi pekertinya karena selalu hidup di bawah paksaan/tekanan. Menurut Ki Hadjar, cara mendidik semacam itu tidak akan bisa membentuk seseorang hingga memiliki “kepribadian”. Sejalan dengan pandangan ini, pendidikan di Indonesia seyogianya memberikan rasa aman, menyenangkan, tenang, dan memberikan rasa bahagia sehingga siswa tanpa paksaan dan secara alamiah menyantap ilmu pengetahuan dengan maksimal. Di sisi lain, tuntutan hidup abad ke-21 secara makro dan pemberlakuan kurikulum baru di Indonesia secara mikro menuntut pendidikan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi hidup di abad ke-21. Memasuki abad 21 kemajuan teknologi telah memasuki berbagai sendi kehidupan, termasuk pendidikan. Oleh sebab itu, perlu kiranya sebagai generasi penerus bangsa kembali membedah intisari dari konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam pandangan pendidikan multiliterasi. Pendidikan multiliterasi yang memberikan kebebasan siswa dalam berpikir, berkreasi, dan berpendapat sejalan dengan konsep pancadarma yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Selanjutnya pendidikan multiliterasi memiliki ciri yakni multi konsep, multi budaya, multi gaya belajar, dan multi multi modal memberikan sebuah konsep pendidikan yang memberikan kesan dan mengarahkan kepada nilai-nilai pancasila. Abad ke 21 memberikan sebuah gambaran bahwa pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills). Sejalan dengan pemaparan di atas, dengan merefleksikan kembali nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam perspektif pendidikan multiliterasi merupakan suatu wujud nyata dalam menyongsong pendidikan Indonesia agar kelak Indonesia mampu mewujudkan cita-citanya yakni menciptakan generasi emas 2045.Kata Kunci: Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Pendidikan Abad Ke-21
COOPERATIVE LEARNING MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN READING COMPREHENSION DI KELAS IV SEKOLAH DASAR Sigit Vebrianto Susilo
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 1, No 1 (2015): January
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v1i1.348

Abstract

Penelitian Tindakan Kelas ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di SD. Pembelajaran bahasa Inggris di SD cenderung lebih fokus terhadap penggunaan buku pegangan siswa, sehingga ketika siswa mendapat instruksi dalam bahasa Inggris, siswa kurang mampu memahami, merespon, dan melakukan tindakan dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan cooperative learning make a match. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran reading comprehension setelah menggunakan cooperative learning make a match. Penelitian dilakukan di kelas IV SDN Sindangkasih II Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dengan jumlah siswa 24 orang. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus penelitian. Masing-masing siklus terdiri atas tiga tindakan dengan tema pembelajaran yang berbeda, tetapi menggunakan model yang sama yaitu cooperative learning make a match. Adapun instrumen yang digunakan berupa RPP, lembar kerja siswa, lembar observasi, wawancara, catatan lapangan, lembar evaluasi, dan dokumentasi. Sedangkan teknik pengumpul data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif diolah dengan cara mencari persentase dan rerata.  Aspek yang dinilai dalam reading comprehension adalah ketepatan siswa dalam menjawab soal-soal dalam lembar kerja siswa.Kata Kunci: cooperative learning make a match, reading comprehension
PENGARUH MODEL TEAM GAMES TURNAMEN DAN GRUP INVESTIGASI SERTA PENGETAHUAN AWAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN Sigit Vebrianto Susilo
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 2, No 2 (2016): July
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v2i2.334

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran dan pengetahuan awal siswa terhadap kemampuan membaca pemahaman. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Munjul Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka pada tahun 2016 dengan 60 sampel. Pengambilan data diperoleh melalui tes analisis Varian (ANAVA)  dua jalur dengan desain treatmeant by level 2 x 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil kemampuan membaca pemahaman siswa yang menggunakan model team games turnamen lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model grup investigation. (2) Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa terhadap kemampuan membaca pemahaman. (3) Hasil kemampuan membaca pemahaman siswa yang pengetahuan awal tinggi dan belajar dengan model team games turnamen lebih baik dari pada model grup investigation, (4) Hasil kemampuan membaca pemahaman siswa yang pengetahuan awal rendah dan belajar dengan model team games turnamen lebih baik dari pada model grup investigation,Kata Kunci: Model pembelajaran team games turnamen, model pembelajaran grup investigasi, pengetahuan awal, kemampuan, membaca pemahaman.
PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Firman Yudhanegara; Sigit Vebrianto Susilo; Suningrat Suningrat
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 4, No 2 (2018): July
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v4i2.1479

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan terhadap rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Sumber Kulon I, salah satu penyebabnya yaitu kurang variatifnya guru dalam menerapkan model pembelajaran sehingga mengakibatkan pemahaman konsep siswa rendah. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri Sumber Kulon I. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru dan peneliti, tindakan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sumber Kulon I dengan jumlah siswa 22 orang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah beruapa butir soal, observasi yang berupa lembar observasi kinerja guru dan lembar observasi kegiatan siswa serta dokumentasi. Data yang berupa hasil tes sebagai data primer, hasil observasi dan dokumentasi sebagai data pendukung. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model  inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran IPS. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan pencapaian KKM pada siklus 1, pencapaian KKM 65%. Demikian pula setelah dilakukan perbaikan pada tindakan siklus 2, pencapaian KKM meningkat menjadi77%. Proses pembelajaran IPS sesuai dengan hasil observasi, pada siklus 1 siswa sudah mulai menunjukkan keaktifannya walaupun masih bingung dengan penerapan metode inkuiri terbimbing. Pada siklus 2 sebagian besar siswa aktif dalam proses pembelajaran. Kata Kunci: Pemahaman Konsep Siswa, Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
PENERAPAN MODEL MULTILITERASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PERSUASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR Sigit Vebrianto Susilo; Budi Febriyanto; Tia Ramdiati
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 5, No 1 (2019): January
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v5i1.1199

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan menulis karangan persuasi siswa yang masih rendah pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis persuasi siswa di kelas IV SDN Jatiserang II melalui penerapan model pembelajaran multiliterasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bekerjasama dengan guru kelas IV SDN Jatiserang II, dan jumlah siswa sebanyak 28 terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 18 siswi perempuan. Penelitian ini berlangsung dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes tertulis berupa uraian esai dan lembar observasi serta dokumentasi data yang diperoleh berupa hasil tes tertulis sebagai data primer dan hasil observasi serta dokumentasi sebagai data pendukung. Indikator keberhasilan yang ditetapkan apabila rata-rata kelas meningkat dari pratindakan, siklus I, siklus II dan siklus III. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan menulis karangan persuasi siswa mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada akhir siklus I nilai rata-rata 63,19 dengan ketuntasan individu 9 siswa  (32%). Pada akhir siklus II nilai rata-rata 72,81 dengan ketuntasan individu 16 siswa (57%). Selanjutnya, pada akhir siklus III nilai rata-rata 82,60 dengan ketuntasan individu 26 siswa (93%). Selain itu dari data observasi diperoleh sebelum diberikan tindakan  siswa terlihat kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebab pembelajaran lebih didominasi oleh guru. Setelah diberikan tindakan siswa terlihat aktif baik pada saat kegiatan tanya jawab maupun pada saat kegiatan publikasi hasil karya menulis. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model multiliterasi dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.Kata Kunci : Model Multiliterasi, Keterampilan Menulis, Bahasa Indonesia.
PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Toto Sumianto; Sigit Vebrianto Susilo; Euis Dwi Astuti
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 5, No 2 (2019): July
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v5i2.1480

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan terhadap rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Babakan II, salah satu penyebabnya yaitu metode dan teknik mengajar yang kurang variatif, dan Penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai menyebabkan hasil belajar yang rendah. Hal tersebut dilihat saat anak merasa bosan dalam pembelajaran. Sehingga siswa kurang percaya diri dan takut untuk menyampaikan pendapat. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa dan  hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri Babakan II. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru dan peneliti, tindakan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD negeri Babakan II, sebanyak 22 orang siswa terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah tes yang berupa butir soal, observasi yang berupa lembar observasi kinerja guru dan lembar observasi kegiatan siswa serta dokumentasi. Data yang berupa hasil tes sebagai data primer, hasil observasi dan dokumentasi sebagai data pendukung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I presentase 55% dengan nilai rata-rata kelas diperoleh 74,50, Sedangkan pada siklus II dengan nilai rata-rata yang diperoleh 85,41 dengan persentase sebesar 86%. Dengan demikian penerapan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPS kelas IV dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Babakan II. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
PENERAPAN MODEL MULTILITERASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR Sigit Vebrianto Susilo; Dudu Suhandi Saputra; Gita Risda Garnisya
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 4, No 2 (2018): July
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v4i2.1128

Abstract

Bahasa adalah suatu sarana penyampaian ilmu pengetahuan. Salah satu kompetensi utama yang harus dikuasai dalam rangka membentuk keterampilan berbahasa adalah kemampuan membaca pemahaman yang tinggi. Kenyataan yang terjadi pada siswa kelas V SDN Trajaya III ditemukan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa tergolong rendah, dibuktikan dengan hasil tes prasiklus dengan keberhasilan pembelajaran yang hanya sebesar 30% siswa yang tuntas. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Trajaya III Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka pada tahun 2017 dengan menerapkan model Multiliterasi. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model John Elliot sebanyak 3 siklus. Pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar tes kemampuan membaca pemahaman,lembar observasi aktivitas siswa dan guru, dan dokumentasi. Data yang diperoleh, dianalisis, dan direfleksi dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model Multiliterasi pada materi menyimpulkan cerita anak telah memperlihatkan peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 siklus di dasarkan penilaian proses dan hasil yang diperoleh pada siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa sesuai dengan rentang nilai model multiliterasi didapatkan data bahwa siklus I rata-rata nilai proses membaca pemahaman yaitu 2,83 termasuk dalam kategori baik dengan persentase ketuntasan 14% dan hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I yaitu 2,27 termasuk dalam kategori kurang baik dengan persentase ketuntasan 7%. Sedangkan pada siklus II rata-rata nilai proses membaca pemahaman yaitu 3,12  termasuk dalam kategori baik dengan persentase ketuntasan 67% dan hasil kemampuan membaca pemahaman siklus II yaitu 2,70 termasuk dalam kategori cukup baik dengan persentase ketuntasan 48%. Terakhir pada siklus III  rata-rata nilai proses membaca pemahaman yaitu 3,51 termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase ketuntasan 96% dan hasil kemampuan membaca pemahaman siklus III  3,03 termasuk dalam kategori baik dengan ketuntasan 85%. Dengan demikian penerapan model Multiliterasi dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan model Multiliterasi dalam  pembalajaran Bahasa Indonesia`Kata Kunci: Model Multiliterasi, Membaca Pemahaman
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR Toto Sumianto; Sigit Vebrianto Susilo; Bella Febriani
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 6, No 2 (2020): July
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v6i2.2100

Abstract

Penggunaan media pembelajaran menjadi suatu keniscayaan bagi guru dalam menjalankan roda pembelajaran. Kehadiran media pembelajaran menjadi sangat penting karena dapat membantu guru menguraikan konsep pembelajaran secara nyata di dalam kelas. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki peranan yang sangat penting bagi pengembangan keterampilan berbahasa baik membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi eksperimen dengan lokasi di Sekolah Dasar Negeri Leuwikidang 1 Kecamatan  Kasokandel  Kabupaten  Majalengka. Subjek  penelitian  adalah  siswa  kelas  V  SD  Negeri  Leuwikidang  1,  sebanyak  40  siswa   yang terdiri  dari 20  siswa untuk kelas A sebagai kelas kontrol dan  20  siswa untuk kelas B sebagai kelas  eksperimen.  Hasil penelitian menunjukan  bahwa efektivitas  media  pembelajaran audio visual pada  pembelajaran  Bahasa Indonesia dapat  meningkatkan hasil  yang  lebih baik disbanding dengan pembelajaran yang tanpa menggunkan  media audio visual. Hal ini ditunjukan dengan  perolehan  skor  pada  tes  hasil  belajar  (posttest)  lebih  unggul  dari  (pretest). Adapun hasil  pretest  dari kelas eksperimen yaitu memperoleh rata-rata sebesar 45,25 dan untuk kelas kontrol sebesar 41,25.  Untuk hasil  posttest  dari kelas eksperimen yaitu memperoleh ratarata sebesar 70,25 dan untuk kelas control sebesar 53,65.  Kesimpulan, efektivitas media pembelajaran audio visual dalam  meningkatakan  hasil  belajar  siswa  pada  pembelajaran  Bahasa Indonesia pada  siswa  kelas  V  Sekolah  Dasar  dapat  membedakan  hasil  belajar  siswa  secara signifikan.
MENUMBUHKAN KARAKTER BAIK MELALUI PERANAN GURU DI SEKOLAH Yoyo Zakaria Ansori; Sigit Vebrianto Susilo; Tsaniya Farhatina
Jurnal Cakrawala Pendas Vol 4, No 2 (2018): July
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jcp.v4i2.1497

Abstract

Sekolah sebagai suatu organisasi dituntut untuk menjalankan tujuannya yaitu membentuk siswa berkarakter. Tujuan tersebut akan tercapai melalui peran guru. Peranan guru sebagai pendidik adalah membentuk sikap individu sebagai pembelajar yang bertanggung jawab dan mampu mengamalkan ilmunya demi kebaikan diri dan sesama manusia. Pendidikan merupakan penanaman nilai yang diyakini masyarakat tidak sebatas pengetahuan tetapi perlu menyentuh sikap dan perilaku peserta didik. Pengembangan pendidikan berangkat dari nilai individu dan diwujudkan secara holistik, sehingga peserta didik menjadi manusia yang utuh, yakni berkarakter positif, berbudi pekerti yang luhur dan berakhlak mulia. Untuk mewujudkannya maka peran guru dalam membangun karakter siswa yakni sebagai konservator (pemelihara), sebagai transmitter (penerus) sistem nilai, sebagai transformator (penerjemah) sistem nilai, dan sebagai organisator (penyelenggara) terciptanya proses pendidikan. Kata Kunci: Karakter Baik, Peran Guru