Claim Missing Document
Check
Articles

STRESS AND PSYCHOLOGICAL WELL-BEING IN FAMILIES TREATING SCHIZOPHRENIA PATIENTS Arni Nur Rahmawati; Ita Apriliyani; Tri Sumarni
Indonesian Journal of Community Health Nursing Vol. 8 No. 1 (2023): FEBRUARY 2023
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/ijchn.v8i1.42393

Abstract

Introduction: Schizophrenia is a severe mental disorder characterized by decreased cognitive function and skills in social relations, inability to carry out self-care, and fulfilling the need for daily activities. The problems that occur in schizophrenic patients do not only affect the patients themselves, but also the families who care for the patients. Families have a burden in caring for schizophrenic patients. Families who are caregivers are vulnerable to stress which can affect their role as family companions. Various adjustments that must be faced in their role as caregivers are often a separate stressor, especially for families who lack adaptive coping skills. So that adaptive coping is needed to deal with stress and improve the psychological well-being of families in caring for schizophrenic patients. This study aims to determine the description of stress and psychological well-being in families who care for schizophrenic patients.   Method: This type of research is quantitative descriptive with a cross-sectional approach, carried out at the Kembaran I Purwokerto Health Center. The number of samples of families caring for schizophrenic patients was 30 using the total sampling technique. The research instrument was the Perceived Stress Scale (PSS) questionnaire consisting of 10 items and the Psychological Well-Being Scale (PWBS) consisting of 42 items. The analysis used is descriptive quantitative.   Result: The results of this study showed that most of the families who cared for schizophrenia patients had moderate stress levels are 28 families (93.3%) and moderate levels of psychological well-being in 25 families (83.3%).   Conclusion: Stressful conditions can affect the level of psychological well-being in families who care for schizophrenic patients. Psychoeducation is needed to help families choose appropriate coping strategies in dealing with stressors and improve their psychological well-being. Keywords: families treating schizophrenia, psychological well-being, stress
Depresi Remaja dengan Orang Tua Tunggal Dita Cahayatiningsih; Ita Apriliyani; Arni Nur Rahmawati
Journal of Language and Health Vol 3 No 1 (2022): Journal of Language and Health
Publisher : CV. Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jlh.v3i1.1185

Abstract

Depresi remaja yang memiliki orang tua tunggal merupakan gangguan alam perasaan, emosi yang dialami saat masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa akibat memiliki orang tua tunggal baik karena perceraian ataupun kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran depresi remaja yang memiliki orang tua tunggal di SMK Muhammadiyah Bumiayu. Metode penelitian ini adalah menggunakan jenis rancangan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik sampling dengan total sampling sebanyak 60 responden yang memiliki orang tua tunggal. Data diambil dengan melakukan pengisian kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) yang diadopsi oleh Damanik dan diambil 14 item skala depresi. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang memiliki orang tua tunggal dalam kondisi normal sebanyak 32 (61,5%), depresi ringan 8 (15,4%), dan depresi sedang 12 (23,1%). Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan intervensi keperawatan pada remaja yang memiliki orang tua tunggal.
Penerapan Latihan Strategi Koping pada Keluarga yang Merawat Pasien Skizofrenia Arni Nur Rahmawati; Ita Apriliyani; Tri Sumarni; Nurkhasanah Nurkhasanah; Dwi Agus Yulianto
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 4 No 3 (2022): Jurnal Peduli Masyarakat: September 2022
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Skizofrenia merupakan kondisi gangguan mental yang akan mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku. Masalah yang terjadi pada pasien ini akan berdampak pada keluarga yang merawat pasien. Dampak yang dialami keluarga antara lain dampak psikologis terutama stres karena beban perawatan. Beban perawatan menjadi salah satu stressor yang harus dihadapi keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Keluarga harus memiliki pengetahuan, kemauan, kesabaran, dan koping yang positif. Koping diperlukan keluarga untuk beradaptasi dengan perannya dan mengatasi stress dalam merawat pasien skizofrenia. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pelatihan strategi koping yang adaptif dalam mengenal masalah. Mitra kegiatan ini adalah keluarga yang merawat pasien skizofrenia di Puskesmas Kembaran I Purwokerto berjumlah 20 orang. Metode pelatihan pada kegiatan pengabdian ini yaitu psikoedukasi dan praktikum. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan terhadap kemampuan memilih strategi koping yang adaptif. Penerapan latihan strategi koping adaptif dengan berfokus pada emosi merupakan cara yang efektif dan mudah dilakukan dalam mengatasi stress oleh keluarga yang merawat pasien skizofrenia.
Manajemen Stres Kerja Guru Arni Nur Rahmawati; Noor Rochmah Ida Ayu Trisno Putri; Tri Sumarni
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat : Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2021): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) STIKES Notokusumo Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.845 KB)

Abstract

Profesi guru berperan penting terhadap anak didik meskipun dengan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi. Kendala yang dialami oleh murid, guru dan orang tua yaitu penguasaan teknologi masih kurang, penambahan biaya kuota internet, tugas tambahan orang tua dalam mendampingi anak belajar, komunikasi yang kurang antara siswa, guru dan orang tua, serta jam kerja yang menjadi tidak terbatas bagi guru karena harus berkomunikasi dengan orang tua, guru lain, dan kepala sekolah. Stres pada masa pandemi covid-19 dialami juga oleh guru sekolah dasar karena perubahan sistem kerja dan metode pembelajaran. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stress dan pengetahuan guru tentang stress dan manajemen stress. Kegiatan ini dilakukan di SDN 2 Purbadana Kecamatan Kembaran dengan pendekatan studi kasus yang melibatkan 9 guru kelas. Kegiatan dilakukan dengan deteksi dini stress menggunakan kuesioner DASS, pengetahuan tentang stress dan manajemen stress. Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini adalah sejumlah 5 guru mengalami stress ringan dan 4 guru mengalami stress sedang. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang stress dan manajemen stress, pengetahuan guru meningkat menjadi pengetahuan baik sejumlah 9 guru. Manajemen stress dilakukan agar guru SD dapat melaksanakan tugas secara maksimal.
Gambaran Kesejahteraan Psikologis Dengan Derajat Hipertensi Lansia Alfiyah Nur Azijah; Noor Rochmah I.A.T.P; Arni Nur Rahmawati; Ita Apriliyani
Jurnal Keperawatan Notokusumo Vol. 9 No. 2 (2021): Desember
Publisher : LPPM STIKES NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.177 KB)

Abstract

Proses menua merupakan proses yang akan terjadi pada setiap individu. Semakin bertambah usia maka akan muncul berbagai masalah akibat adanya penurunan fisiologis. Kondisi ini berdampak pada aspek kesehatan seperti hipertensi. Hipertensi yang dialami lansia membuat lansia merasa stress, memiliki emosi negatif, hingga penurunan kesejahteraan psikologis. Tujuan penelitian untuk memberikan gambaran kesejahteraan psikologis dengan derajat hipertensi lansia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan crosssectional dengan 64 lansia sebagai responden. Pemilihan responden menggunakan teknik consecutive sampling. Proses pengumpulan data menggunakan kuesioner Psychological Well-Being Scale (PWBS). Analisis data dilakukan secara univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel. Hasil analisis ditemukan bahwa sebagian besar responden masuk dalam kategori lanjut usia,yaitu pada kisaran usia 60 hingga 74 tahun, memiliki tingkat pendidikan dasar dan mengalami kesejahteraan psikologi sedang. The aging process is a process that will occur in every individual. As we age, various problems arise due to physiological decline. This condition has an impact on health aspects such as hypertension. Hypertension experienced by the older adults makes the older adult feel stressed, have negative emotions, to a decrease in psychological well-being. The purpose of the study was to provide an overview of psychological well-being with the degree of hypertension in the older adult. This study is a descriptive study using a cross-sectional approach with 64 older adult as respondents. The selection of respondents used consecutive sampling technique. The data collection process used a Psychological Well-Being Scale (PWBS) questionnaire. Data analysis was carried out univariately to describe the distribution of variable frequencies. The results of the analysis found that most of the respondents were in the elderly category, namely in the age range of 60 to 74 years, had a basic education level and experienced moderate psychological well-being.
Studi Kasus Harga Diri Rendah Kronis Pada Pasien Skizofrenia Arni Nur Rahmawati; Annisa Salsabila Ramadhani; Ita Apriliyani
Jurnal Keperawatan Notokusumo Vol. 9 No. 2 (2021): Desember
Publisher : LPPM STIKES NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.803 KB)

Abstract

Kesehatan jiwa merupakan kondisi dinamis dari rentang sehat jiwa hingga gangguan jiwa. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan harga diri rendah kronis pada pasien skizofrenia dengan metode penelitian deskriptif studi kasus. Sample penelitian adalah pasien skizofrenia yang mengalami harga diri rendah kronis, dan teknik pengambilan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil karya tulis menunjukan bahwa pasien skizofrenia dengan harga diri rendah memiliki tanda dan gejala perasaan negatif terhadap diri sendiri, perasaan tidak mampu, dan rendah diri. Kesimpulan, untuk melakukan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa harus menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan acuan strategi pelaksanaan. Mental health is a dynamic condition ranging from mental health to mental disorders. The aim of the study was to describe nursing care for chronic low self-esteem in schizophrenia patients using a case study descriptive research method. The research sample was schizophrenic patients who experienced chronic low self-esteem, and the data collection techniques were through interviews, observation and documentation study. The paper shows that schizophrenic patients with low self-esteem have signs and symptoms of negative feelings towards themselves, feelings of inadequacy, and low self-esteem. In conclusion, to carry out nursing care for mental disorders patients must use therapeutic communication principles with reference to implementation strategies.
STUDI KASUS HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN SCHIZOFRENIA: A CASE STUDY OF AUDITORY HALLUCINATION IN SCHIZOFRENIA PATIENTS Arni Nur Rahmawati; Mister; Nugroho Adi P
Jurnal Keperawatan Notokusumo Vol. 10 No. 1 (2022): Juni
Publisher : LPPM STIKES NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.721 KB)

Abstract

Gangguan kejiwaan yang paling banyak dialami adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang memiliki gejala dominan halusinasi.  Halusinasi yang paling banyak terjadi adalah halusinasi pendengaran. Artikel ini mengulas fakta dari penanganan masalah keperawatan yang muncul pada seseorang dengan schizofrenia dengan tujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan halusinasi pendengaran dengan metode penelitian deskripstif studi kasus. Sampel penelitian menggunakan salah satu pasien yang mengalami halusinasi pendengaran di RSUD Banyumas. Proses pengambilan data dilakukan dengan proses wawancara, observasi, studi dokumentasi, serta membandingkan situasi yang terjadi pada saat pengamatan dengan hasil data wawancara. Instrumen yang digunakan berupa format pengkajian keperawatan jiwa.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dibawa kerumah sakit karena sering bicara sendiri hingga sering berteriak. Pasien juga mengungkapkan adanya bisikan yang mengajak pasien untuk mengobrol. Saat diajak berkomunikasi pasien menjawab dengan suara pelan, serta terlihat sedih dan mengabaikan pembicaraan ketika terlalu diberikan banyak pertanyaan. Terlihat pasien sering bicara sendiri, dan mengelantur. Pasien juga mengatakn sulit tidur walaupun dalam kondisi sepi. Data pengkajian yang didapatkan mengarah kepada diagnosa keperawatan  gangguan persepsi sensori: gangguan halusinasi. Setelah dilakukan implementasi berupa manajemen halusinasi selama tiga hari, pasien terlihat sudah mampu mengendalikan halusinasinya, sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan persepsi sensori: gangguan halusinasi teratasi. Kesimpulan, dalam melakukan proses asuhan keperawatan perlu adanya pengunaan acuan strategi pelaksana berdasarkan kasus yang ditemukan. Perlu adanya pengembangan terapi aktivitas kelompok dalam pengaplikasian manajemen halusinasi.   The most common psychiatric disorder is schizophrenia. Schizophrenia is a severe mental disorder that has dominant symptoms of hallucinations. The most common hallucinations are auditory hallucinations. This article reviews the facts of handling nursing problems that arise in someone with schizophrenia with the aim of describing nursing care for auditory hallucinations using case study descriptive research methods. The research sample used one of the patients who experienced auditory hallucinations in Banyumas Hospital. The data collection process was carried out by means of interviews, observations, documentation studies, and comparing the situation that occurred at the time of observation with the results of interview data. The instrument used is a mental nursing assessment format. The results showed that the patient was brought to the hospital because he often talked to himself and often shouted. The patient also revealed that there were whispers that invited the patient to chat. When invited to communicate, the patient answers in a low voice, looks sad and ignores the conversation when too many questions are asked. It is seen that the patient often talks to himself, and digresses. The patient also said it was difficult to sleep even in quiet conditions. The assessment data obtained lead to a diagnosis of sensory perception disorder: hallucinatory disorder. After the implementation of hallucinations management for three days, the patient seemed to be able to control his hallucinations, so it can be concluded that the problem of sensory perception disorder: hallucinatory disorders is resolved. In conclusion, in carrying out the nursing care process, it is necessary to use a reference for implementing strategies based on cases found. It is necessary to develop group activity therapy in the application of hallucinations management.
Implementasi Terapi MPA Dalam Pencegahan Stress Kerja Pada Pekerja UKM Noor Rochmah Ida Ayu Trisno Putri; Arni Nur Rahmawati; Esti Saraswati
Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (638.097 KB) | DOI: 10.30644/jphi.v2i2.440

Abstract

Stress kerja merupakan salah satu masalah yang sering dialami para pekerja Usaha Kecil Menengah (UKM). Masalah ini sering tidak disadari dan tidak terlalu dirasakan. Berbagai dampak negatif seperti perasaan depresi, performa kerja yang menurun, gangguan tidur hingga keinginan bunuh diri, dan dampak lainnya akan terjadi jika stress tidak mampu dikelola dengan baik. Pemberian terapi Mindfulness Perilaku Asertif (MPA) menjadi salah satu solusi untuk mengatur koping positif sehingga dampak negatif dari stress kerja dapat dicegah. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini untuk melatih para pekerja UKM agar dapat menganggulangi stress kerja yang dirasakan dan menurunkan emosi negatif terhadap tekanan yang ada. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan penyuluhan kesehatan, demonstrasi, serta melakukan evaluasi para pekerja melakukan terapi MPA secara online. Terapi MPA dilakukan setiap hari dengan durasi 10 menit. Hasil yang didapatkan, para pekerja memiliki antusias dan keaktifan dalam mengikuti kegiatan ini. Berdasarkan hasil video yang dikirim kan oleh para pekerja, pemahaman serta kecakapan dalam melakukan terapi dinilai baik. Pekerja mampu menirukan dan mempraktikkan terapi MPA secara mandiri. Terapi MPA penting untuk dapat dilakukan secara rutin dengan langkah yang sesuai, agar efektif dalam mengatur koping positif dan meminimalisasi terjadinya stress kerja sehingga produktifitas pekerja UKM tercapai.
THE EFFECT OF PLANT THERAPY ON THE LEVEL OF LONELY ELDERLY AT THE WREDA HOUSE Maya Cobalt Angio Septianingtyas; Vivi Sovianti; Arni Nur Rahmawati
Indonesian Journal of Community Health Nursing Vol. 8 No. 1 (2023): FEBRUARY 2023
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/ijchn.v8i1.44326

Abstract

ABSTRACT Introduction: The elderly experience changes in physical, biological and psychological functions. This decreased function affects mobility and relationships with other people so that the elderly often experience loneliness, or alone. Efforts to overcome the problem of loneliness in the elderly require planting therapy with an emotional and psychological approach. The purpose of this study was to determine whether there was an effect of planting therapy on the loneliness level of the elderly at the "Pucang Gading" Elderly Social Service Home. Research Methods: The method and design of this study used quantitative research with a quasi-experimental design and the type of research design used was one group pre-post test with 32 respondents. The sampling technique used purposive sampling. The measuring tool used is the UCLA Loneliness Scale Version 3 in Javanese. Wilxocon rank test statistical test with a significant level of p-value <0.05. Results: Research resultsshowed the effect of planting therapy on the loneliness level of the elderly with a p-value <0.000. Conclusion: The conclusion of the study is that there is an effect of plant therapy on the loneliness level of the elderly at the Pucang Gading Elderly Social Service Home. For future research, it is hoped that this can become a reference material or library material related to planting therapy to overcome the level of loneliness in the elderly and future researchers can anticipate the weaknesses in this study, and are expected to be able to develop research by conducting planting therapy using other methods such as planting plants with hydroponics which simpler by utilizing existing land. Keywords :Planting therapy, level of loneliness, elderly
Melatih Mobilisasi Sederhana Pada Pasien Gangguan Mobilitas Dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Mawar RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara Mochammad Ridho Aljufri; Suci Khasanah; Arni Nur Rahmawati
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 No 1 (2023): Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM 20
Publisher : Universitas Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35960/snppkm.v3i1.1205

Abstract

Stroke non hemoragik merupakan stroke yang terjadi akibat adanya emboli dan thrombosis serebral, pada stroke non hemoragik tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia sehingga dapat menimbulkan hipoksia yang dapat memicu edema sekunder tetapi kesadaran umum pasien tidak mengalami penurunan atau bisa dikatakan baik. Karya tulis ini bertujuan untuk menggambarakan asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik hari ke-1 di Ruang Mawar RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini yaitu metode deskriptif dengan satu orang partisipan dengan gangguan mobilitas fisik pada Tn. M berusia 52 tahun dan diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari dengan menggunakan proses keperawatan. Diagnosis keperawatan gangguan mobilitas fisik ditandai dengan pasien mengeluh kelemahan ekstremitas kiri. Rencana intervensi yang ditetapkan dukungan ambulasi dengan luaran pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot meningkat, rentang gerak meningkat, gerakan terbatas menurun dan kelemahan fisik menurun. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dukungan ambulasi mengajarkan untuk melakukan mobilisasi sederhana. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diperoleh hasil mobilisasi fisik belum teratasi. Diharapkan perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terhadap acuan terkini sehingga dapat lebih optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan mobilitas fisik.