Claim Missing Document
Check
Articles

The Codes Used By Balinese-Javanese Mixed Marriage Families In Pulukan Village, Jembrana Regency Ni G. A. Kd Sukma Dwijayanti .; Prof. Dr.I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A. .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.12400

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kode yang digunakan oleh keluarga perkawinan campuran Bali-Jawa di Desa Pulukan,Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kode apa saja yang digunakan oleh keluarga perkawinan campuran Bali-Jawa di Desa Pulukan, Kabupaten Jembrana dan bagaimana mereka menggunakan kodenya. Instrumen dalam penelitian ini adalah: peneliti itu sendiri, alat perekam, catatan. Subjek penelitiannya adalah keluarga perkawinan campuran Bali-Jawa di Desa Pulukan. Sementara itu ranah-ranah yang dijadikan sebagai bahan penelitian meliputi ranah keluarga, ranah tetangga, dan ranah pertemanan. Temuan penelitian ini menyatakan bahwa ada dua kode yang digunakan, yaitu alih kode dan campur kode. Campur kode terjadi secara dominan (44.54%) jika dibandingkan dengan alih kode dari percakapan di tiga ranah yang diteliti dibandingkan dengan alih kode yang digunakan (42.00%) dari percakapan pada tiga domain yang diteliti.Kata Kunci : alih kode, campur kode, perkawinan campuran Bali-Jawa, desa Pulukan This study aimed at describing how codes are used by Balinese-Javanese mixed marriage families in Pulukan village,Pekutatan district,Jembrana regency. The purposes of this research are to know what codes are used by Balinese-Javanese mixed marriage families in Pulukan village, Pekutatan district, Jembrana regency and how they use them. The instruments in this study were: the researcher herself , recorder device, and note taking. The subjects of the research were Balinese-Javanese mixed marriage families in Pulukan village. Meanwhile, the domains of the research that had been conducted covered family domain, neighborhood domain, and friendship domain. The finding of this research revealed that there were two codes used Balinese-Javanese mixed marriage families in Pulukan, that is code switching and code mixing. The code mixings occurred dominantly (44.54%) as compared to code switching (42.00%) from the conversations of three domains studied. keyword : code switching, code mixing, Balinese-Javanese mixed marriage, Pulukan village
AN ANALYSIS OF POLITENESS PRINCIPLES USED BY THE CANDIDATES DURING 2ND ROUND DKI JAKARTA GOVERNOR ELECTION DEBATE IN 2017 Ni Wayan Ria Candra .; Prof. Dr.I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A. .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.12401

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis prinsip kesopanan yang digunakan oleh kandidat pada putaran kedua debat pemilihan gubernur DKI Jakarta, meyelidiki alasan dari penggunaan prinsip kesantunan jenis tertentu yang paling sering digunakan oleh kedua kandidat dan menganalisis implikasi dari jenis prinsip kesantunan yang digunakan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dianalisis berdasarkan prinsip kesopanan yang diusulkan oleh Leech (1983) dan klasifikasi tindakan ilokusi diusulkan berdasarkan Searle (1975) yang dikutip oleh Leech (1983). Data diambil dari transkripsi video putaran kedua debat pemilihan gubernur DKI Jakarta. Jumlah data yang ditemukan sebanyak 195 yang mengandung prinsip kesopanan dari kedua kandidat. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dan peneliti meminta triangulator untuk menilai data untuk mendapatkan hasil terpercaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ada lima jenis prinsip kesopanan yang ditemukan dalam kedua pernyataan kandidat tersebut, yaitu: tact maxim, generosity maxim, modesty maxim, approbation maxim dan agreement maxim. Kedua kandidat sering kali melanggar penggunaan maksim. Pelanggaran maksim kebijaksanaan secara dominan digunakan oleh subjek I, sementara pelanggaran maksim kebijaksanaan sering digunakan oleh subjek II. Semua jenis tindakan ilokusi ditemukan di kedua pernyataan kandidat. Pernyataan asertif dominan digunakan oleh subjek I, sementara subjek II cenderung menggunakan pernyataan komisif. Oleh karena itu, alasan penggunaan prinsip kesopanan tertentu mengacu pada penggunaan tindakan ilokusi. Subjek I memaksimalkan pujian untuk dirinya dengan menyatakan program terbaik yang telah dilakukannya, sementara subjek II memaksimalkan untuk merugikan lawannya dengan mengungkapkan kesalahan subjek I dan kemudian memberikan penawaran tentang program barunya. Memberikan pernyataan komisif nyatanya lebih efektif untuk mendapat perhatian publik karena mereka ingin mendapatkan harapan baru.Kata Kunci : prinsip kesopanan, tindakan ilokusi, putaran 2 debat pemilihan DKI Jakarta This research aimed to identify the types of politeness principles used by candidates during 2nd round of DKI Jakarta governor election debate, investigate the reason of a particular type of politeness principles more frequently used by both candidates and analyse the implications of type of politeness principles used. This research employed descriptive qualitative research. The data were analysed based on Politeness Principle proposed by Leech (1983) and the classification of illocutionary acts was based on Searle (1975) cited by Leech (1983). The data were taken from transcription of 2nd round of DKI Jakarta governor election debate video. The total number of the data found were 195 containing politeness principles from both candidates. The main instrument of this research was the researcher herself and the researcher asked the triangulator to assess the trustworthiness of the data. The result of this research showed that there were five types of politeness principle found in both candidates’ statements, they were: tact maxim, generosity maxim, modesty maxim, approbation maxim and agreement maxim. Both candidates often flouted the use of maxims. Flouting modesty maxim was dominantly used by subject I, while flouting tact maxim was dominantly used by subject II. All types of illocutionary acts found in both candidates’ statements. The assertive were dominantly used by subject I, while subject II tended to use commisives. Therefore, the reason of the use particular politeness principles was referred to the use of illocutionary acts. Subject I maximized praise of himself by stating his best program that had been done, while subject II maximized cost of his opponent by exposing subject I’s mistakes and then gave an offer about his new program. In fact, giving commisives statements were more effective to get public’s attention since they wanted to get a new hope.keyword : politeness principles, illocutionary acts, 2nd round DKI Jakarta election debate
THE MORPHOLOGICAL PROCESSES ON BALINESE DIALECT SPOKEN BY GOBLEG VILLAGERS Ketut Asri Primayani .; Prof. Dr.I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A. .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.13326

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses morfologi dialek Bahasa Bali yang diucapkan oleh penduduk Desa Gobleg di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah penduduk asli dari Desa Gobleg. Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan teknik observasi, rekaman, dan wawancara. melalui tiga bagian yaitu, keluarga, pertemanan, dan tetangga dan dianalisis dengan menggunakan tahap-tahap data analisis dari Miles dan Huberman (1984). Objek dari penelitian ialah tentang proses morfologi dialek Bahasa Bali yang diucapkan oleh penduduk Desa Gobleg. Hasil dari penelitian ini yaitu proses afiksasi (prefik dan sufik). Terdapat dua jenis awalan dari proses derivasi yaitu awalan {me-} dan {N-}, dan dua akhiran proses derivasi yaitu: akhiran {-in} dan {-ang}. Terdapat juga tiga awalan proses infleksi yaitu; awalan {ka-}, {N-} alomorf |ng|, dan {N-} alomorf |m| dan empat akhiran proses infleksi yaitu: akhiran {-e}, {-ang}, {-in}, and {-ne}. Proses morfologi lain yang didapatkan yaitu singkatan dan pengulangan kata. Singkatan yang didapatkan berupa SD, SMP, SMA, WC, dan HP, sementara pengulangan kata berupa salon-salon, girang-girang, amah-amahan, dan jelik-jelike.Kata Kunci : dialek Bahasa Bali, penduduk Desa Gobleg, proses morfologi. This study aimed at analyzing the morphological processes of Balinese dialect spoken by Gobleg villagers in Banjar District, Buleleng Regency. This research was a qualitative research. The subjects of this study were native speakers of the Gobleg villagers. The data were collected by conducting observation, and interviewing technique in three different domains: family, friendship, and neighborhood domain and were analyzed by using procedure of data analysis suggested by Miles and Huberman (1984). The object of this study was morphological processes of Balinese Dialect of Gobleg villagers. The results of this study show the process of affixation (prefix and suffix). There were two derivational prefixes: prefix {me-} and {N-} and two derivational suffixes: suffix {-in} and {-ang}. Meanwhile, there were three inflectional prefixes: prefix {ka-}, {N-} allomorph |ng|, and {N-} allomorph |m| and four inflectional suffixes: suffix {-e}, {-ang}, {-in}, and {-ne}. There were also five items of abbreviation processes that existed in Gobleg dialect: SD, SMP, SMA, WC, and HP. The words that belong to reduplication process: salon-salon, girang-girang, amah-amahan, and jelik-jelike.keyword : Balinese dialect, Gobleg villagers, morphological processes
AN ANALYSIS OF THE ENGLISH TEACHERS' SPEECH ACTS DURING THE CLASSROOM TEACHING AND LEARNING PROCESS AT SMP LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA Ni Kadek Warmasari .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .; Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.13347

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan (1) bentuk tindak tutur guru Bahasa Inggris, (2) bagaimana guru menyadari tindak tutur dalam komunikasi pembelajaran, (3) dan fungsi pedagogik dari tindak tutur yang digunakan oleh guru Bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar di dalam kelas pada SMP Laboratorium Undiksha Singaraja. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah dua guru Bahasa Inggris. Data dalam penelitian ini adalah ujaran-ujaran yang digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Kemudian data ditulis dalam bentuk tulisan, kemudian dipilih yang berdasarkan tujuan dari penelitian, kemudian dituliskan ke lembar data, lalu diterjemahkan dan dianalisa dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle. Hasil dari penelitian ini menunjukan ada empat macam tindak tutur yaitu representatif, direktif, ekspresif, dan komisif. Tidak ilokusi yang paling sering muncul adalah direktif (72,7%), sedangkan tindak ilokusi yang paling sedikit muncul adalah komisif (0.7%). Fungsi tindak ilokusi yang digunakan oleh guru sangan bervariasi. Jenis tindak ilokusi yang digunakan oleh guru yaitu menginformasikan, menyatakan, mengumumkan, mengklarifikasi, menjelaskan, mengkonfirmasi, bertanya, meminta, menyuruh, melarang, memotivasi, menyarankan, mengingatkan, memperingatkan, memperbolehkan, menjanjikan, menyapa, memuji, berterimakasih, mengapresiasi, dan bergurau.Data menunjukan fungsi ilokusi yang sering muncul adalah menyuruh dalam bentuk direktif (43,9%). Tuturan yang digunakan oleh guru dinyatakan sebagian besar merupakan tuturan langsung dari pada tuturan tidak langsung. Fungsi pedagogik dari tindak tutur yang digunakan oleh guru Bahasa Inggris dibagi menjadi tiga bagian yaitu: fungsi mengontrol, mengorganisasikan, memotivasi/mengevaluasi.Kata Kunci : Klasifikasi tindak tutur, proses belajar mengajar, tindak tutur This study aimed to describe and explain (1) the types of speech acts produced by English teachers, (2) how the teachers' speech acts are realized in the instructional communication, and (3) the pedagogical functions of speech acts that performed by the English teachers in teaching and learning process at SMP Laboratorium Undiksha Singaraja. To achieve these objectives the researcher used descriptive qualitative research design. The subjects were two English teachers. The data collection in this study was using observation and interviews. Then the data were transcribed into the written form, selected to fit the objectives of the study, recorded into the data sheets, interpreted and analyzed using the theory of speech acts proposed by Searle. The research findings show that there were four kinds of speech acts performed by the teacher, namely representatives, directives, expressives, and commisives. The most frequently used illocutionary acts were directives (72.7%), while the least frequent illocutionary acts were commisives (0.7%). The illocutionary forces performed by the teacher were varied. The illocutionary forces that was performed by the English teachers were informing, stating, announcing, clarifying, explaining, confirming, questioning, requesting, commanding, prohibiting, motivating, suggesting, reminding, warning, permitting, promising, greeting, praising, thanking, appreciating, and joking. The frequency shows that commanding (43.9%) was the most dominant illocutionary forces of directives produced by the teachers. Furthermore, the teachers were found to use more direct speech acts than the indirect ones. The pedagogical functions of speech acts performed by the English teachers divided into three such as: control, organizational, and motivation/evaluative function.keyword : Classification of speech acts, speech acts, teaching and learning process
AN ANALYSIS OF SPEECH ACTS USED BY ENGLISH TEACHERS IN CLASSROOM TEACHING AND LEARNING PROCESS AT SMA NEGERI 2 BANJAR Ida Ayu Novia Ari Swandewi .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .; Putu Adi Krisna Juniarta, S.Pd., M.Pd. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.13471

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk 1) menyelidiki jenis tindak tutur yang digunakan oleh guru bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 2 Banjar. 2) Mengidentifikasi sebagian besar tindakan wicara yang digunakan oleh guru bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 2 Banjar 3) menemukan fungsi pedagogis dari tindakan berbicara yang digunakan oleh guru bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Ada dua guru sebagai subyek penelitian ini. Data dikumpulkan berdasarkan instrumen seperti observasi penelitian, panduan wawancara, kamera video. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Ada empat jenis tindak tutur yang ditemukan selama proses belajar mengajar. 2) Tindakan berbicara yang paling sering digunakan oleh guru adalah tindakan ucapan direktif yang terjadi saat para guru mencoba memberikan pertanyaan, meminta sesuatu, memberi perintah, menyela, mengundang, melarang, memberi saran dan mengingatkan. Jenis tindak tutur ini menyumbangkan sekitar 130 ujaran dengan presentase sekitar 62%. 3) Fungsi pedagogis yang disajikan oleh tindak tutur dibagi menjadi empat mode. Itu adalah arahan sebagai fungsi kontrol, commissives sebagai fungsi organisasi dan representatif dan ekspresif sebagai fungsi evaluatif dan fungsi motivasional. Kata Kunci : Kata Kunci: Tindak Tutur, ucapan guru This study aimed at 1) investigating kind of speech acts used by English teachers in teaching and learning process at SMA Negeri 2 Banjar. 2) Identifying the most speech act used by English teachers in teaching and learning process at SMA Negeri 2 Banjar 3) discovering the pedagogical functions of the speech act used by English teachers. This research was a descriptive study by using qualitative approach. There were two teachers as subjects for this research. The data were collected based on the instruments such as research observation sheet, interview guide, video camera. The results of the study show that, 1) there are four kinds of speech act which are found during the teaching and learning process. 2) The most frequent speech act used by the teachers is directive speech act that occurred when the teachers tried to give questions, request something, give command, interrupt, invite, prohibit, motivate give suggestion and remind. This kind of speech act presented utterances about 133 utterances with the percentage about 62%. 3) the pedagogical function served by speech act divided into four modes. Those are directives as a control function, commissives as organizational function and representative and expressive as evaluative function and motivational function. keyword : Key Words: Speech act, teachers’ utterances.
A COMPARATIVE STUDY OF AMERICAN AND BALINESE SWEARWORDS Km Triyunita Yani .; Dr. I Gede Budasi, M.Ed. .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.13612

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan bahasa kasar, Amerika dan Bali. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mana dilaksanakan melalui studi pustaka, observasi, dan metode introspektif. Subyek penelitian ini adalah orang Bali asli dan film Amerika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan persamaan bahasa kasar Amerika dan Bali dilihat dari bentuk, referensi, dan fungsinya. Terdapat tiga bentuk dari bahasa kasar: (1) dalam bentuk kata, yang mana juga terbagi menjadi dua: monomorfemik {Bahasa Bali (pirate, pletan, dll), Bahasa Amerika (dick, pussy, cock, dll)} dan polimorfemik {Bahasa Bali (matan, polone, dll.), Amerika(fucker, fucking, dll.)}, (2) dalam bentuk frasa {Bahasa Bali (ndas teli, lengeh buah dll.), Amerika (fucking crazy, shut up, dll.)}, (3) dalam bentuk klausa {Bahasa Bali(lengeh ti cai, gebuh bungut nannie, dll.), Amerika (what the hell it is, fuck your mouth, dll.)}. Referensi dari bahasa kasar mengacu kepada: (1)agama, (2)jenis kelamin, (3)kotoran, (4)hewan, (5)latar belakang personal, (6) penyakit kejiwaan, dan (7) aktifitas sex. Fungsi dari bahasa kasar tersebut adalah : (1) untuk menarik perhatian, (2) untuk menyampaikan kekesalan/stress, (3) untuk memprovokasi, (4) untuk membentuk identitas interpersonal, (5) integrative, (6) agresif, (7) regresif, dan (8) penekanan. Perbedaanya dari bahasa kasar Amerika dan bahasa Kasar Bali sangat jelas terlihat, bahasa kasar Bali hanya digunakan oleh orang Bali, begitu juga sebaliknya. Kata Kunci : bahasa kasar, bentuk, fungsi, referensi This study aimed in comparing swearwords, Balinese with American. The design of this research was a descriptive research, observing, and introspective method. The subjects of this study were original Balinese and American movie. The results of the study show that the similarities of the Balinese and American swearwords can be seen by their forms, references, and functions. There are three forms of swearwords: (1) in the form of word, which also are subdivided into two: monomorphemic {Balinese (pirate ‘ancestor’, pletan ‘male genital’ etc.), American (dick, pussy, cock, etc)}, and polymorphemic {Balinese (matan ‘eyes’, polone ‘brain’, etc.), American (fucker, fucking, etc.)}, (2) in the form of phrases {Balinese (ndas teli ‘female genital’, lengeh buah ‘so crazy’, etc.), American (fucking crazy, shut up, etc.)}, (3) in the form of clauses {Balinese (lengeh ti cai ‘ you are so crazy’, gebuh bungut nanine ‘you are a liar’, etc.), American (what the hell it is, fuck your mouth, etc.)}. The references of the swearwords were related to: (1) religion, (2) sex, (3) excrement, (4) animals, (5) personal background, (6) mental illness, (7) sex activity. The functions of those swearwords were: (1) to draw attention, (2) to provide catharsis, (3) to provoke, (4) to create interpersonal identity, (5) integrative, (6) aggressive, (7) regressive, and (8) emphasis. The differences of the American and Balinese swearwords are clearly seen; Balinese swearwords are only used by Balinese, vice versa.keyword : swearwords, forms, functions, references
AN ANALYSIS OF SWEAR WORDSOF BALINESE LANGUAGE PRACTICES BY BALI AGA PEOPLE IN CEMPAGA VILLAGE,NORTH BALI Made Intan Kusuma Dewi .; Dr. I Gede Budasi, M.Ed. .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.14961

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kata makian yang digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif Bahasa Bali, yang diterapkan dengan mengamati, merekam audio, dan mewawancarai para informan. Para informan akan mengambil orang-orang tua yang berusia di atas 25 tahun dari Desa Cempaga, Bali Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata-kata umpatan yang digunakan di Desa Cempaga, Bali Utara memiliki bentuk, referensi, dan fungsi. Ada tiga bentuk kata-kata makian: (1) dalam bentuk kata-kata yang (2) berbentuk frasa (3) dalam bentuk klausa. Ada sembilan klasifikasi referensi kata-kata sumpah yang digunakan untuk Menganalisis Kata-Kata Umpatan Praktik Bahasa Bali oleh Orang Bali Aga di Desa Cempaga, Bali Utara yaitu: agama, fungsi tubuh, kotoran, istilah hewan, aktivitas, latar belakang pribadi, penyakit mental , setan, dan kekeluargaan. Fungsi kata-kata makian adalah (a) untuk menarik perhatian, (b) untuk memberikan katarsis, (c) untuk memprovokasi, (d) untuk menciptakan identitas interpersonal, (e) integratif, (f) agresif, (g) regresif, dan (h) penekanan.Kata Kunci : bentuk, fungsi, rujukan, kata makian This study aimed at analyzing swear words used of Balinese Language descriptive qualitative research, which applied by observing, audio recording, and interviewing the informants. The informants will take old people between ages upper 25 years old from Cempaga Village, North Bali. The results of the study show that the swear words used in Cempaga Village, North Bali have their forms, references, and functions. There are three forms of swear words: (1) in the form of words which (2) in the form of phrases (3) in the form of clauses. There are nine classifications of the references of swearing words that used to Analyzed of Swear Words of Balinese Language Practices by Bali Aga People in Cempaga Village, North Bali namely: religion, body function, excrement, animal terms, activity, personal background, mental illness, devils, and kinship. The function of swear words are (a) to draw attention, (b) to provide catharsis, (c) to provoke, (d) to create interpersonal identity, (e) integrative, (f) aggressive, (g) regressive, and (h) emphasis.keyword : forms, functions, references, swear words
AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN STUDENTS' WRITING RECOUNT TEXT COMMITTED BY TENTH GRADE STUDENTS OF SMA N 4 SINGARAJA IN ACADEMIC YEAR 2018 Ni Nyoman Indah Ayu Maharani .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .; I Wayan Swandana, S.S., M.Hum. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.14963

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan-kesalahan tata bahasa pada tulisan recount yang dibuat oleh siswa-siswa di SMA N 4 Singaraja tahun ajaran 2018. Penelitian ini dilakukan melalui deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kesalahan tata bahasa yang dibuat oleh siswa. Subjek dari penelitian ini adalah 59 siswa dari kelas X MIPA 3 dan X MIPA 6. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah analisa dokumen dan wawancara. Selain itu, sumber dari kesalahan-kesalahn yang dibuat siswa adalah kesalahan intralingual, kesalahan interlingual, dan strategi komunikasi. Penelitian ini juga mengandung saran untuk para guru agar lebih perhatian pada kesulitan siswa dalam mengerti dan memberi banyak latihan. Strategi ini dapat membantuk siswa untuk lebih terbiasa dengan tata bahasa dari bahasa target.Kata Kunci : Tata Bahasa, Kesalahan, Tulisan This study aimed at analyzing of grammatical error in students’ writing recount text committed by tenth grade students of Sma n 4 Singaraja in academic year 2018. It was conducted through descriptive qualitative. This study is intended to find out the error committed by students. The subjects of this study were 59 students of X Mipa 3 and Mipa 6. The method were document analysis and interview. There were 340 errors which were classified into 15 types. Besides, the sources of those errors were intralingual error, interlingual error, and communication strategy. It is futher suggested for the teachers to pay more attention to students' difficulties in learning grammar. The teachers were expected to ask the students about which part were still difficult to understand and gave many practices. This strategy could help students to be more familiar with the grammar of targer language.keyword : Grammar, Error, Writing
Lexical Comparison Between Gelgel Dialect and Tampekan Dialect: A Descriptive Qualitative Study Luh Widiyaswary .; Dr. I Gede Budasi, M.Ed. .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.15057

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbandingan antara dialek gelgel dan dialek tampekan. Penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Pada penelitian ini, satu orang ditentukan sebagai informan utama dan 2 lain nya sebagai informan pembantu. Data yang diperoleh dikumpulkan melalui 4 teknik, antara lain: peneliti, observasi, rekaman, dan daftar kata. Terdapat 200 kata pada daftar kata swadesh dan 462 kata pada daftar kata nothofer yang diperoleh sebagai data pada penelitian ini. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa terdapat 98 kata yang mirip, 303 kata yang sama, dan 136 kata yang berbeda antara dialek gelgel dan dialek tampekan. Tipe-tipe perubahan leksikal yang muncul dari dialek gelgel ke dialek tampekan dapat dikategorikan sebagai berikut: 23 kata termasuk kedalam lexical borrowing (19 kata termasuk kedalam imfortation dan 4 kata termasuk kedalam loan blend), 8 kata termasuk kedalam lost word, 6 kata termasuk kedalam blend, dab 5 kata termasuk kedalam compression.Kata Kunci : Kata Kunci: Dialek, Perbedaan Leksikal, Persamaan Leksikal. This study aimed at describing the lexical comparison between Gelgel and Tampekan Dialect. This research was a descriptive qualitative research. There were three informants selected in each dialect. In this case, one sample was determined as the main informant and the other two were determined as secondary informants. The obtained data were collected based on four techniques, namely: the researcher, observation, recording, and wordlist. There were 200 words in Swadesh wordlist and 462 words in Nothofer wordlist that were obtained as the data in this study. The results of the data analysis showed that there were 98 words which were similar, 303 words which were the same, and 136 words which were the different between Gelgel and Tampekan dialect. The types of lexical changes which occur from Gelgel to Tampekan dialect can be categorized as follow: 23 words belong to lexical borrowing (19 words belong to importation and 4 words belong to loanblend), 8 words belong to lost word, 6 words belong to blend, and 5 words belong to compression.keyword : Key words: dialect, lexical differences, lexical similarities.
AN ANALYSIS OF MAXIM VIOLATION TO ACHIEVE POLITENESS IN TEACHERS UTTERANCES OF SMPN 3 SINGARAJA IN ACADEMIC YEAR OF 2017/2018 Putu Cendhani Sari Suartana .; Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd. .; Putu Adi Krisna Juniarta, S.Pd., M.Pd. .
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 5 No. 2 (2017): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v5i2.15067

Abstract

One of the ideal purposes of communication is giving information, but sometimes information is delivered in certain condition to make another intention. The violation of such ideals then occurred based on one’s reason and can be observed by looking at the available context. Of all the reasons behind maxim violation, politeness is one of them. It is an essential part of communication which could maintain a good relationship between both speaker and hearer. Teacher is one of the essential parts in education sector. In teaching and learning process, teacher sometimes violate the maxim to imply a more encouraging yet polite responses. In this study, the writer had combined two variables of pragmatics study which occurred in the ground of educational sector. In this study, the writer had combined two variables of pragmatics study which occurred in the ground of educational sector. The writer then tried to define the way on how Mrs. AS, one of the English teachers in SMPN 3 Singaraja violates the maxim and also its relation with politeness. Videos of teaching and learning process had been taken and transcribed to provide an authentic data. The result of the data shows that 229 utterances had violated maxim while achieving politeness at the same time. In conclusion, violating a maxim could be based on one simple yet noble reason: politeness.Kata Kunci : maxim violation, politeness, Cooperative Principle, teacher, utterance One of the ideal purposes of communication is giving information, but sometimes information is delivered in certain condition to make another intention. The violation of such ideals then occurred based on one’s reason and can be observed by looking at the available context. Of all the reasons behind maxim violation, politeness is one of them. It is an essential part of communication which could maintain a good relationship between both speaker and hearer. Teacher is one of the essential parts in education sector. In teaching and learning process, teacher sometimes violate the maxim to imply a more encouraging yet polite responses. In this study, the writer had combined two variables of pragmatics study which occurred in the ground of educational sector. In this study, the writer had combined two variables of pragmatics study which occurred in the ground of educational sector. The writer then tried to define the way on how Mrs. AS, one of the English teachers in SMPN 3 Singaraja violates the maxim and also its relation with politeness. Videos of teaching and learning process had been taken and transcribed to provide an authentic data. The result of the data shows that 229 utterances had violated maxim while achieving politeness at the same time. In conclusion, violating a maxim could be based on one simple yet noble reason: politeness.keyword : maxim violation, politeness, Cooperative Principle, teacher, utterance
Co-Authors ., Dewa Gede Rai Bisma Putra ., DR. LUH PUTU ARTINI, M.A. ., DR. LUH PUTU ARTINI, M.A. ., Eva Patra Sari ., Gusti Ayu Andiani ., Gusti Putu Candra Widnyana ., I Gede Andre Agasi ., I Gede Juliadnyana ., I Gede Widiana Pradana ., I Gusti Agung Putu Samiasri ., I Gusti Ngurah Bagus Aryana ., I Gusti Ngurah Budaartha ., I Putu Ambara Putra ., I Putu Ratama ., Ida Ayu Novia Ari Swandewi ., Iffatul Muslimah ., Ika Yogi Wirawan Putra ., Intania Harismayanti ., Kadek Yeyen Meyasa ., Ketut Asri Primayani ., Km Triyunita Yani ., KOMANG TRI DARMA ., Luh Gede Kirana Sukma ., Luh Made Wina Jayanti ., Luh Widiyaswary ., Made Arsana ., Made Intan Kusuma Dewi ., Maria Cynthia Meilina ., Ni G. A. Kd Sukma Dwijayanti ., Ni Kadek Fiona Yunita Dewi ., Ni Kadek Warmasari ., Ni Luh Putu Linda Sumariyanthi ., Ni Luh Sukareni ., Ni Luh Wayan Verayanti ., Ni Nyoman Indah Ayu Maharani ., Ni Pt Repin Cemara Dewi ., Ni Putu Sri Merta Utami ., Ni Wayan Ria Candra ., Prof. Dr.I Ketut Seken, M.A. ., Prof. Dr.I Ketut Seken, M.A. ., Pt Maysadevi Kusuma ., Putu Cendhani Sari Suartana ., Siti Juliani Putri Sulandari ., Sophiarini Putu Yulia ., Vivien Hartini Laksmi Magga Adi Krisna Juniarta Aditiya, I Gede Rizky Adnyani, Ni Luh Putu Sri Agung Ayu Putu Septia Dewi Agus Adi Yasmita . Anak Agung Gede Yudha Paramartha Andi Nursyafeizah Anita Sofia Veronia Ayu Kadek Surya Maharani Dewa Ayu Eka Agustini Dewa Gede Rai Bisma Putra . Dewa Komang Tantra Dewi, Agung Ayu Putu Septia Dr.Sudirman, M.L.S . Elmiani, Ni Wayan Santi Eva Patra Sari . G.A.P. Suprianti Gasella, S A Gede Mahendrayana Gusti Ayu Andiani . Gusti Ayu Putu Ari Utami Hilda, Livia I Gede Andre Agasi . I Gede Budasi I Gede Juliadnyana . I Gede Nurjaya I Gede Rizky Aditiya I Gede Sumerjaya . I Gede Sumerjaya ., I Gede Sumerjaya I Gede Widiana Pradana . I Gusti Agung Putu Samiasri . I Gusti Ngurah Bagus Aryana . I Gusti Ngurah Budaartha . I Kadek Suarsana . I Komang Japar Aridana I Made Liantana Riasa . I Made Liantana Riasa ., I Made Liantana Riasa I Nyoman Adi Jaya I Nyoman Adi Jaya Putra I Nyoman Pasek Hadi Saputra, S.Pd., M.Pd . I Nyoman Pasek Hadisaputra I Putu Ambara Putra . I Putu Citra Yudha . I Putu Citra Yudha ., I Putu Citra Yudha I Putu Eka Adi Sanjaya . I Putu Eka Adi Sanjaya ., I Putu Eka Adi Sanjaya I Putu Galan Brahmanusi . I Putu Galan Brahmanusi ., I Putu Galan Brahmanusi I Putu Gede Satriya Wibawa I Putu Ratama . I Wayan Suarnajaya I Wayan Swandana I Wayan Wira Praditya IDA AYU MADE ISTRI UTAMI . Ida Ayu Novia Ari Swandewi . Ida Ayu Teguh Kesari Wirata . Ida Ayu Teguh Kesari Wirata ., Ida Ayu Teguh Kesari Wirata Ida Bagus Putrayasa Ida Bagus Putu Arjun Adinata Iffatul Muslimah . Ika Yogi Wirawan Putra . Intania Harismayanti . Jaya, I Nyoman Adi Juniarta, Adi Krisna Kadek Dhea Paramitha Amara Putri Kadek Nila Hendrayani Kadek Yeyen Meyasa . Kadek Yudha Septiawan Ketut Asri Primayani . Ketut Catur Arya Sacani Km Triyunita Yani . Komang Nova Saniada Komang Tuti Irmawati . Komang Tuti Irmawati ., Komang Tuti Irmawati Kurniawan, Mas Adi Livia Hilda Luh Desi Karunia Lestari . Luh Desi Karunia Lestari ., Luh Desi Karunia Lestari Luh Gede Kirana Sukma . Luh Made Wina Jayanti . Luh Putu Artini Luh Putu Rany Prihastuti Luh Widiyaswary . M.L.S ., Dr.Sudirman, M.L.S M.Pd ., I Nyoman Pasek Hadi Saputra, S.Pd., M.Pd Made Arniati . Made Arniati ., Made Arniati Made Arsana . Made Intan Kusuma Dewi . Manik Puspita, Ni Nyoman Maria Cynthia Meilina . Mas Adi Kurniawan May Anggara Jiwa Hanuraga . May Anggara Jiwa Hanuraga ., May Anggara Jiwa Hanuraga Ni G. A. Kd Sukma Dwijayanti . Ni Kadek Fiona Yunita Dewi . Ni Kadek Ita Tristiani Ni Kadek Warmasari . Ni Komang Arie Suwastini Ni Komang Julia Dewi Ni Komang Sri Wardani Ni Komang Suciati Ni Luh Dewi Antari . Ni Luh Dewi Antari ., Ni Luh Dewi Antari Ni Luh Putu Linda Sumariyanthi . Ni Luh Putu Riska Agustiawati Ni Luh Putu Titin Wulandari Ni Luh Sukareni . Ni Luh Wayan Verayanti . Ni Made Astiti Sari . Ni Made Dita Sintadewi . Ni Made Ratminingsih Ni Nyoman Indah Ayu Maharani . Ni Nyoman Manik Puspita Ni Nyoman Padmadewi Ni Pt Repin Cemara Dewi . Ni Putu Sri Merta Utami . Ni Putu Widyasari Ni Wayan Ria Candra . Ni Wayan Rosi Sumaniari Ni Wayan Santi Elmiani Pande Agus Putu Dharma Putra Pandita, Sang Putu Ari Prof. Dr. I Made Sutama,M.Pd . Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi,MA . Prof. Dr.I Ketut Seken, M.A. . Prof. Dr.I Ketut Seken,MA . Pt Maysadevi Kusuma . Putri, Kadek Dhea Paramitha Amara Putu Adi Krisna Juniarta Putu Cendhani Sari Suartana . Rany Prihastuti, Luh Putu S A Gasella Sang Putu Ari Pandita Sinta Ary Gasella . Sinta Ary Gasella ., Sinta Ary Gasella Siti Juliani Putri Sulandari . Sophiarini Putu Yulia . Sumaniari, Ni Wayan Rosi Vivien Hartini Laksmi Magga . Wardani, Ni Komang Sri Wulandari, Ni Luh Putu Titin