Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Pemberian Ekstrak Etanol Spondias pinnata Terhadap Volume Organ Hati Mencit Jantan Ariantari, N. P.; Putra, I. G. N. R.; Karso, F. P.; Adiluhur, M. A.; Kusuma, P. A. C.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 4, No. 2, Tahun 2015
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.083 KB)

Abstract

Daun kedondong hutan (Spondias pinnata) merupakan bagian tanaman yang secara tradisional digunakan sebagai obat batuk.  Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak daun S.pinnatamemiliki aktivitas antituberkulosis terhadap Myobacterium tuberculosisMDR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S. pinnataterhadap volume organ hati pada mencit jantan galur balb/c. Serbuk daun S. pinnata diekstraksi menggunakan metode maserasi dan dilanjutkan dengan digesti, kemudian ekstrak diuji pada 40 ekor mencit jantan galur balb/c yang terbagi dalam 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol negatif diberikan suspensi CMC-Na 0,5% sedangkan kelompok perlakuan diberikan ekstrak dosis 0,2; 1; dan 2 g/kg BB secara berulang selama 31 hari. Mencit dibedah dan diambil organ hatinya.Data volume organ hati kemudian dianalisis statistik dengan ANOVA-one way. Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume organ hati mencit jantan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, sehingga pemberian ekstrak secara berulang tidak mempengaruhi volume organ hati mencit jantan. Perubahan volume organ menjadi salah satu indikator makroskopis terhadap adanya perubahan pada sel-sel organ akibat paparan suatu bahan uji
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN Spondias pinnata TERHADAP BERAT ORGAN HATI MENCIT BETINA Mahadewi, S. A.; Purwani, S. T. D; Ariantari, N. P.; Kardena, I M.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 3, No. 2, Tahun 2014
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.432 KB)

Abstract

Spondias pinnata dengan suku Anacardiaceae merupakan salah satu tanaman yang daunnya dimanfaatkan sebagai obat batuk. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa, ekstrak daun S. pinnata memiliki aktivitas antituberkulosis terhadap isolat Mycobacterium tuberculosis strain multidrug resistant. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S. pinnata terhadap organ hati pada mencit betina galur balb/c. Penelitian ini diawali dengan ekstraksi serbuk daun S. pinnata menggunakan metode digesti, kemudian diuji pengaruhnya pada 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit betinagalur balb/c. Kelompok kontrol negatif diberikan suspensi CMC Na, kelompok perlakuan diberikan ekstrak dosis tunggal 0,015; 0,15; 1,5; dan 15 g/kg BB secara per oral. Setelah 24 jam perlakuan, mencit dibedah dan diamati berat organ hatinya. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan One way Anova. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada berat organ hati antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ekstrak dosis 0,015 dan 0,15 g/kg BB. Perubahan berat organ merupakan indikator adanya perubahan pada sel-sel organ akibat senyawa kimia. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa, pemberian ekstrak etanol dosis 0,015 dan 0,15 g/kg BB menyebabkan penurunan berat organ hati setelah 24 jam pemberian ekstrak.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Spondias pinnata terhadap Berat Badan Mencit Betina Galur Balb/c selama Kebuntingan N.P. Ariantari; N. W. Erawati; I. Setyawati
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 4, No. 1, Tahun 2015
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.074 KB)

Abstract

Kedondong hutan (Spondias pinnata), famili Anacardiaceae, secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat batuk. Ekstrak daun S. pinnata dilaporkan memiliki aktivitas antituberkulosis terhadap Mycobacterium tuberculosis strain multi-drug resistant. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S. pinnata terhadap berat badan mencit betina selama masa kebuntingan. Serbuk simplisia diekstraksi dengan etanol 80%, sehingga didapatkan ekstrak kental. Tiga puluh lima ekor mencit bunting dibagi menjadi lima kelompok, kelompok kontrol negatif diberi CMC Na 0,5% dan 4 kelompok lain diberikan ekstrak etanol daun S. pinnata dengan dosis 0,2; 1; 2; dan 5 g/kg BB yang diberikan secara oral pada hari ke 6-15 kebuntingan. Pengamatan berat badan mencit dilakukan setiap hari mulai dari hari ke 0-17 selama masa kebuntingan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak etanol daun S. pinnata pada dosis 2 dan 5 g/kgBB secara signifikan menurunkan berat badan akhir mencit bunting. Pada dosis lebih rendah, pemberian ekstrak tidak mempengaruhi berat badan akhir mencit bunting.
AKTIVITAS ANTITUBERKULOSIS EKTRAK n-HEKSANA KULIT BATANG Spondias pinnata TERHADAP ISOLAT Mycobacterium tuberculosis STRAIN Multidrug Resistant Anggreni, M; Ariantari, N.P; Dwija, I.B.N.P
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 3, No. 2, Tahun 2014
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.42 KB)

Abstract

Tuberkulosis disebabkan oleh infeksiMycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan batuk kronis. Masalah utama dalam penanggulangan tuberkulosis adalah resistensiM. tuberculosisterhadap obat antituberkulosis. Penelitian untuk penemuan antituberkulosis baru terus dilakukan, salah satunya dari bahan alam. Kedondong hutan (Spondias pinnata) secara empiris digunakan sebagai obat batuk kronis. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa ekstrak metanol dan n-heksana daun S. pinnata aktif sebagai antituberkulosis terhadapM. tuberculosis strain Multidrug resistant(MDR). Penelitian  ini dilakukan untuk menguji aktivitas antituberkulosis ekstrak n-heksana kulit batang  S. pinnata terhadap isolat M. tuberculosis strain MDR. Penelitian ini diawali dengan ekstraksi, dilanjutkan denganuji fitokimia ekstrak n-heksana kulit batang S. pinnata. Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas antituberkulosis ekstrak n-heksana dengan metode proporsi menggunakan media L-J pada 3 rentang konsentrasi (1, 10 dan 100 mg/mL). Pengamatan dilakukan selama 6 minggu. Aktivitas antituberkulosis dinilai dari persentase hambatan yang dihitung dengan membandingkan jumlah koloni kelompok perlakuan terhadap kontrol. Hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak n-heksana memiliki kandungan kimia berupa terpenoid dan flavonoid. Ekstrak ini memiliki aktivitas antituberkulosis terhadapM. tuberculosis strain MDR  dengan hambatan sebesar 100% pada konsentrasi 100 mg/mL.Ekstrak tersebut dapat dieksplorasilebih lanjut untuk menelusuri kandungan kimia aktif sebagai antituberkulosis.
Aktivitas Antimalaria Ekstrak Kulit Batang Cempaka Kuning Terhadap Plasmodium Falciparum 3D7 NI PUTU ARIANTARI; NI LUH RUSTINI; LIDYA TUMEWU; ACHMAD FUAD HAFID; ATY WIDYAWARUYANTI
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 11 No 1 (2013): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1005.646 KB)

Abstract

Cempaka kuning (Michelia champaca) which is belongs to Magnoliaceae family, has been traditionally used for treatment fever. This research was conducted to evaluate antimalarial activity of Cempaka kuning stembark extract against Plasmodium falciparum 3D7 in vitro. Cempaka kuning stembark was extracted with n-hexane, chloroform and methanol yielded n-hexane extract, chloroform extract and methanol extract, followed by antimalarial activity assay of these extracts. Phytochemical screening showed that n-hexane extract contain volatile oil and terpenoids, chloroform extract contain Volatile oil, terpenoids and fiavonoids, then methanol extract contain volatile oil, terpenoids, flavonoids, tannins and glycosides. Result of this study also showed that n-hexane extract, chloroform extract and methanol extract were active against P. alciparum 3D7 in vitro, with an IC50 value of 0.36, 0.24 and 1.00 µg/mL. The findings indicate that Cempaka kuning stembark extracts possess strong antimalarial activity and are prospective to be developed as antimalarial.
Review: Metabolit Sekunder dan Aktivitas Farmakologi Tanaman Mangrove Sonneratia alba Priskila Putri Mairing; Ni Putu Ariantari
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 11, No. 1, Tahun 2022
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JFU.2022.v11.i01.p01

Abstract

Sonneratia alba is a mangrove species widely distributed in Indonesia and locally known as pidada putih or perepat. Various parts of this plant have been used in folk medicine for the treatment of bruises, sprains, malaria, appendicitis, liver, increased appetite, and stamina. This review summarizes the latest information regarding secondary metabolites and pharmacological activities of extracts and phytochemicals of the mangrove S. alba, potentially used for pharmaceutical and nutritional applications. In the last 10 years (2011-2021), a growing number of reports revealed pharmacological potential of S. alba as antibacterial and antioxidant. At least 17 secondary metabolites have been described from S. alba collected from various plant parts such as fruits, leaves, stems, and roots. In addition, various chemical classes of metabolites such as terpenoids/triterpenoids, alkaloids, flavonoids and phenolics, saponins, and steroids were reported from this plant. Keywords: Pharmacological activity, secondary metabolites, Sonneratia alba
Pharmacologically Active Secondary Metabolites from Psoralea corylifolia Ni Putu Ariantari; Elizabeth S. P. Ratnasantasyacitta
Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry Vol. 6 No. 2 (2022): Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia, 75117, Gedung Administrasi Fakultas Farmasi Jl. Penajam, Kampus UNMUL Gunung Kelua, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jtpc.v6i2.431

Abstract

Psoralea corylifolia has gained much attention, particularly in the cosmetic industry for the past few years owing to promising pharmacological activities of its metabolites. Seeds of P. corylifolia are the main source of bakuchiol, a meroterpene compound that is extensively harnessed in numerous skincare products. Furanocoumarins, psoralen and isopsoralen are other metabolites mainly from P. corylifolia seeds and known for their antipsoriatic activity. Moreover, various studies have reported several classes of secondary metabolites from this plant possessing diverse biological activities. This article highlights recent updates on P. corylifolia phytoconstituents and their promising pharmacological activities based on scientific publications during the last 10 years (2011-2021). The literature search was carried out through scientific-based websites and databases such as Google Scholar, NCBI, and PubMed. This paper included sixty-three bioactive metabolites reported in the last 10 years, belonging to the group of flavonoids, meroterpenes, furanocoumarins, coumestans, steroid and phenolic compounds. These phytoconstituents displayed a broad range of bioactivities including anti-inflammatory, antibacterial, antidiabetic, controlling obesity, hepatoprotective and cytotoxicity. Keywords: Bakuchiol, pharmacological activities, Psoralea corylifolia, bioactive metabolites.
PRODUCTION OF HUPERZINE A BY FUNGAL ENDOPHYTES ASSOCIATED WITH HUPERZIACEAE PLANTS Ni Putu Ariantari; Ni Wayan Prasanthi Swarna Putri
Journal Pharmaceutical Science and Application Vol 5 No 1 (2023): Journal Pharmaceutical Science and Application (JPSA)
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JPSA.2023.v05.i01.p06

Abstract

Background: Endophytic fungi are known as a producer of a myriad of bioactive natural products, including those originally produced by the host plants. Huperzine A (Hup A), a lycopodium alkaloid, which was reported as an active acetylcholinesterase inhibitor (AChEI) agent used for the treatment of Alzheimer’s disease, was originally isolated from medicinal Chinese herbs Huperzia serrata. Moreover, various species of endophytic fungi associated with H. serrata and other species within Huperziaceae plants were found capable of producing Hup A, suggesting these microorganisms as promising sources of Hup A. Objective: This review aimed to summarize the evidence of Hup A produced by various endophytic fungi as part of efforts to assess alternative producer of Hup A. Methods: Scientific articles on endophytic fungi producing Hup A published from 2000 until 2022 were screened through scientific databases. Results: Thirty-two endophytic fungal strains belonging to fifteen fungal genera were documented as capable of producing Hup A. These fungal endophytes were isolated from Huperziaceae plants, H. serrata, Phlegmariurus phlegmaria and Phlegmariurus taxifolius. Conclusion: We summarize herein the capability of endophytic fungal strains associated with Huperziaceae plants to produce Hup A, an active AChEI agent, which could be considered as an alternative producer of Hup A on a larger scale.Keywords: Acetylcholinesterase inhibitor (AChEI); Alzheimer’s disease; Fungal endophytes; Huperziaceae; Huperzine A (Hup A).
Potensi dan Aktivitas Antibakteri Madu, Bee Pollen, dan Propolis dari Lebah Kele (Trigona sp.) terhadap Bakteri Penyebab Jerawat Sang Ayu Made Dwi Ariesta Putri; Ni Putu Ariantari
Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi Vol. 1 (2022): Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi 2022
Publisher : Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/WSNF.2022.v01.i01.p15

Abstract

Jerawat merupakan peradangan yang terjadi di bagian tubuh seperti wajah, dada, leher, dan punggung yang lumrah dialami pada usia remaja hingga dewasa. Jerawat dikarakterisasi dengan adanya papula, komedo hitam dan putih, pustula, nodul, dan jerawat batu. Infeksi jerawat dakibatkan dari berlebihnya aktivitas kelenjar minyak serta diperburuk oleh adanya infeksi bakteri. Salah satu sumber daya lokal yang berpotensi sebagai antibakteri adalah lebah Trigona atau yang di Bali lebih dikenal dengan istilah kele. Lebah kele merupakan lebah yang memiliki karakteristik hitam pekat, tidak bersengat, dan menghasilkan rasa madu yang lebih asam dibandingkan madu lainnya. Tujuan review artikel ini adalah untuk mengkaji informasi mengenai potensi dan aktivitas antibakteri dari lebah kele dalam bentuk produk hasilnya berupa madu, bee pollen, dan propolis terhadap bakteri penyebab jerawat serta mengetahui kandungan senyawa kimia yang berperan dalam aktivitasnya sebagai antibakteri. Metode penelitian yang dilakukan ialah studi literatur menggunakan artikel penelitian dari jurnal nasional dan internasional dalam 10 tahun terakhir. Hasil review artikel ini melaporkan produk hasil dari kele memiliki potensi dan aktivitas sebagai antibakteri dalam menghambat bakteri penyebab jerawat yaitu Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri dari kele diduga karena mengandung antioksidan yang tinggi. Hal ini didukung dengan adanya total fenolik dan flavonoid yang berperan penting dalam membenahi stres oksidatif. Oleh karenanya, madu, bee pollen, dan propolis dari lebah kele berpotensi untuk dijadikan terapi alternatif sebagai antibakteri pada infeksi jerawat. Melalui review artikel ini, diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai kandungan antibakteri yang terdapat dalam sumber daya lokal dari lebah kele.
Aktivitas Farmakologi Jamur Endofit Tanaman Suku Zingiberaceae Sebagai Kandidat Produk Kosmetik Hijau Caresya Insani Bangga Nabila; Ni Putu Ariantari
Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi Vol. 1 (2022): Prosiding Workshop dan Seminar Nasional Farmasi 2022
Publisher : Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/WSNF.2022.v01.i01.p38

Abstract

Kosmetik hijau adalah kosmetik yang terbuat dari bahan alami, tanpa pewarna atau pengawet buatan, dan lebih ramah lingkungan. Konsumen yang sadar kesehatan akan memilih produk kosmetik hijau karena tidak mengandung bahan yang dapat membahayakan tubuh. Mikroorganisme yang berpotensi untuk dijadikan bahan kosmetik hijau adalah jamur endofit. Jamur endofit adalah mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman, seperti bunga, akar, daun, batang, hingga biji. Jamur endofit tidak membahayakan atau merugikan tanaman inangnya. Jamur endofit merupakan sumber potensial senyawa metabolit. Kajian ini disusun berdasarkan studi literatur jurnal nasional dan internasional menggunakan basis data Google Scholar, Science Direct, dan PubMed yang kemudian dipilah sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Jamur endofit dari tanaman suku Zingiberaceae seperti Zingiber officinale, Kaempferia galanga, Curcuma longa, dan Curcuma xanthorrhiza menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap strain bakteri Staphylococcus aureus. Diameter zona hambat jamur endofit tanaman tersebut berada pada rentang 8-32 mm. Selain itu, pada jamur endofit dari tanaman suku Zingiberaceae juga terdapat aktivitas antioksidan. Berbagai hasil studi tersebut menunjukkan jamur endofit dari tanaman rimpang berpeluang dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan baku produk kosmetik, khususnya untuk produk anti jerawat dan juga anti-aging. Penelitian lebih lanjut untuk menemukan senyawa bioaktif dari jamur endofit tanaman suku Zingiberaceae perlu dilakukan untuk ekplorasi mikroorganisme dalam sebagai sumber bahan baku produk kosmetik hijau.