Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PEER GROUP JUDGING: THE IMPLEMENTATION OF GROUP PIN-UP IN ARCHITECTURE DESIGN STUDIO Megayanti, Trias; Aryanti, Tutin; Dewi, NItih Indra Komala
Journal of Architectural Research and Education Vol 1, No 1 (2019): Journal of Architectural Research and Education April 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.676 KB) | DOI: 10.17509/jare.v1i1.15808

Abstract

The architecture design studio is a core course in architectural learning that trains students' abilities in the architectural design process. Unfortunately, students often fail to meet scheduled task targets, even though the time alloted is sufficient. This article examines the application of the group pin-up as a teaching method and its effectiveness in helping students meet deadlines for completing tasks in the Architecture Design III course, a studio attended by second year students. This study uses documents analysis (reviewing student design drawings to measure student achievement), and interviews (investigating changes in attitudes and perceptions of the students in pin-up group applications). We found that using the group pin-up strategy to impose an in-between deadline leads to improved discipline, better teamwork, and higher motivation due to competition in the group. This method is recommended in architectural design studios as a simulation practice for students before they move up and begin to work in the architecture profession.
Vocational Career Choice in Middle Childhood Ningsih, Mirna Purnama; Barliana, Mokh. Syaom; Widiaty, Isma; Aryanti, Tutin
INVOTEC Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Technological and Vocational Education-Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/invotec.v17i1.33750

Abstract

Career   choice   can   be   made from   an   early   age   through introduction, habituation, and stimulation of children's interests. Parents need to recognize their child's interests related to future career choice. The study  was conducted  on 106 children aged 6-12  years  to  determine  the  careerchoices  of  children.  Data collection  was  carried  out  by  distributing  online  questionnaires (Googleform). Limited interviews were conducted with 5 mothers and  children  to  explore  children's  career  choices.  The  findings on gender show that boys tend to choose career specifics such as  policemen,  military  troops  and  businessmen. On  the  other hand, girls tend to choose career specifics such as doctors and teachers.  Career  choice  in  children  is  influenced  by  3  (three) factors, namely (1) the desire in the child, (2) interests/hobbies, (3) the profession of parents and family (role models)
Korean Wave: Lingkaran Semu Penggemar Indonesia Wahidah, Ananda; Nurbayani, Siti; Aryanti, Tutin
SOSIETAS Vol 10, No 2 (2020): Sosietas : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.359 KB) | DOI: 10.17509/sosietas.v10i2.30111

Abstract

Indonesia menempati posisi ke-3 negara Asia dengan indeks popularitas konten dan produk budaya Korea yang dikonsumsi penggemar. Hal yang menarik dari penelitian ini yakni menganalisis praktik konsumsi penggemar Korea di Bandung. Wawancara dilakukan kepada penggemar Korea, anggota Bandung Korean Community (Hansamo), dan anggota cover dance Korea. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi penggemar tidak hanya musik, film dan drama korea saja, namun produk kecantikan Korea menjadi salah satu produk yang paling diminati. Viralnya produk kecantikan Korea menjadi salah satu kunci kesuksesan penjualan. Namun, kehadiran idol/aktor/aktris sebagai brand ambassador produk menjadi strategi marketing pasar yang berhasil. Selain memenuhi prestise sebagai seorang penggemar, praktik trend kecantikan Korea juga dilakukan untuk memenuhi hasrat penggemar agar visual mereka dapat terlihat sama seperti idol/aktor/aktris Korea. Produk kecantikan dari Korea Selatan saat ini lebih diunggulkan dibanding produk lokal Indonesia. Padahal kenyataannya, manfaat dan fungsi dari produk kecantikan Korea tidak selamanya cocok digunakan oleh penggemar.
Pengaruh Kualitas Lingkungan dan Motivasi pada Kinerja Akademik Siswa SMA Yudhistira Kusuma; Hanson Endra Kusuma; Angela Christysonia Tampubolon; Tutin Aryanti
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ruas.2018.016.02.3

Abstract

Environment (external factors) and user attributes (internal factors) affect the user's response to the environment. This study aims to uncover how the quality of the environment in high school as an external factor and student motivation as an internal factor affects the academic performance of the students. The research was conducted with qualitative and quantitative approach. Data were collected by survey using an online questionnaire. From the regression analysis, it was found that the dimensions of external factors of "classroom order", "social interaction and supervision" and "air quality" further increased the effectiveness of student learning rather than internal dimensions of "resilience and capacity building". Meanwhile, the decrease in air quality, noise, and environmental pollution can cause student learning disruption. Based on these findings, it can be concluded that the learning environment plays an important role in shaping the effectiveness of student learning.
PROSES RELASI GENDER PADA SINGLE PARENT DALAM MEMBENTUK IDENTITAS GENDER ANAK camelia arni minandar; Siti Komariah; Tutin Aryanti
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 17(1), 2021
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/harkat.v17i1.20712

Abstract

Abstract. The problem of being a single parent who experiences a change in role and has a double burden in the formation of a child's gender identity, becomes its own difficulty for single parents. The formation of gender identity itself is an important part of recognizing the concept of gender as a male (masculine) or female (feminine) which is influenced by biological, social, and cognitive factors during the socialization process of their parents. To describe this situation, this research study focuses on examining how gender relations between children and single parents of different sexes provide an understanding of children's gender identity using social learning theory. In this study, a qualitative approach was used based on a critical review of the literature, both theoretical and empirical. The results showed that in single-parent families, there tends to be an imbalance in the process of learning gender identity because of gender roles vacancies. The domination of gender norms when socializing gender identity can obscure the role of one gender, so that the meaning of gender is biased. This also happens because children who experience losing role models in the process of ordering their gender identities will be attached to disharmony in the form of vacant roles. Therefore, single parents must be able to provide an understanding of gender identity so that children have knowledge of balanced gender identities to minimize psychological conflicts in the growth of a child from a single-parent family. Abstrak. Problematika status sebagai orang tua tunggal yang mengalami perubahan peran serta memiliki beban ganda dalam pembentukan identitas gender anak, menjadi kesulitan tersendiri bagi para orang tua tunggal. Pembentukan identitas gender sendiri merupakan bagian penting dalam mengenali konsep gender anak sebagai seorang laki-laki (maskulin) atau perempuan (feminin) yang dipengaruhi oleh faktor biologis, sosial, dan kognitif selama proses sosialisasi dari orang tuanya. Untuk mendeskripsikan keadaan tersebut, studi penelitian ini berfokus mengkaji bagaimana relasi gender antara anak dan orang tua tunggal yang berbeda jenis kelamin dalam memberikan pemahaman mengenai identitas gender anak dengan menggunakan teori belajar sosial (social learning theory). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif berdasarkan tinjauan kritis dari literatur baik teoritis maupun empiris. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam keluarga orang tua tunggal, cenderung terjadi ketimpangan dalam proses pembelajaran sosial identitas gender karena adanya kekosongan peran gender. Adanya dominasi norma gender saat sosialisasi pembentukan identitas gender dapat mengaburkan peran salah satu gender, sehingga makna gender dianggap bias. Hal ini juga terjadi karena anak yang mengalami kehilangan panutan dalam proses pembentukan identitas gendernya, akan lekat dengan disharmoni yang dialami berupa kekosongan peran. Maka dari itu, orang tua tunggal harus dapat memberikan pemahaman mengenai identitas gender agar anak memiliki pengetahuan mengenai identitas gender yang seimbang sehingga dapat meminimalisir konflik psikologis dalam pertumbuhan seorang anak dari keluarga orang tua tunggal. 
Sistem Pendeteksian Kerusakan Lampu Sinyal Pada Stasiun Kereta Api Dengan Metode Predictive Maintenance A Andriana; Tutin Aryanti; Ida Hamidah; Heru Prambudiono
Jurnal Tiarsie Vol 18 No 2 (2021): Jurnal TIARSIE 18.2
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32816/tiarsie.v18i2.100

Abstract

Lampu sinyal adalah sistem persinyalan yang berfungsi untuk memberikan isyarat berupa cahaya yang ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur perjalanan kereta api. Isyarat tersebut yaitu cahaya merah yang artinya tidak aman, cahaya kuning artinya berjalan dengan hati-hati dan cahaya hijau artinya berjalan dengan kecepatan yang ditentukan. Lampu sinyal sangat berperan penting dalam sistem perkeretaapian, oleh karena itu lampu sinyal harus dapat dideteksi apabila tidak berfungsi dengan normal. Untuk mengatasi hal itu penulis membuat suatu sistem lampu sinyal yang dapat mendeteksi apabila lampu mengalami kerusakan, dan juga dapat memprediksi apabila lampu sinyal berpotensi rusak dengan metode pemantauan berkala (predictive maintenance) yang disesuaikan secara akurat memprediksi masalah tersebut. Komponen yang digunakan untuk mendeteksi dengan menggunakan Sensor CZ3700 dan INA219 yang dapat mendeteksi arus 0-5A dan tegangan 0- 36Vdc pada lampu sinyal. Selain itu juga dilengkapi sensor suhu untuk mengukur suhu pada modul lampu sinyal, yang dapat membaca suhu 0- 85°Celcius. Hasil pembacaan sensor diproses dengan menggunakan Arduino ESP32, dan hasil pembacaan dikirimkan ke Human Machine Interface dalam hal ini menggunakan Computer / Laptop melalui jaringan nirkabel. Harapannya ketika sudah menerapkan sistem predictive maintenance ini dapat mengidentifikasi dan memperbaiki masalah sebelum lampu sinyal rusak.
Menjadi Perempuan Pekerja Migran Puspita Wulandari; Elly Malihah; Tutin Aryanti
SOSIETAS Vol 12, No 1 (2022): Sosietas: Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/sosietas.v12i1.48101

Abstract

Rumah tangga, uang, dan pengakuan adalah tiga hal dasar yang berkaitan dengan pilihan perempuan untuk menjadi pekerja migran. Ketiga hal tersebut menjadi ukuran keberhasilan perempuan untuk menjadi lebih berharga. Ukuran ini diterima dan diperjuangkan oleh perempuan melalui pekerjaannya sebagai pekerja migran. Hal ini bukan lagi menjadi double burden atau double exploitasion bagi perempuan tetapi merupakan kesempatan untuk menjadi lebih berharga bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya.
[RETRACTED:] Proses Relasi Gender Pada Single Parent dalam Membentuk Identitas Gender Anak Camelia Arni Minandar; Siti Komariah; Tutin Aryanti
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 16 No 2 (2021)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.576 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v16i2.4823

Abstract

[This article is retracted because the authors have already submitted and published it elsewhere. The authors submitted it to another journal while the article was in the editorial process of Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak.] [Editor-in-chief: Vivi Ariyanti] ****************************** The problem of the status of being a single parent who experiences a change in role and has a double burden in the formation of a child’s gender identity, becomes a separate difficulty for single parents. The formation of gender identity itself is an important part of recognizing the concept of gender as a boy (masculine) or female (feminine) which is influenced by biological, social and cognitive factors during the socialization process of their parents. To describe this situation, this research study focuses on examining how gender relations between children and single parents of different sexes provide an understanding of children’s gender identity using social learning theory. In this study, a qualitative approach was used based on a critical review of the literature, both theoretical and empirical. The results showed that, the process of forming a gender identity in the socialization stage was considered to be an imbalance in the social learning process of gender identity. The domination of gender norms when the socialization of gender identity formation obscures the role of one gender, so that the meaning of gender is considered biased. The results showed that in single parent families, there tends to be an imbalance in the social learning process of gender identity because of the vacuum of gender roles. The domination of gender norms during the socialization of gender identity formation can obscure the role of one gender, so that the meaning of gender is considered biased.
MEMBANGUN KESADARAN MITIGASI BENCANA MELALUI SOSIALISASI DAN EDUKASI KERAWANAN WILAYAH DAN BANGUNAN DI JALUR SESAR LEMBANG DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT Try Ramadhan; Nitih Indra Komala Dewi; Restu Minggra; Tutin Aryanti; Dian Fitria; Irawan Surasetja
Lentera Karya Edukasi Vol 2, No 1 (2022): Jurnal LENTERA KARYA EDUKASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Pengembangan dan Kajian Sarana dan Prasarana Pendidikan (P2K Sarprasdik)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sesar lembang memiliki potensi bencana alam yang mengancam masyarakat disekitarnya. Peristiwa bencana alam dapat mengakibatkan korban jiwa, serta kerusakan bangunan. Hal ini seringkali disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bencana yang mengakibatkan ketidaksiagaan. Pemahaman kerawanan wilayah serta kerentanan bangunan menjadi hal yang kurang diperhatikan oleh masyarakat. Kegiatan ini  bertujuan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait kerawanan wilayah dan bangunan di jalur sesar lembang sebagai upaya membangun kesadaran mitigasi bencana di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.Desa ini merupakan salah satu kawasan yang berada di sekitar titik sesar lembang.Metode yang digunakan adalah ceramah, penyebaran informasi, dan penataan. Hasil kegiatan ini adalah penyuluhan langsung, penyebaran video edukasi, poster edukasi infografis, hingga pemasangan signage mitigasi bencana. Kegiatan ini merupakan tindakan awal dari kegiatan yang berkelanjutan desa binaan untuk membangun masyarakat yang berketahanan (resilience) dan lingkungan yang berkelanjutan (sustainable) dimasa mendatang.
Kongres Ulama Perempuan Indonesia dalam Wacana Merebut Tafsir Gender Pasca Reformasi: Sebuah Tinjauan Genealogi Amrin Ma'ruf; Wilodati Wilodati; Tutin Aryanti
Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam Vol. 20 No. 2 (2021)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & The Asia Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/musawa.2021.202.127-146

Abstract

Tahun 2017, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Pertama kali terselenggara di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy, Cirebon. Kehadiran KUPI merepresentasi ulama perempuan dalam wacana produksi pengetahuan berbasis gender di pesantren. Tulisan ini menganalisis preseden awal KUPI tentang jaringan produksi pengetahuan isu gender di pesantren. Genealogi Michel Foucault adalah pisau analisis akademis pada wacana gender di pesantren dalam pembahasan ini. Wacana ini tersebar dalam diskursus ruang publik yang berserakan tapi belum pada lingkungan pesantren terutama pada pengetahuan tentang ulama perempuan. Agensi Pengetahuan tentang perempuan ulama membentuk cara pandang baru tentang etika personal, modal perumusan kaidah Fiqih, dan arah pengetahuan berbasis gender. KUPI adalah salah satu  ruang publik pada konsepsi pengetahuan gender di pesantren yang dikuasai oleh dominasi patriarkis. KUPI mewakili suara gender pesantren baik secara digital ataupun public terbuka pasca reformasi dengan berbagai kemunculan para aktivis gender pesantren. [In 2017, the Indonesian Women's Ulama Congress (KUPI) was first held at the Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Islamic, Cirebon. KUPI represents female ulama in the discourse of gender-based knowledge of pesantren decision in Islamic living production. This paper Talks KUPI's initial presentation on the network of gender knowledge in pesantren. Michel Foucault's genealogy is the academic analysis on gender discourse in pesantren living law in Fiqih Process discussion. This issue is spread in the scattered public space discourse, but not yet in the pesantren environment, especially in the knowledge of female clerics. The Agencies on women ulama forms a new perspective on personal ethics, the formula new Fiqh rules, and the direction of gender-based knowledge. KUPI is one of the spaces in the conception of gender knowledge in pesantren which is dominated by patriarchal domination. KUPI represents the gender voice of pesantren both digitally and publicly after the reformation with the pesantren gender activists.]