Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Sains Medisina

Aktivitas Antibakteri Nira Aren (Arenga pinnata Merr) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis Risky Amelia; Putri Vidiasari Darsono; Rina Saputri
Sains Medisina Vol 1 No 4 (2023): Sains Medisina
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.765 KB)

Abstract

Jerawat adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh produksi minyak berlebih kemudian meradang sehingga memicu penyumbatan pada pori-pori. Salah satu bakteri penyebab jerawat adalah bakteri Staphylococcus epidermidis. Jerawat yang diinfeksi bakteri dapat disembuhkan dengan penggunaan antibiotik, namun penggunaan antibiotik saat ini banyak menyebabkan resistensi dalam penggunaan jangka waktu panjang, sehingga diperlukan alternatif obat untuk mengatasi jerawat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui metabolit sekunder dan aktivitas antibakteri nira aren (Arenga pinnata Merr) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan pengujian KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah true experimental dengan post test only with control group design. Metode pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dan dilusi cair. Hasil penelitian Nira aren (Arenga pinnata Merr) positif mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid dan memiliki aktivitas antibakteri dengan rata-rata zona hambat 9,3 mm menggunakan metode difusi cakram dan nilai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) terdapat pada konsentrasi 33%. Hasil uji statistik Kruskall Wallis 0,007 dan Mann Whitney 0,025 yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara kelompok konsentrasi nira aren dan kontrol positif dengan kontrol negatif. kesimpulan penelitian ini nira aren (Arenga pinnata Merr) positif mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan nilai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) 33% dan tidak memiliki nilai KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum).
Efektivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kelakai (Stenochlaena palustris) Asal Gambut Kalimantan Selatan Rina Saputri; Ali Rakhman Hakim; Amanda Shelvia Savitri; Anisa Ujuldah; Aulia Damayanti; Aima Pitriya
Sains Medisina Vol 1 No 4 (2023): Sains Medisina
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.81 KB)

Abstract

Kelakai (Stenochlaena palustris) diketahui mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid terdapat di hampir semua bagian tanaman, seperti daun, bunga, buah, batang dan akar, dan dilaporkan memiliki sifat antioksidan yang dapat sebagai agen antiinflamasi. Tujuan dati penelitian untuk mengetahui efektivitas antiinflamasi dari ekstrak daun kelakai. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Ekstraksi menggunakan metode ekstraksi ultrasonik. Pengujian antiinflamasi menggunakan karagenin sebagai penginduksi radang. Obat natrium diklofenak sebagai kontrol positif. Dosis ekstrak kelakai yaitu 100mg/kg BB, 250mg/kg BB, dan 500 mg/kg BB. Hasil dari penelitian ini adalah ekstrak kelakai dengan dosis 500 mg/kg BB memiliki kemampuan lebih baik menghentikan radang dibandingkan obat natrium diklofenak. Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak kelakai memiliki kemampuan yang lebih baik dari obat natrium diklofenak.
Studi Bioekivalensi Obat Paracetamol Generik Dan Non Generik Secara In Vitro Siti Mutaharah; Saftia Aryzki; Rina Saputri; Yusuf Anggoro Mukti
Sains Medisina Vol 1 No 6 (2023): Sains Medisina
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Drugs are one component of health that is irreplaceable in order to improve public health status. There are 2 types of drugs circulating in the market, namely generic and non-generic. Paracetamol is classified as a class 1 biopharamcetic drug which is formulated as a product with high solubility in water and has high intestinal permeability, almost 100% absorption can be expected at least as much as 85% of the soluble product in in vitro testing. In vitro testing was carried out for 180 minutes with a span of 15 minutes using generic paracetamol and patented paracetamol to determine whether there is a difference in the quality of the drugs and to make comparisons with the aim of knowing their bioequivalence.