Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

HUBUNGAN FASILITATOR DENGAN PELAKSANAAN GOOD PHARMACY PRACTICE (GPP) DI APOTEK DENPASAR Putu Satrya, Dewa Ayu; Arimbawa, Putu Eka; Jaelani, Abdul Khodir
Jurnal Endurance Vol 2, No 3 (2017): Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.956 KB) | DOI: 10.22216/jen.v2i3.2031

Abstract

Pharmaceutical service is said to be good if it meets the criteria of Good Pharmacy Practice (GPP) which is patient oriented or often called pharmaceutical care. GPP implementation on community pharmacy proved to be slower than expected, although many pharmacists have agreed with the GPP concept. The purpose of this research is to accelerate the achievement of GPP by applying the facilitator which has high influence on pharmacist attitude in GPP implementation, so as to improve the quality assurance of pharmaceutical service in community pharmacy. GPP implementation also aims to improve the quality of patients, because the service focus on the patient or often known as patient oriented. The research method used cross sectional survey design. Quantitative data with questionnaires were taken prospectively for patients. The sampling technique used is random sampling to 70 pharmacists in charge of pharmacies in pharmacies of Denpasar City Bali. The result of the research shows the influence of facilitator to GPP implementation in Apotek Denpasar-Bali. The attitudes of facilitators in the implementation of the influential GPP in this study were Doctor Relationship with Pharmacist (p = 0,010), Human Resources (p = 0,023), and teamwork (p = 0.012) had a positive and significant effect on pharmacist attitude in GPP implementation. The facilitator variable of physician and pharmacist relationship is the most influential variable (r = 0,340) on pharmacist attitude in implementing Good Pharmacy Practice (GPP).
Evaluation Of Drugs Use With Who Prescribing Indicator In Kuta Primary Health Satrya Dewi, Dewa Ayu Putu; Arimbawa, Putu Eka; Jaelani, Abdul Khodir
Jurnal Endurance Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.831 KB) | DOI: 10.22216/jen.v3i3.3492

Abstract

The Government of Indonesia has a lot of intervention for rationalizing drug use of all levels of health services including Primary Health Care. One of the programs of rational use of drugs at Primary Health Care is monitoring and evaluation of drug use conducted by pharmacist. The purpose of this research was to evaluate the rationality of drug usein Kuta Primary Health Care that review from WHO prescribing indicators and knowing the difference percentage of rationality of drug use between Kuta Primary Health Care. This research used cross sectional design research conducted in Kuta Primary Health Care on October 2017. Data analyzed using descriptive analysis and Kruskall-Wallis test. The average number of drug prescribed per en counter was 2.9. The percentage of drugs prescribed by generic drugs was 85.91percent. The percentage prescribed of encounters in which an antibiotic on ARI non Pneumonia was 29.94 pecent  and percentage prescribing antibiotic drugs in a non-specific diarrhea was 23.84 percent. The percentage prescribed of encounters injection was 0 percent. On the basic of the finding of this study the prescribed practices for polypharmacy, generic prescribing, and antibiotic shows deviation from the standard recommended by WHO and Directorate General of Pharmaceutical and Medical Devices Indonesia. These finding suggested increase health workers knowledge through scientific meetings or Focus Group Disscution (FGD) that can support a rational use of drugs in the Primary Health Care. Pemerintah Indonesia telah banyak melakukan intervensi untuk merasionalkan penggunaan obat dari segala tingkat pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas. Salah satu program Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas adalah monev penggunaan obat yang dilakukan oleh farmasis. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi rasionalitas penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Kuta ditinjau dari indikator peresepan (% peresepan obat generik, % persentase antibiotik, % peresepan injeksi) dan mengetahui perbedaan persentase rasionalitas penggunaan obat antar Puskesmas Kecamatan Kuta. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang dilakukan pada Puskesmas Kuta I, Kuta II, dan Kuta Utara pada bulan Oktober 2017. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan uji Kruskall-Wallis. Analisis deskriptif dari tenaga kesehatan menunjukkan bahwa, profesi Apoteker masih langka di Puskesmas Kecamatan Kuta yaitu hanya ada di Puskesmas Kuta 1 per November 2018. Hasil penelitian tiap parameter pada Puskesmas Kecamatan Kuta tidak ada yang memenuhi target kriteria POR dari target Dirjen Binfar kecuali parameter peresepan injeksi. Rata-rata obat tiap pasien adalah 2,9, % peresepan obat generik adalah 85,91%, % peresepan obat antibiotik pada ISPA non Pneumonia adalah 29,94%, % peresepan obat antibiotik pada diare non spesifik adalah 23,84%, dan % peresepan injeksi adalah 0%. Hal tersebut menunjukkan bahwa Puskesmas Kecamatan Kuta masih mengalami masalah polifarmasi dan penggunaan antibiotik berlebihan. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan melalui pertemuan ilmiah atau Focus Group Disscution (FGD) yang dapat mendukung penggunaan obat yang rasional di Puskesmas.
Pengaruh Suhu Terhadap Potensi Antibiotika Cefotaxime Multiple Dose Pada Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Arimbawa, Putu Eka; Santika, I Wayan Martadi
Jurnal Kesehatan Bali Vol 3 No 1 (2019): Bali Health Journal
Publisher : LP2M Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34063/bhj.v3i1.38

Abstract

Latar belakang: Suhu penyimpanan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas antibiotik terutama penyimpanan antibiotik cefotaxime saat digunakan untuk pencegahan infeksi oleh E.coli dan S.aureus. Selain itu juga penggunaan antibiotika secara multiple dose akan dapat mempengaruhi potensi dari antibiotik tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh suhu terhadap potensi antibiotika cefotaxime multiple dose pada bakteri E.coli dan S.aureus. Metode: Uji kualitatif dilakukan dengan melihat pengaruh suhu pada penggunaan cefotaxime multiple dose dengan dosis 150 mg (t= 0, 12, 18 jam) terhadap perubahan warna yang terjadi. Uji kuantitatif dilakukan dengan melihat zona hambat yang dihasilkan oleh antibiotika cefotaxime dengan suhu penyimpanan 50C, 170C, suhu 29 0C, suhu 360C pada media yang ditanam E. coli dan S. aureus. Analisis data menggunaka uji ANOVA. Hasil: Hasil Penelitian secara kualitatif menunjukkan terjadi perubahan warna antibiotika cefotaxime pada masing-masing suhu penyimpanan. Sedangkan data kuantitatif menunjukkan perbedaan zona hambat pada masing-masing suhu penyimpanan. Dari hasil penelitian didapatkan suhu tidak mempengaruhi potensi antibiotik. Tetapi pada penyimpanan t=18 jam dan t=12 jam terhadap t=0 jam menghasilkan perbedaan zona hambat. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa pemberian secara multiple dose pada bakteri E.coli dan S.aureus dapat mempengaruhi potensi antibiotik cefotaxime.
PERSEPSI MASYARAKAT BERDASARKAN METODE HEALTH BELIEF MODEL (HBM) DENGAN PENGGUNAAN OBAT HERBAL DI KOTA DENPASAR Arimbawa, Putu Eka; Suryaningsih, Ni Putu Aryati; Putri, Dhiancinantyan Windydaca Brata; Santika, I Wayan Martadi
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 7, No 2 (2020): JURNAL KESMAS (KESEHATAN MASYARAKAT) KHATULISTIWA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jkmk.v7i2.2041

Abstract

Penggunaan obat herbal melalui persepsi pengalaman dan informasi membuat keputusan untuk melakukan pengobatan semakin tinggi. Mengukur persepsi individu dapat melalui teori health belief model (HBM). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan persepsi masyarakat berdasarkan metode health belief model (HBM) dengan penggunaan obat herbal di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 97. Data dikumpulkan dari bulan Januari–Februari 2020 di Kota Denpasar menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji binary logistic. Perceived benefits dan self-efficacy memberikan hubungan yang signifikan terhadap penggunan obat herbal di Kota Denpasar (P<0.05).  Pertimbangan apoteker dan penggunaan dosis yang relatif aman membuat masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dalam penggunaan obat herbal. Peningkatan aspek fisik, mental, dan spiritual dengan penggunaan obat herbal masih perlu dilakukan, terutama dalam menunjang kesehatan masyarakat.Kata kunci : Persepsi, HBM, obat herbal, masyarakat
ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) RAWAT INAP DI SEBUAH RUMAH SAKIT DI BALI Suryaningsih, Ni Putu Aryati; Arimbawa, Putu Eka; Wintariani, Ni Putu; Apsari, Dewi Puspita
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v5i2.433

Abstract

Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) memiliki risiko mengalami masalah-masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs). Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan jenis terjadinya DRPs pada pasien PGK stage 3,4, dan 5 rawat inap di sebuah Rumah Sakit di Bali serta mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya DRPs. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan dengan dua pendekatan yang berkesinambungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada tahap kuantitatif dilakukan secara observasional dan tahap kualitatif melalui wawancara dengan tenaga kesehatan. Sebanyak 58 pasien yang diikuti secara prospektif, yang kemudian dikelompokkan ke dalam stage 3, 4 dan 5. DRPs tersering adalah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) sebanyak 68,39% dan penyebab (causes) tersering adalah terkait pemilihan dosis sebanyak 38,55% dan terkait dengan asuransi sebesar 5,16%. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya DRPs yaitu kebijakan, ketersediaan obat, komunikasi, keterbatasan sumber daya, error atau kesalahan tidak disengaja, pengetahuan dan persepsi terhadap outcome. DRPs yang paling sering terjadi adalah (ROTD) dengan penyebab yang paling sering pemilihan dosis selain itu disebabkan karena pemilihan obat, bentuk sediaan obat dan proses penggunaan obat. Perlunya adanya farmasi di ruangan yang bertugas untuk melihat terapi dan obat-obatan yang diterima pasien.
HUBUNGAN KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR) PADA PASIEN SWAMEDIKASI Arimbawa, Putu Eka
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v4i2.866

Abstract

Kepemilikan asuransi kesehatan (pemerintah atau swasta) merupakan jaminan kesehatan masyarakat agar dapat menjangkau pelayanan kesehatan terutama dalam penggunaan obat rasional (POR) khususnya swamedikasi (pengobatan sendiri). Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepemilikan asuransi kesehatan dengan penggunaan obat rasional (POR) pada pasien swamedikasi. Penelitian ini dilakukan dengan desain survey cross sectional. Penelitian menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 97 pasien yang melakukan pengobatan swamedikasi yang di ambil di 30 apotek di Kota Denpasar. Analisis data menggunakan uji statistika multivariat binary logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pendidikan (p=0.04; OR=2.37; CI=1.02-5.52) dan kepemilikan asuransi kesehatan (p=0.04; OR=2.77; CI= 1.01-7.53) memiliki hubungan yang signifikan dengan POR pada pasien swamedikasi. Sedangkan variabel lainya seperti jenis kelamin, pernikahan, pekerjaan, dan umur tidak memberikan hubungan yang signifikan (p&gt;0.05). Kepemilikan asuransi oleh pasien akan dapat meningkatkan pemahaman POR dalam swamedikasi terutama memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai pengobatan, mengurangi pembiayaan, dan menciptakan kesejahteraan pasien.
HUBUNGAN KEPEMILIKAN SAHAM APOTEKER PADA APOTEK DENGAN PELAKSANAAN GOOD PHARMACY PRACTICE (GPP) OLEH APOTEKER Arimbawa, Putu Eka; Dewi, Dewa Ayu Putu Satrya; Suena, Ni Made Dharma Shantini
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v4i1.876

Abstract

Good Pharmacy Practice (GPP) adalah praktik farmasi, oleh apoteker, untuk menciptakan konsep kualitas layanan kesehatan yang baik. Dalam membuat apotek untuk melakukan GPP, apoteker dapat bekerja sama dengan pemilik apotek (non-apoteker) dalam bentuk saham apotek. Kerjasama tersebut tidak akan menjadi masalah jika tidak bertentangan dengan GPP. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Penelitian dilakukan terhadap 71 apoteker di Kota Denpasar. Data dikumpulkan pada Februari-April 2017 dengan kuesioner dan dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan apotek dan aspek kesejahteraan pasien (p = 0,13, OR = 2,13) dan manajemen (p = 0,51, OR = 1,38). Ada hubungan yang signifikan antara aspek kontribusi apoteker (p = 0,04, OR = 2,76) dan kerjasama dengan dokter (p = 0,02, OR = 3,30). Secara keseluruhan, ada hubungan yang signifikan (p = 0,03, OR (CI95%) = 3,02 (1,08-8,41)). Kepemilikan saham apotek oleh apoteker menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara aspek kontribusi apoteker dan kerja sama dengan dokter. Kepemilikan saham akan meningkatkan kepercayaan dan jaminan keamanan apoteker, terutama saat membantu dokter dalam memberikan informasi tentang obat-obatan.
HUBUNGAN PELAKSANAAN GOOD PHARMACY PRACTICE (GPP) DENGAN KEPUASAN KERJA APOTEKER DI APOTEK Arimbawa, Putu Eka; Dewi, Dewa Ayu Putu Satrya; Suwantara, I Putu Tangkas
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v3i2.905

Abstract

Good pharmacy practice (GPP) merupakan standar untuk memastikan Apoteker dalam memberikan setiap pelayanan kefarmasian sehingga dapat menciptakan suatu kepuasan kerja. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan good pharmacy practice (GPP) Dengan kepuasan kerja apoteker di apotek Kota Denpasar Penelitian ini dilakukan dengan desain survey cross sectional. Penelitian menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 69 apoteker yang memiliki ijin praktek penanggung jawab di Kota Denpasar. Analisis data menggunakan uji statistika multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara aspek kesejahteraan pasien (p=0.23) dan aspek kerjasama dengan dokter (p=0,07) terhadap kepuasan kerja. Untuk hubungan aspek manajemen (p=0.01) dan aspek kontribusi peran apoteker (p=0,001) memberikan hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Secara keselurahan pelaksanaan good pharmacy practice (GPP) dengan kepuasan kerja terdapat hubungan yang signifikan (p=0,04) dan memberikan pengaruh sebesar 1,65 kali (OR =1,65) terhadap kepuasan kerja apoteker di apotek.
Kehadiran Apoteker dan Implementasi Good Pharmacy Practice (GPP) di Apotek Kota Denpasar Arimbawa, Putu Eka; Satrya Dewi, Dewa Ayu Putu; Hita, I Putu Gede Adi Purwa
Window of Health : Jurnal Kesehatan Vol. 04 No.01 (Januari, 2021)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/woh.v0i0.411

Abstract

Good pharmacy practice (GPP) is a pharmaceutical service standard that has not been implemented well enough because the presence of pharmacists still lacks in pharmacies. This study aims to see the relationship between the presence of pharmacists and the implementation of GPP. This study uses a cross-sectional survey design. Data were collected in February-April 2019 in Denpasar City using a questionnaire and analyzed using a binary logistic test. The results showed the presence of pharmacists had a significant influence on the implementation of GPP (P <0.05). The presence of pharmacists at the pharmacy increases the safety of the drug procurement system through official channels and interactions with patients regardless of social status. Special attention is needed to improve reporting of drug side effects and patient medical records through practice schedules that are in line with pharmaceutical service standards.
Health Belief Model dan Pemahaman Penggunaan Vitamin C di Kota Denpasar Arimbawa, Putu Eka; Dewi, Dewa Ayu Putu Satrya; Bawa, Pande Wayan
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol. 8 No. 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi Prodi Olahraga Perguruan Tinggi PGRI (APOPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.024 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.5814051

Abstract

Perilaku masyarakat merupakan pengalaman yang menyebabkan pemahaman berbeda mengenai pemahaman vitamin C dan dapat menyebabkan kesalahan penggunaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan health belief model (HBM) dengan pemahaman penggunaan vitamin C. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah 96 sampel di Kota Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dari Bulan Juni-Agustus 2021 dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji binary logistic. Hasil penelitian menunjukkan nilai perilaku berdasarkan perceived susceptibilitiy perceived severity, health motivation, perceived benefits dan self efficacy tidak memberikan hubungan yang signifikan dengan pemahaman penggunaan vitamin C (P>0,05), sedangkan perceived benefits memberikan hasil yang signifikan (P<0,05). Perceived benefits memberikan pengaruh terhadap penggunaan  vitamin C sebagai terapi tambahan dengan  memberikan pengaruh positif perilaku dalam meningkatkan kualitas hidup meskipun ketika efek belum terbukti memperbaiki kondisi kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi yang tepat oleh tenaga kesehatan tentang keuntungan penggunaan vitamin C dalam meningkatkan penggunaan obat yang tepat.