Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Karakteristik Kitosan Dari Limbah Cangkang Udang Windu (Panaeus monodon) Eko Cahyono
Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.04 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.23395

Abstract

Kitin merupakan biopolimer yang tersusun atas unit N-asetil-D-Glukosamin. Struktur kitin sangat mirip dengan selulosa yang membedakan pada gugus asetaminda diganti oleh gugus hidroksil pada atom karbonnya. Kitosan sebagai polimer yang tersusun dari 2-amino-2-deoksi-β-D-glukosa dapat diperoleh dengan cara ekstraksi kitin. Pengubahan molekul kitin menjadi kitosan diperoleh dengan cara mengubah gugus asetamida (–NHCOCH) pada kitin menjadi gugus amina (–NH3) pada kitosan. Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi kitosan limbah kulit udang meliputi perhitungan rendemen, analisis proksimat dan logam berat. Tahap penelitian terdiri atas proses deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi. Kitosan yang dihasilkan selanjutnya dianalisis proksimat, kadar logam berat, dan derajat deasetilasi. Hasil analisis karakteristik kitosan menunjukkan rendemen 14%. Nilai kadar air 12,29%; kadar abu 0,99%; total nitrogen 2,20%; kadar lemak 3,13%; dan karbohidrat 81,39%. Viskositas 1713,04 cps; derajat deasetilasi 98,65%. Kandungan logam berat merkuri 0,00001±2,7735 ppm, kadmium 0,00079±3,4641 ppm, tembaga 0,01105±1,7320 ppm, timbal 0,00316±2,3094 dan arsen  0.00098±1,7320.
IDENTIFIKASI ASAM AMINO IKAN LAYANG (Decapterus russelli) PADA LOKASI PENANGKAPAN BERBEDA Eko Cahyono; Indra Mardani
Jurnal Pengolahan Pangan Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/pangan.v5i1.33

Abstract

Decapterus ruselli are a fisheries resource caught in the waters of Teluk Tomini and the Selat Makassar and have high economic value. The purpose of the study was to find out the profile of Decapterus ruselli fatty acids being caught at different locations. Methods used in this research is descriptive analysis. Results from this study indicate that plankton's abundance, weight in fish, protein levels, and amino acids in the waters of Teluk Tomini are higher than the Selat Makassar.
EFEKTIVITAS KITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI PADA PRODUK TRADISIONAL IKAN LAYANG (Decapterus russeli) ASAP PINEKUHE David Engelberd Sombo; Agus Turambi; Stevy Imelda Murniati Wodi; Eko Cahyono
Jurnal Kemaritiman: Indonesian Journal of Maritime Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kamous Serang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kitosan merupakan senyawa turunan kitin yang terdapat pada Crustacea. Kitosan memiliki fungsi sebagai antibakteri dan digunakan sebagai pengawet makanan salah satunya pada ikan Pinekuhe. Pinekuhe merupakan diolah ikan yang dibentuk dengan cara dilipat (ikan dibelah dari bagian punggung atas atau sampai bagian tengah, kemudian dilipat kebagian belakang sehingga ekor dan bagian insang bertemu) sehingga berbentuk seperti katak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kitosan sebagai pengawet alami pada ikan pinekuhe. Perlakuan yang digunakan terdiri dari larutan kitosan (0%, 0.5%, 1.5%, 2.5% dan 3.5%). Analisis yang dilakukan meliputi nilai perspektif, Total Plate Count (TPC), dan uji organoleptik (kenampakan, bau, rasa, tekstur, jamur dan lendir). Berdasarkan hasil penelitia kitosan memiliki sifat antibakteri yang mampu menghambat laju pertumbuhan bakteri. Larutan kitosan konsentrasi 3.5% merupakan konsentrasi terbaik dalam menghambat TPC hingga hari ke-9. Pengamatan organoleptik pada ikan pinekuhe menunjukkan bahwa pemberikan larutan kitosan memberikan pengaruh nyata, sehingga kitosan dapat dijadikan alternatif bahan pengawet alami.Kata kunci : antibakteri, kitosan, pinekuhe, TPC.
KUKIS SAGU TINGGI KALSIUM FORTIFIKASI TULANG IKAN TUNA DAN RUMPUT LAUT Caulerpa sp. Novalina Maya Sari Ansar; Jimi Palawe; Trivonia Kerol Talete; Novelia Tatinting; Wendy Alexander Tanod; Jefri Antonius Mandeno; Frets Jonas Rieuwpassa; Eko Cahyono
EnviroScienteae Vol 17, No 3 (2021): ENVIROSCIENTEAE VOLUME 17 NOMOR 3, NOVEMBER 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/es.v17i3.11758

Abstract

Calcium is one of the important minerals in the physiological regulation of the immune system. Until now, tuna bone waste has not been widely used to fulfill human health needs. This study aims to obtained a high calcium sago cookies formulation by utilizing local resources, like seaweed (Caulerpa sp.) and tuna bone. Research methods include 1). Production of tuna bone porridge; 2). Production of lahe (Caulerpa sp.) porridge; 3). Production of sago flour; 4). Production of sago cookies; and 5). We were testing the chemical and physical quality of sago cookies. The univariate analysis showed that formula 1 sago cookies was preferred by the panelists and was close to the control formula. The chemicals analysis of the formula 1 sago cookies showed carbohydrates (57.95 ± 0.06%); water (5.09 ± 0.04%); fat (25.93 ± 0.08%); ash (5.90 ± 0.04%); protein (5.14 ± 0.10%); total energy (485.67 ± 0.05 kcal/100 g); energy from fat (233.33 ± 0.70 kcal/100 g); insoluble dietary fiber (20.29 ± 0.01 %); calcium (998.64 ± 8.60 mg/100 g); and phosphorus (5765.35 ± 40.36 mg/kg). The present findings confirm that panelists prefer the formula 1 sago cookies with a chemical composition according to quality requirements Indonesia National Standard (SNI 2973:2011) and nutritional adequacy recommended for Indonesian people (AKG 2019). In addition, the chemical composition contained in prototype sago cookies of formula 1 has the potential to become a high-calcium snack.
Karakterisasi Tepung Semi Refined Carrageenan Dari Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Dengan Berbagai Pelarut Alkali Novalina Maya Sari Ansar; Eko Cahyono; Obyn Imhart Pumpente; Stevy Imelda Murniati Wodi; Frets Jonas Rieuwpassa; Jaka Frianto Putra Palawe; Wendy Alexander Tanod
Juvenil Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v3i1.15013

Abstract

ABSTRAKSemi Refined Carrageenan merupakan salah satu produk carrageenan dengan tingkat kemurnian lebih rendah dibandingkan dengan refined carrageenan. Semi Refined Carrageenan merupakan tepung hasil ekstraksi rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii berwarna putih kekuningan, dapat membentuk gel sehingga sangat berperan dalam industri makanan dan obat-obatan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan konsentrasi pelarut KOH dan NaOH yang tepat dalam proses ekstraksi tepung Semi Refined Carrageenan rumput laut Kappaphycus alvarezii. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, yaitu mengekstraksi Kappaphycus alvarezii menggunakan larutan alkali KOH dan NaOH yang direndam selama 4 menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rendemen tertinggi terdapat pada larutan KOH 5% (56,10%) dan larutan NaOH 3% (42,29%), kadar air pada larutan KOH 5% (15,45%) dan larutan NaOH 1% (16,50%), kadar abu larutan KOH  4% (4,85%) dan larutan NaOH 2% (3,50%), nilai pH terbaik terdapat larutan KOH 3% (8,14) dan larutan NaOH 3% (8,01) dan viskositas laju alir pada larutan KOH 3% (36,50 mL/detik) dan larutan NaOH 3% (38,10 mL/detik). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rendemen tertinggi terdapat pada larutan KOH 5% dan larutan NaOH 3%.Kata Kunci: alkali, carrageenan, KOH, Kappaphycus alvarezii, NaOHABSTRACTSemi Refined Carrageenan is a carrageenan product with a lower level of purity compared to refined carrageenan. Semi Refined Carrageenan is flour extracted from Kappaphycus alvarezii type of seaweed, yellowish white in color, can form a gel so that it plays a very important role in the food and medicine industry. The aim of the study was to obtain the correct concentration of KOH and NaOH solvents in the extraction process of Kappaphycus alvarezii seaweed Semi Refined Carrageenan flour. The method used in this study is an experimental method, namely extracting Kappaphycus alvarezii using an alkaline solution of KOH and NaOH soaked for 4 minutes. The results obtained showed that the highest yield was found in 5% KOH solution (56.10%) and 3% NaOH solution (42.29%), water content in 5% KOH solution (15.45%) and 1% NaOH solution ( 16.50%), ash content of 4% KOH solution (4.85%) and 2% NaOH solution (3.50%), the best pH values were 3% KOH solution (8.14) and 3% NaOH solution (8 0.01) and the viscosity of the flow rate in 3% KOH solution (36.50 mL/second) and 3% NaOH solution (38.10 mL/second). From the results of the study, it can be concluded that the highest yield is found in 5% KOH solution and 3% NaOH solution.Keywords : alkali, carrageenan, KOH, Kappaphycus alvarezii, NaOH
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Sekitaran PT. Perindo Unit Dagho Melalui Pembentukan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Eko Cahyono; Stevy Imelda Murniati Wodi; Wendy Alexander Tanod; Novalina Maya Sari Ansar
Pengmasku Vol 2 No 1 (2022)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/pengmasku.v2i1.199

Abstract

Dagho Village is the center of fisheries industrialization in the Sangihe Islands, North Sulawesi. The only village that has a Coastal Fishery Port and a fishing industry is PT. Perindo Unit Dagho. The people of Kampung Dagho who live around PT. Perindo Unit Dagho especially fishermen's wives who do not have the ability to process fishery products and cannot generate money to help improve the welfare of their families. In general, they do not have more expertise in terms of skills in utilizing abundant fishery products. In Dagho Village, there are no Micro, Small and Medium Enterprises or similar businesses, both those engaged in agriculture, animal husbandry and fisheries. Small businesses in the village can be done by providing guidance and training to the village community and helping distribute products in the village. The method used in this research is a qualitative descriptive method with a series of stages arranged systematically. The stages are Research and Development, preliminary survey and Focus Group Discussion, problem identification, Kampung Dagho is a central industrialization, needs analysis, Target Audience Determination, Implementation Phase, and Program Evaluation. This activity was carried out at the Dagho Village Hall, Tamako District. The activity begins with a field survey for the stage of preparing a work plan, activity time and targets. In this activity, partners are given motivation to be able to carry out entrepreneurial activities so that they can increase group and individual income. The activity team from the State Polytechnic of North Nusa Tenggara provided material related to marketing strategies in selling products to the local market. flying fish. Kampung Dagho merupakan sentral industrialisasi perikanan yang ada di Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara. Satu-satunya Kampung yang memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai dan Industri perikanan yaitu PT. Perindo Unit Dagho. Masyarakan Kampung Dagho yang bermukim di seputaran PT. Perindo Unit Dagho khususnya istri-istri nelayan yang tidak memiliki kemampuan dalam melakukan pengolahan hasil perikanan dan tidak dapat menghasilkan uang guna membatu mensejahterakan keluarganya. Umumya mereka tidak memiliki keahliah yang lebih dari segi kertanpilan dalam memanfaatkan produk hasil perikanan yang melimpah. Di Kampung Dagho belum adanya Usaha Mikro Kecil Menengah ataupun usaha sejenisnya, baik yang bergerak dalam bidang pertanian, peternakan maupun perikanan. Usaha kecil diperkampungan bisa dilakukan dengan memberikan bimbingan dan pelatihan kepada masyarakat kampung dan membantu mendistribusikan produk di perkampungan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan sebuah rangkaian tahapan yang disusun secara sistematis. Tahapnya adalah Research and Development, survey pendahuluan dan Focus Group Discussion, identifikasi masalah, Kampung Dagho merupakan merupakan central industrialisasi, analisis kebutuhan, Penetapan Khalayak Sasaran, Tahap Pelaksanaan, dan Evaluasi Program. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Kampung Dagho Kecamatan Tamako. Kegiatan diawali dengan survei lapangan untuk tahap penyusunan rencana kerja, waktu kegiatan dan sasaran. Pada kegiatan ini mitra diberikan motivasi untuk dapat melakukan kegiatan berwirausaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan kelompok hingga perorangan. Tim kegiatan dari Politeknik Negeri Nusa Utara memberikan materi terkait strategi pemasaran dalam menjual produk ke pasar lokal. Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Stimulus dapat disimpulkan bahwa di Kampong Dagho terbentuk satu UMKM baru yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil perikanan khususnya produk bakso ikan layang.
PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT PEMBUATAN NUGGET IKAN DI KAMPUNG BENGKETANG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA Novalina Maya Sari Ansar; Jefri Anthonius Mandeno; Wendy Alexander Tanod; Eko Cahyono
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 6 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v6i2.449

Abstract

Pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Kepulauan Sangihe masih terbilang bersifat tradisional karena dilakukan berdasarkan kebiasaan secara turun temurun. Pada umumnya produk yang dihasilkan hanya terbatas pada ikan asin atau ikan asap, belum ada pengolahan dengan menerapkan diversifikasi produk perikanan. Nugget ikan merupakan salah satu produk diversifikasi perikanan dari olahan daging ikan yang digiling halus dan dicampur dengan bahan pengikat, dengan menambahkan bahan dari sayuran untuk dapat melengkapi nilai gizi nugget serta diberi bumbu dan dikukus yang kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu selanjutnya dilakukan pembaluran dengan tepung roti, pegemasan dan yang terakhir pembekuan. Tujuan dari Program Kemitraan Masyarakat Stimulus ini yaitu dapat memberikan nilai tambah bagi produk perikanan yang melimpah di Kampung Begketang. Metode yang digunakan meliputi diskusi, tanya jawab serta praktek pembuatan nugget ikan. Hasil yang diperolah dari kegiatan ini yakni masyarakat khususnya Ibu-ibu pengolah dan ibu-ibu kader Posyandu sangat memahami pentingnya mengkonsumi ikan serta dapat memanfaatkan hasil perikanan yang melimpah untuk dapat diolah menjadi produk yang lebih beranekaragam seperti nugget ikan. Nugget ikan secara umum dapat dibuat dari berbagai macam jenis ikan atau hasil perikanan dengan syarat dagingnya mudah didapat atau di ambil. Processing fishery products in the Sangihe Islands Regency is still considered traditional because it is carried out based on habits passed down from generation to generation. Generally, the products produced are only limited to salted or smoked fish. There is no processing by applying fishery product diversification. Fish nuggets are fishery diversification products from processed fish meat that are finely ground and mixed with binders. Nugget products are also added with ingredients from vegetables to complement the nutritional value of nuggets, seasoned, steamed, and molded into specific shapes. Then fish nuggets are covered with breadcrumbs, packaging, and finally freezing. The purpose of the Stimulus Community Partnership Program is to provide added value for the abundant fishery products in Begketang Village, Sangihe Islands. The methods used include discussions and the practice of making fish nuggets. The results showed that the Bengketang community, especially fish processing women and Posyandu cadres, understand the importance of consuming fish and can take advantage of the abundant fishery products to be processed into more diverse products such as fish nuggets. Fish nuggets, in general, can be made from various types of fish or fishery products, provided the meat is easy to get or take.
PENERAPAN DIVERSIFIKASI PRODUK HASIL PERIKANAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KONSUMSI IKAN MASYARAKAT KAMPUNG BIRAHI KECAMATAN TABUKAN SELATAN Stevy Imelda Wodi; Eko Cahyono
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v6i1.467

Abstract

Diversifikasi Olahan Ikan merupakan motivasi baru untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa ikan yang biasanya dikonsumsi dalam bentuk digoreng, dibakar atau dimasak dalam keadaan utuh dapat dibuat makanan yang lebih menarik dan tetap bergizi yang dapat dikonsumsi mulai dari anak-anak, dewasa, sampai usia lanjut. Beberapa produk diversifikasi hasil perikanan antara lain: bakso ikan, nugget ikan, samosa ikan, dan amplang ikan. Tujuan dari kegiatatan PKMS ini antara lain :1). Mengenalkan ikan sebagai bahan pangan yang mengandung aspek gizi, 2). Memberikan pemahaman tentang manfaat ikan untuk kesehatan keluarga dan kecerdasan anak, 3). Menanamkan minat untuk menyukai ikan sebagai makanan sehari-hari, 4). Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan diversifikasi produk hasil perikanan sehingga meningkatkan konsumsi ikan masyarakat. Kegiatan ini melibatkan anggota kader posyandu, ibu hamil dan ibu menyusui Kampung Birahi. Metode yang digunakan yaitu metode observasi, penyuluhan dan pelatihan. Melalui Program PKMS ini kader dan masyarakat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang kandungan gizi dan manfaat ikan dalam meningkatkan kecerdasan otak pada anak, membantu kesehatan janin, menyehatkan jantung, menurunkan resiko kanker, menurunkan angka stunting, serta menjaga imunitas dimasa pandemi, dan menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam mengolah ikan sebagai sarana pemenuhan gizi. Fishery product diversification is a new strategy recently introduced to the public in Birahi village in the South Tabukan district. It aimed to increase the awareness of the people in the village towards the value of fishery product diversification, further processing fish usually consumed in the form of fried, grilled, or cooked products into more attractive and nutritious products such as fish balls, fish nuggets, fish samosas and fish amplang targeted for children, adults and the elders in the village. The objectives of this community service (PKMS) included 1). introduce nutritional aspects of fish as important food ingredients 2). teach the benefits of fish consumption for family health and children's intelligence, 3). instill an interest in daily fish consumption 4). increase the knowledge and skills in processing diversified fishery products, which in turn increase fish consumption in the community. This community service involved caders from Integrated Healthcare Center (Posyandu), pregnant women, and breastfeeding mothers of Birahi village. The used method in this community service was observation, counseling, and training. Through this PKMS program, the Posyandu’s caders and the public gained knowledge and understanding of the nutritional aspects of fish and the benefits of fish consumption in increasing brain intelligence in children, helping fetal health and heart health, reducing cancer risk and stunting, in maintaining immunity during the covid pandemic and in fostering community creativity to process fish as a way of fulfilling the community’s nutritional needs.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Pembibitan dan Penanaman Mangrove di Pantai Salurang, Kepulauan Sangihe Frets Jonas Rieuwpassa; Indra Wibowo; Wendy A. Tanod; Jaka F.P. Palawe; Eko Cahyono; Stevy I. M. Wodi; Novalina M. Ansar; Obyn I. Pumpente; Aprelia M. Tomasoa; Usy N. Manurung; Eunike I. Kumaseh; Fitria F. Lungary; Herjumes Aatjin; Christian A. Manansang; Steward I. Makawekes; Anggraini Barlian; Walter Balansa
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2023): Mei 2023
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v7i1.5336

Abstract

Mangrove memainkan peran sangat krusial bukan saja sebagai pelindung pesisir pantai tetapi juga sebagai tempat perkembangbiakan dan hunian beragam organisme dan sebagai sumber berbagai bahan bioaktif berpotensi medis. Kerusakan vegetasi mangrove di Kampung Salurang Kabupaten Sangihe yang merupakan daerah hilir akibat aktivitas tambang di daerah hulu menyebabkan penurunan drastis hasil tangkapan ikan di kampung Salurang dan musnahnya berbagai sumber bahan bioaktif potential. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan memulihkan vegetasi mangrove yang telah rusak di kampung Salurang. Tahapan kegiatan pengabdian meliputi (1) survei dan konsultasi dengan pemerintah kampung untuk menentukan lokasi penanaman dan tanggal pemberian materi penyuluhan, (2) pendampingan untuk pembibitan mangrove oleh tim kepada masyarakat, (3) pelaksanaan kegiatan mencakup pemberian materi kepada masyarakat termasuk pemuda dan siswa sekolah menengah pertama dan penanaman mangrove bersama masyarakat. Hingga saat ini, sekitar 76% dari 95% mangrove yang ditanam tumbuh dengan baik dan pertumbuhannya masih terus dipantau. Kegiatan ini memiliki implikasi penting bukan saja untuk lingkungan dan kehidupan masyarakat pesisir tetapi juga untuk melindungi organisme simbion mangrove maupun mangrove itu sendiri sebagai sumber berbagai bahan bioaktif potensial.
Growth Characteristics of Vibrio parahaemolyticus Isolated from Lobster (Panulirus sp.) Under Different Temperatures, pH, and NaCl Concentrations Novalina Maya Sari Ansar; Frans Gruber Ijong; Wendy Alexander Tanod; Eko Cahyono; Obyn Imhart Pumpente; Jaka Frianto Putra Palawe
Bioma : Berkala Ilmiah Biologi Vol. 25, No 1, Tahun 2023
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/bioma.25.1.74-87

Abstract

Vibrio parahaemolyticus is a bacterium found in estuaries and marine and is a pathogenic bacterium that harms human health. Vibrio parahaemolyticus can contaminate fishery products and potentially contaminate lobster products in North Sulawesi. This study was conducted to determine the presence of V. parahaemolyticus in lobsters collected in two shelters in North Sulawesi. This study also serves as a monitoring function and a means of information on the presence of V. parahaemolyticus. The samples used were lobsters (Panulirus sp.) taken from Malalayang and Tuminting shelters in North Sulawesi. Observations in this study include total bacteria, total Vibrio, and identified V. parahaemolyticus. Isolates of V. parahaemolyticus were characterized by their growth at different temperatures (5, 37, 43 oC); pH (5 - 9); and concentrations of NaCl (0, 1, 3, 5%). The results show total plates for lobster meat from Malalayang 4.3×104 ‒ 1.0×105 CFU/g, while from Tuminting shelter 1.4×104 ‒ 3.9×104 CFU/g. The total plate on lobster gills from Malalayang is 6.2×104 ‒ 1.2×105 CFU/g, while from Tuminting shelter 2.0×104 ‒ 6.7×104 CFU/g. Total Vibrio in lobster meat from Malalayang 6.2×103 ‒ 1.4×104 CFU/g, while from Tuminting shelter 5.2×103 ‒ 7.9×103 CFU/g. Total Vibrio in lobster gills from Malalayang 8.5×103 ‒ 4.6×104 CFU/g, while from Tuminting shelter 7.8×103 ‒ 9.5×103 CFU/g. The Gram staining analysis obtained 96 isolate strains with Gram-negative rods, and 42 strains showed characteristics as V. parahaemolyticus based on the biochemical assay. Vibrio parahaemolyticus can grow optimally at 37°C, pH 7‒8, and NaCl concentration 3‒5%.