Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

TRADISI NGAYUN DI KECAMATAN RAWAMERTA KABUPATEN KARAWANG (Kajian Struktural-Semiotik) SUGIANA, UUS; KOSWARA, DEDI; HAERUDIN, DINGDING
LOKABASA Vol 5, No 1 (2014): Vol.5 No. 1 April 2014
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v5i1.3166

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh: (1) adanya kebudayaan asing yang menggeser kebudayaan Sunda; (2) Tradisi Ngayun merupakan salah satu tradisi yang unik dan memiliki nilai-nilai yang luhur; (3) Tradisi Ngayun berkaitan dengan ajaran agama Islam; (4) Tradisi Ngayun berkaitan dengan awal mula kehidupan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini mendeskripsikan: (1) Struktur lahir Tradisi Ngayun; (2) Struktur batin Tradisi Ngayun; dan (3) Unsur semiotik (ikon, indeks, dan simbol) dalam Tradisi Ngayun. Sumber data dalam penelitian ini adalah tradisi ngayun yang berasal dari tiga desa, yaitu Desa Sukaraja, Desa Pasirawi, dan Desa Purwamekar. This study was motivated by (1) the presence of foreign culture that pushes Sundanese culture to the periphery; (2) Ngayun Tradition as one of the unique traditions and with sublime values; (3) Ngayun tradition associated with the teachings of Islam; (4) Ngayun tradition associated with the beginning of life; (5) The lack of studies regarding Ngayun tradition. This study is aimed at describing: (1) outer structure of Ngayun tradition;(2) inner structure of Ngayun tradition; and (3) elements of semiotics (icon, index, and symbol) in Ngayun tradition. The data used in this study derived from the tradition of Ngayun in three villages, Sukaraja Village, Pasirawi Village, and Purwamekar Village.
MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK BERNOMOR (DKB) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Haerudin, Dingding
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 13, No 1 (2013): Volume 13, Nomor 1, April 2013
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bs_jpbsp.v13i1.759

Abstract

Abstrak Banyak hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya minat dan kemampuan membaca pada kalangan peserta didik. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi berbagai pihak, khususnya para pendidik. Memperhatikan kondisi yang mengkhawatirkan tersebut, penelitian yang dilakukan ini diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk mengatasinya. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menguji coba model pembelajaran Diskusi Kelompok Bernomor (DKB) dalam pembelajaran membaca artikel. Model pembelajaran ini merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1994), yaitu Numbered Head Together (NHT). Ruang lingkup masalah yang dikaji dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu kemampuan membaca dan model pembelajaran.  Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan membaca dan keefektifan model pembelajaran DKB dalam membaca pemahaman artikel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik tes, observasi, angket, dan wawancara. Sumber datanya adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran DKB mampu meningkatkan kemampuan hasil belajar.  Dengan demikian model pembelajaran DKB dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran membaca pemahaman di samping model-model pembelajaran membaca lainnya yang telah ada.Kata-kata kunci: membaca pemahaman, diskusi kelompok bernomor AbstractThere are many research results that show the low interest and ability to read among learners. This raises concerns for various stakeholders, especially teachers. Based on the alarming conditions, this study is expected to be one alternative to overcome the problems. The effort made in this study was to test the Numbered Discussion Group (NDG) learning model in teaching to read articles. This learning model is one type of cooperative learning models that was first developed by Spencer Kagan (1994), known as Numbered Head Together (NHT) The scope of the problem investigated in this study consists of two things, namely reading ability and learning models. The purpose of this study is to describe students' reading ability and NDG learning model effectiveness in reading to comprehend articles. Data collection techniques used were technical tests, observations, questionnaires, and interviews. Data was taken from students of the Department of Education Regional Languages of FPBS at UPI. The results of this study show that the NDG learning model was able to improve learning outcomesTherefore, the NDG learning model can be used as an alternative of learning model for reading comprehension in addition to other learning models.Keywords: reading comprehension, numbered discussion group
MULTIMEDIA CAPABILITIES TO INCREASE WRITE GUGURITAN (A quasi-experimental study of Class X IBB SMAN 1 Nagreg 2015/2016) Nurhuda, Trifalah; Haerudin, Dingding; Nurjanah, Nunuy
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9174

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendéskripsikan (1) gambaran mengenai guguritan yang diilustrasikan dalam bentuk multimedia pembelajaran; dan (2) meningkatkan kemampuan menulis dalam pelajaran guguritan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kuasi eksperimen dengan menggunakan desain “Single Group Time Series Design”. Sumber data dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa yang diambil dari satu kelas yakni kelas X IBB SMA Negeri 1 Nagreg, Kabupaten Bandung. Tehnik yang digunakan adalah tehnik tes. Adapun instrumen yang digunakan adalah lembar tes menulis guguritan. Penelitian ini menerangkan bahwa (1) kemampuan menulis siswa terhadap guguritan sebelum menggunakan multimedia mendapatkan hasil dengan skor rata-rata 67.17; (2) kemampuan menulis siswa terhadap guguritan setelah menggunakan multimedia pembelajaran mendapatkan hasil dengan skor rata-rata 87.45, dan ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis guguritan siswa kelas X IBB SMA Negeri Nagreg sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran berdasarkan hasil thitung (30.34) ttabel (2.68). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis kerja (ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan demikian multimedia dapat meningkatkan menulis guguritan siswa kelas X IBB SMA Negeri 1 Nagreg.ABSTRACTThis study aimed to describe (1) a description of the guguritan illustrated in the form of multimedia learning; and (2) improve the ability to write in guguritan lesson. The method used in this study is a quasi-experimental study design using the "Single Group Time Series Design". Sources of data in this study were 40 students drawn from the class of the class X SMA Negeri 1 Nagreg IBB, Bandung regency. The technique used is the technique of tests. The instruments used were a test sheet write guguritan. This study explains that (1) the ability of the student's writing to guguritan before using multimedia get results with an average score of 67.17; (2) the ability of the student's writing against guguritan after using multimedia learning get of results with an average score of 87.45, and there is a significant difference between the ability to write guguritan class X IBB SMA Nagreg before and after using multimedia learning based on the results tcount (30.34) ttabel (2.68). This shows that the working hypothesis (Ha) is accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected. Thus multimedia can enhance writing guguritan of class X IBB SMA Negeri 1 Nagreg.
A Discourse of the Female Body in an Ancient Sundanese Literary Work of Lutung Kasarung: An Eco-Feminist Approach Isnendes, Retty; Haerudin, Dingding
TAWARIKH Vol 3, No 1 (2011)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.348 KB)

Abstract

ABSTRACT: This research investigates Sundanese narrative poems in ”Lutung Kasarung” (LK) with an eco-feminist theory. This research draws upon an analytical descriptive method of literary research with a data collection method and a feminist text analysis. The data sources were two texts of narrative poems of LK which had been converted into a story by Ahmad Bakri (1976) and documents from an oral story which had been rewritten by C.M. Pleyte (1910). This study reveals that: (1) there was an event that underlied the representation of the female body, there was a discourse that explored the female body, and the characters presented were related and formed an event in the social reality of the Kingdom of Pasirbatang; (2) a denial of Carolyn Merchant’s theory, particularly in the context of women and ecology as well as as of women and reproduction. The denial was represented by the character of Purba Rarang; and (3) there was injustice towards female characters, although it was hidden beneath the writer’s worship to women.KEY WORDS: Eco-feminist, a discourse of the female body, poem of ”Lutung Kasarung”, and Sundanese society.  About the Authors: Retty Isnendes, M.Hum. and Dr. Dingding Haerudin are Lecturers at the Faculty of Language and Arts Education UPI (Indonesia University of Education), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154, West Java, Indonesia. They can be reached at: chyerettyisnendes@gmail.com and dingdinghaerudin@yahoo.co.idHow to cite this article? Isnendes, Retty & Dingding Haerudin. (2011). “A Discourse of the Female Body in an Ancient Sundanese Literary Work of Lutung Kasarung: An Eco-Feminist Approach” in TAWARIKH: International Journal for Historical Studies, Vol.3(1) October, pp.109-120. Bandung, Indonesia: ASPENSI [Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia] and UVRI [Universitas Veteran Republik Indonesia], ISSN 2085-0980. Chronicle of the article: Accepted (August 14, 2011); Revised (September 17, 2011); and Published (October 28, 2011).
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM KHAZANAH SASTRA SUNDA KLASIK: TRANSFORMASI DARI KELISANAN (ORALITY) KE KEBERAKSARAAN (LITERACY) CARITA PANTUN MUNDINGLAYA DI KUSUMAH (KAJIAN STRUKTURAL-SEMIOTIK DAN ETNOPEDAGOGI) Koswara, Dedi; Haerudin, Dingding; Permana, Ruswendi
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 14, No 2 (2014): PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian mengenai cerita pantun Sunda dewasa ini jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan penelitian tentang teks sastra Sunda tertulis seperti yang berupa naskah (manuscript: handschrift). Dalam cerita pantun sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter, seperti dalam dalam teks Cerita pantun Mundinglaya Di Kusuma (CPMK). Beberapa alasan pentingnya dilakukan penelitian terhadap teks CPMK adalah sebagai berikut: (1) Teks CPMK belum pernah diteliti mengenai transformasi dari kelisanan ke keberaksaraannya, (2) Teks CPMK belum pernah dikaji secara struktural-semiotik, (3) Teks CPMK belum pernah dikaji berdasarkan pendekatan etnopedagogi sehingga diperoleh informasi berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dari teks tersebut. Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dengan metode struktural-semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tradisi dan transmisi penurunan teks CPMK dilakukan secara lisan melalui pergelaran mantun, sedangkan tradisi dan transmisi teks tulis WMK tidak dapat diketahui dengan pasti karena teks itu merupakan satu teks unikum. (2) Teks lisan CPMK dan WMK memiliki struktur formal dan struktur naratif. Struktur formal CPMK terbentuk oleh 8 formula, sedangkan struktur formal WMK terbentuk oleh puisi pupuh. Struktur naratif CPMK tersusun dalam 13 fungsi dan 7 lingkungan tindakan, sedangkan struktur naratif WMK tersusun dalam 6 model aktan dan 1 model fungsional yang terdiri atas 3 tahapan jalan cerita. (3) Transformasi yang terjadi dari kelisanan (orality) CPMK ke keberaksaraan (literacy) WMK ada pada tataran bentuk formal, sedangkan tataran isi cerita tetap sama. (4) Hadirnya transformasi dari kelisanan CPMK ke keberaksaraan WMK, secara semiotik, dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk melestarikan dan mempertahankan eksistensi nilai ajaran moral yang tertuang dalam cerita pantun ke dalam era (zaman) wawacan sejalan dengan situasi dan kondisi serta minat masyarakat Sunda masa itu.Kata kunci: pendidikan, karakter, etnopedagogi
METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PUPUH DI SMK PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 Fatimah, Seni Baetuli; Haerudin, Dingding; Hendrayana, Dian
LOKABASA Vol 5, No 2 (2014): Vol. 5, No. 2, Okt 2014
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v5i2.15957

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta yang menunjukan bahwa minat dan kemampuan siswa dalam memahami isi teks pupuh masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa membaca pemahaman pupuh sebelum dan sesudah menggunakan metode sosiodrama, dan untuk mengetahui perbedaan antara keduanya. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Adapun instrumen yang digunakan yaitu berupa lembar tes. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) kemampuan siswa dalam memahami isi teks pupuh meningkat dari 64,66% menjadi 83,33% dengan perbedaan uji gain 18,66% (2) adanya perbedaan uji gain menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan sebelum dan sesudah menggunakan metode sosiodrama (3) hasil uji hipotesis diperoleh thitung ttabel yaitutitung (7,14) ttabel (2,46), hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kerja (Ha) diterima dan hipotesis kerja (Ho) ditolak. Dengan demikian, metode sosiodrama bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca pemahaman pupuh serta dapat menjadi salah satu alternatife dalam teknik pembelajaran.AbstractThis researchwas conducted by the fact which shows that students interest and ability in understanding pupuh text content are still low. This study is aimed to find out students ability in pupuh reading comprehension before and after use sociodrama method, and to discover the difference between both of them. The method used is quasi experimental method with data collection technique using test technique. While, the instrument used is test sheets. According to the result, it can be concluded that (1) the students ability in understanding pupuh text content increases from 64.66% into 83.33% with the difference of gain test 18.66% (2) the difference of gain test shows that there is a significant difference between the ability before and after using sociodrama method (3) hypothesis test result was obtained t-value t-table (7.14) (2.46), it indicates that working hypothesis (Ha) is accepted and working hypothesis (Ho) is rejected. Thus, sociodrama method can be used to increase students ability in pupuh reading comprehension and also can be an alternative in learning technique.
TRADISI NYAWÉR PANGANTÉN SEBAGAI BAHAN AJAR BAHASAN BUDAYA SUNDA DI SMA Sulistian, Andri Tri; Koswara, Dedi; Haerudin, Dingding
LOKABASA Vol 8, No 2 (2017): Vol. 8, No. 2, Oktober 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v8i2.11174

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap kearifan budaya lokal yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah tradisi nyawér pangantén yang dilaksanakan dalam upacara perkawinan adat Sunda. Berdasar pada latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan struktur dan fungsi tradisi nyawér pangantén, 2) mendeskripsikan nilai etnopedagogik yang terdapat dalam tradisi nyawér pangantén, dan 3) mendeskripsikan tradisi nyawér pangantén bisa menjadi alternatif bahan ajar bahasan budaya Sunda di SMA. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dalam penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Data sekunder diperoleh dari telaah pustaka dan perekaman serta pendokumentasian. Penelitian ini dikaji dengan kajian struktur tradisi lisan, etnopedagogik, serta hasil bahasannya digunakan menjadi bahan ajar di SMA. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa tradisi nyawér pangantén mempunyai aspék teks, ko-teks, dan konteks yang sangat penting. Selain itu, dalam tradisi nyawér pangantén juga terdapat moral manusia kepada Tuhan, kepada pribadinya, kepada manusia lainnya, kepada alam, terhadap waktu, dan dalam mencapai kepuasan lahir dan batin. Serta hasil analisis dalam pembahasan tradisi nyawér pangantén dapat digunakan sebagai bahan ajar bahasan budaya Sunda di SMA.NYAWÉR PANGANTÉN TRADITION AS A TEACHING-LEARNING MATERIAL OF SUNDANESE CULTURE IN SENIOR HIGH SCHOOL Abstract This research is motivated by low attention and knowledge of society to local culture wisdom that exists in everyday life. One of them is nyawér pangantén tradition which is performed in a marriage ceremony of Sundanese customs. Based on the background, this study aims 1) to describe the structure and function of nyawér pangantén tradition, 2) to describe the ethnopedagogic values contained in nyawér pangantén tradition, and 3) to describe nyawér pangantén tradition that can become an alternative to Sundanese culture learning in senior high school. The method used is descriptive in qualitative research. The data sources in this study include primary data and secondary data. Primary data was obtained from the interview and observation. Secondary data was taken from literature review, records, and documentation. This study was examined by using the study of oral tradition structure, etnopedagogic. The results of the discussion used as teaching materials in senior high school. From the results of data analysis, it can be concluded that nyawér pangantén tradition has very important text aspect, co-text, and context. Moreover, in nyawér pangantén tradition there is also the moral value of man to God, to his personality, to other human beings, to nature, to time, and in achieving physical and spiritual satisfaction. In addition, the results of the analysis in the discussion of nyawér pangantén tradition can be used as a teaching material of Sundanese culture learning in senior high school.
Sikap Bahasa Penyiar AKTV Terhadap Bahasa Sunda Fitri, Eneng Nuraeni; Haerudin, Dingding; Solehudin, Oleh
LOKABASA Vol 11, No 1 (2020): Vol. 11 No. 1, April 2020
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v11i1.25192

Abstract

”Basa téh cicirén bangsa, leungit basana ilang bangsana”. This proverb explains that language is the national identity if the language is lost the people will also disappear. The function of the language itself is a tool for communication. In line with that, the Sundanese people should maintain their language. As has been done by AKTV which provides programming in Sundanese. Efforts to maintain language are closely related to language attitudes. This research is motivated by the importance of Sundanese language skills in the broadcaster AKTV. This study aims to find out how the attitude of AKTV announcer language towards Sundanese and what factors influence it. To achieve this, a qualitative descriptive method is used. The technique used is observation and questionnaire techniques. Data sources were obtained from the broadcaster AKTV. The instruments used include recording equipment, cameras, and questionnaire guidelines. Where the data from this study will be described using the theories of Garvin and Mathiot. The results of this study are 1) the language loyalty of broadcasters AKTV towards Sundanese is 81.1%; 2) the pride of the language announcer AKTV to Sundanese is 59.1%; 3) awareness of the language norms of AKTV announcers towards Sundanese is 61.1%, and; 4) factors that influence the attitude of AKTV broadcasters' language. Thus it can be concluded that the broadcaster AKTV has a positive language attitude towards Sundanese. AbstrakBasa  téh  cicirén  bangsa, leungit basana ilang bangsana. Peribahasa tersebut menjelaskan bahwa bahasa adalah jati diri bangsa, jika hilang bahasanya hilang juga bangsanya. Fungsi dari bahasa sendiri adalah alat untuk komunikasi. Sejalan dengan hal itu, sudah seharusnya masyarakat Sunda mempertahankan bahasanya. Seperti  yang  telah  dilakukan  oleh  AKTV  yang  menyediakan  program  acara dengan pengantar bahasa Sunda. Upaya mempertahankan bahasa erat kaitannya dengan sikap bahasa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan berbahasa Sunda pada penyiar AKTV. Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap bahasa penyiar AKTV terhadap bahasa Sunda dan faktor apa saja yang memepengaruhinya. Untuk mencapai hal itu, digunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan adalah teknik observasi dan angket. Sumber data diperoleh dari penyiar AKTV. Instrumen yang digunakan meliputi alat rekam, kamera, dan pedoman angket. Data penelitian ini dideskripsikan menggunakan  teori  Garvin  dan  Mathiot.  Hasil  dari  penelitian  ini  yaitu  1) kesetiaan berbahasa penyiar AKTV terhadap bahasa Sunda sejumlah 81.1%; 2) kebanggaan berbahasa penyiar AKTV terhadap bahasa Sunda sejumlah 59.1%; 3) kesadaran  norma  berbahasa  penyiar  AKTV  terhadap  bahasa  Sunda  sejumlah 61.1%; dan 4) faktor yang mempengaruhi sikap bahasa penyiar AKTV. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyiar AKTV memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Sunda.
Relevansi Isi Buku Teks Bahasa Sunda dengan Kurikulum Tingkat Daerah Muatan Lokal 2013 Revisi 2017 Alawiyah, Hana Rabiatul; Haerudin, Dingding; Nugraha, Haris Santosa
LOKABASA Vol 12, No 1 (2021): Vol. 12 No. 1, April 2021
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v12i1.34137

Abstract

Abstrak: Latar belakang dari penelitian ini yaitu penemuan peneliti terhadap masih adanya ketidaksesuaian isi antara buku teks dan kurikulum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan relevansi isi buku teks Rancage Diajar Basa Sunda (RDBS) tingkat SMA/SMK/MA/MAK dengan KIKD, yang terdiri dari relevansi pokok bahasan, struktur materi, dan kedalaman materi. Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik ceklis. Sumber data dari penelitian ini adalah buku teks RDBS tingkat SMA/SMK/MA/MAK dengan 22 bab; kelas sepuluh 8 bab, kelas sebelas 8 bab, dan kelas dua belas 6 bab. Hasil dari penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: pertama, pokok bahasan di semua kelas pada umumnya relevan dan termasuk dalam kategori baik, untuk kelas sepuluh 87.5%, kelas sebelas 96.9%, dan kelas dua belas 95.8%. Kedua, struktur materi di semua kelas masuk dalam kategori cukup, yaitu kelas sepuluh 75%, kelas sebelas 71.8%, dan kelas dua belas 62.5%. Ketiga, kedalaman materi di kelas sepuluh dan sebelas masuk dalam kategori cukup, yaitu masing-masing 68.75%, dan di kelas dua belas masuk dalam kategori kurang 58.3%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa relevansi isi buku teks RDBS tingkat SMA/SMK/MA/MAK berkenaan dengan pokok bahasan masuk kategori sangat baik (93.1%), struktur materi masuk kategori cukup (70.5%), dan kedalaman materi masuk kategori cukup (65.9%).Kata Kunci: buku teks, KIKD, RDBS, relevansi isi Abstract: The background of this study is the researcher's discovery of the discrepancy between the content of the textbook and the curriculum. The purpose of this study is to analyze and describe the relevance of Rancage Diajar Basa Sunda (RDBS) textbooks at the senior high school level with KIKD, which consists of the relevance of the subject, the structure of the material, and the depth of the material. The method used for this research is descriptive qualitative method using checklist techniques. The data source of this research is the RDBS textbook for senior high school with 22 chapters; tenth grade 8 chapters, class eleven 8 chapters, and class twelve 6 chapters. The results of this study describe; first, the relevance of the subject matter in all classes, included in the very good category, with percentages in tenth grade 87.5%, eleventh grade 96.9%, and twelfth grade 95.8%. Second, the structure of the material in all classes falls into the sufficient category, with percentages in class ten 75%, class eleven 71.8%, and class twelve 62.5%. Third, the depth of material in grades ten and eleven falls into the sufficient category, with the same percentage of 68.75%, and in the twelfth grade included in the less category, with a percentage of 58.3%. Based on the results of the study, it can be concluded that the relevance of the content of RDBS textbooks at the senior high school level in terms of the relevance of the subject is in the very good category, with a percentage of 93.1%, in the material structure is in the sufficient category, with a percentage of 70.5%, and in the depth of material enough category, with a percentage of 65.9%.Keywords: textbooks, KIKD, RDBS, content relevance
PENGGUNAAN TEKNIK BERPIDATO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA SUNDA PADA PERKULIAHAN MONOLOG Haerudin, Dingding; Nurjanah, Nunuy; Darajat, Danan; Maulana, Farid Rizqi
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 21, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bs_jpbsp.v21i1.36655

Abstract

Latar belakang penelitian ini adalah masih lemahnya keterampilan berbicara mahasiswa dalam bahasa Sunda. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Sunda dapat dipelajari secara khusus dalam perkuliahan Monolog. Salah satu teknik dalam pembelajaran berbicara yang digunakan dalam perkuliahan Monolog adalah teknik berpidato. Sekaitan dengan latar belakang tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam berbicara setelah menggunakan teknik berpidato. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitiannya menggunakan metode deskriptif analitik. Teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik tes. Data yang diolah adalah skor tes kemampuan berbicara responden sebelum dan sesudah menggunakan teknik berpidato. Aspek-aspek kemampuan berbicara yang dinilai  meliputi 1) struktur isi pembicaraan, 2) ekspresi, 3) bahasa yang digunakan, dan 4) kesesuaian antara topik dengan isi pembicaraan. Adapun yang menjadi respondennya adalah mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Sunda FPBS UPI Semester IV Angkatan 2018 yang sedang mengikuti perkuliahan Monolog.    Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berbicara mahasiswa sebelum menggunakan teknik berpidato (pre-test) masih rendah rata-rata 3.03 dan sesudah menggunakan teknik berpidato (post-test) meningkat rata-rata 3,45. Diperoleh peningkatan kemampuan berbicara sebelum dan sesudah menggunakan teknik berpidato sebesar 0,42.