Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL DI MANGKUNEGARAN SURAKARTA 1912-194 Wibowo, Guntur Arie
Jurnal Agasthia Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : Jurnal Agasthia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sekolah Siswo Mangkunegaran merupakan bagian dari Politik Etis yang pada awalnya bertujuan mempersiapkan pegawai pangreh praja, memperoleh tenaga administrasi yang murah dan terdidik dari lingkungannya sendiri. Dari Sekolah Siswo lahir tenaga-tenaga terdidik yang pada akhirnya mengisi profesi baru pada perusahaan gula Tasikmadu maupun Colomadu milik Mangkunegaran. Perusahaan gula Mangkunegaran dan perkebunan-perkebunan di sekitar Surakarta membutuhkan banyak tenaga kerja administrasi. Pemerintah swapraja Mangkunegaran tidak mungkin mendatangkan dari Barat karena biaya yang mahal.Adanya profesi-profesi baru dari kalangan terdidik, maka muncul para pekerja baru yang bersatus priyayi. Golongan ini datang dari lingkungan priyayi, tetapi mereka seringkali bergerak keluar dari lingkungan pangreh praja ata dengan kata lain keluar dari lingkungan tradisional. Mereka hidup dalam perbatasan antara masyarakat pribumi dan masyarakat kolonial. Betapapun tidak ada garis pemisah sosial yang absolut antara priyayi baru dan priyayi lama, antara kaum intelektual dan pejabat-pejabat pribumi, akan tetapi banyak orang dari kalangan bawah yang karena profesinya menjadikan mereka priyayi baru. Mereka dihormati seperti kaum priyayi tradisional. Banyak diantara mereka menyesuaikan diri dengan gaya hidup priyayi lama.Kata Kunci: Pendidikan, Perubahan Sosial
Konsep Nasionalisme Soekarno Dalam PNI 1927-1930 Wibowo, Guntur Arie
Jurnal Agasthia Vol 3, No 2 (2013)
Publisher : Jurnal Agasthia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemikiran Soekarno dipengaruhi oleh potensi intelektual, kemampuan berpikir bebas, pengaruh latar belakang sosial budaya, serta perkenalkannya dengan dunia luar atau pemikiran orang lain yang digunakan sebagai pembanding. Soekarno juga melakukan pengamatan yang cermat terhadap masyarakat sebelum melahirkan masyarakatnya. Faktor-faktor yang mewarnai pemikiran politik Soekarno adalah Nasionalisme, Tradisionalisme Jawa, Sosialis-Demokratis, Islam, dan Komunisme. Soekarno berhasil merangkai nilai-nilai dasar yang terkandung di berbagai aliran pemikiran yang hidup dan tumbuh di dalam masyarakatnya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, kemudian dirangkum dalam suatu pemikiran yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya. Dalam prakteknya, secara tidak langsung Soekarno mengatakan bahwa Nasionalisme lebih diutamakan daripada Islam dan Marxisme. Hal ini terbukti dengan didirikannya PNI pada tahun 1927 yang berideologikan nasionalisme sekuler. Kata kunci: nasionalisme, Soekarno, PNI
PELATIHAN DASAR BAHASA DAERAH UNTUK MENINGKATKAN KEDEKATAN EMOSIONAL ANTAR LINTAS BUDAYA Guntur Arie Wibowo; Chairuddin Chairuddin
Jurnal Vokasi Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Vokasi
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.147 KB) | DOI: 10.30811/vokasi.v2i2.690

Abstract

Kurangnya kemampuan dan pengetahuan tentang bahasa daerah setempat bagi mahasiswa yang berasal dari luar Aceh menjadi alasan kuat bagi kami untuk menyelenggarakan kegiatan pelatihan bahasa daerah ini, mengingat Langsa memiliki magnet yakni kampus Universitas Samudra yang kini menjadi idola mahasiswa di wilayah Sumatra dan sekitarnya. Kurangnya kemampuan berbahasa daerah bagi mahasiswa tersebut akan sangat berpengaruh secara signifikan dalam kedekatan emosional dengan mahasiswa maupun masyarakat Aceh setempat. Hal itu akan menyebabkan terjadinya jarak dalam proses bersosialisasi dan berkomunikasi. Tujuan dalam kegiatan pelatihan ini adalah untuk memperpendek “jarak” dengan meningkatkan kemampuan komunikasi bahasa daerah bagi mahasiswa luar domisili Aceh sehingga diharapkan akan tercipta sikap saling menghormati dan menghargai dari mahasiswa luar domisili Aceh karena bahasa daerah merupakan bahasa leluhur dan memudahkan bagi pembauran dan komunikasi dengan masyarakat setempat. Kegiatan ini merupakan pelatihan, maka metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi. Kegiatan pelatihan bahasa daerah bagi mahasiswa luar domisili Aceh ini akan dilaksanakan dengan jadwal 2 kali pertemuan. Setelah pertemuan pertama akan dilaksanakan praktik/simulasi untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan pelatihan tersebut. Adapun jumlah peserta yang direncanakan sejumlah 15 mahasiswa. Beberapa materi yang disiapkan meliputi salam, berhubungan dengan nomor (angka, waktu, hari), informasi budaya dan lokalitas, arah dan lokasi, kritik dan saran, ucapan (terimakasih dan permohonan maaf). Pertimbangan terkait materi karena pelatihan ini merupakan pelatihan tingkat dasar yang kemungkinan sehari-sehari dapat digunakan untuk berkomunikasi.Kata Kunci : Bahasa Aceh, Kedekatan Emosional, Lokalitas.
KULI CINA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU SUMATRA TIMUR ABAD 18 Guntur Arie Wibowo
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2015): Juni
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.703 KB) | DOI: 10.17977/sb.v9i1.4786

Abstract

Abstrak: Perusahaan Deli atau Deli Maatschappij adalah perusahaan perkebunan yang bergerak di perkebunan tembakau. Kesuksesan tersebut tentu tidak terlepas dari peran tenaga kerja kuli tembakau yang didatangkan dari Pinang dan Singapura. Banyaknya pekerja kuli Cina ternyata membuat permasalahan karena ada yang terampil dan tidak terampil. Hal tersebut berimbas pada terjadinya banyak penganiayaan dan kekerasan dari para tuan tanah ataupun kepala kuli Cina (tandil) terhadap para pekerja kuli CIna.Abstract: The company of Deli or Deli Maatschappij was the plantation company moving in the plantation of tobacco. The succesful was related with the role of the Chinese workers who were imported from Pinang and Singapura. Many Chinese workers in fact made a problem because they were skiled workers and unskilled workers. This affected to many persecutions and violence from the landlord or the Tandil to the Chinese workers.
Konsep Nasionalisme Soekarno Dalam PNI 1927-1930 Guntur Arie Wibowo
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 3, No 02 (2013)
Publisher : UNIVERITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.25 KB) | DOI: 10.25273/ajsp.v3i02.1463

Abstract

Pemikiran Soekarno dipengaruhi oleh potensi intelektual, kemampuan berpikir bebas, pengaruh latar belakang sosial budaya, serta perkenalkannya dengan dunia luar atau pemikiran orang lain yang digunakan sebagai pembanding. Soekarno juga melakukan pengamatan yang cermat terhadap masyarakat sebelum melahirkan masyarakatnya. Faktor-faktor yang mewarnai pemikiran politik Soekarno adalah Nasionalisme, Tradisionalisme Jawa,  Sosialis-Demokratis, Islam, dan Komunisme. Soekarno berhasil merangkai nilai-nilai dasar yang terkandung di berbagai aliran pemikiran yang hidup dan tumbuh di dalam masyarakatnya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, kemudian dirangkum dalam suatu pemikiran yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya. Dalam prakteknya, secara tidak langsung Soekarno mengatakan bahwa Nasionalisme lebih diutamakan daripada Islam dan Marxisme. Hal ini terbukti dengan didirikannya PNI pada tahun 1927 yang berideologikan nasionalisme sekuler.
Tourism Based on Historical Heritage in Langsa, Aceh, Indonesia Guntur Arie Wibowo; Aulia Rahman; Mr Chairuddin; Andi Zulfa Majida; Devi Hermawan
The Indonesian Journal of Social Studies Vol 6 No 2 (2022): December
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/ijss.v4n2.p100-110

Abstract

This article discusses the diversity of historical heritage found in Langsa City which has the potential to become a sustainable historical heritage. This paper also describes how to realize sustainable tourism based on history and culture and improve the quality of life of the community by utilizing historical and cultural heritage. The research was conducted in Langsa city, Aceh province, Indonesia. This study uses a qualitative approach by conducting observations, in-depth interviews, and documentation studies. Based on the findings and facts in the field, identify three potentials that can become icons for the development of historical and cultural tourism. The first is the historical heritage in the form of physical, the second is in the form of culture and the third is the historical heritage in the form of culinary. This diversity of historical heritage-based sustainable tourism has not received much attention in the study of sustainable tourism. This is because tourism infrastructure such as destinations and human resources have not been well prepared. In addition, the involvement of public participation to help realize sustainable tourism is still not optimal. Tourism by utilizing historical heritage capital is very important for the environment and society. and have an impact on the local and national economy. Realizing sustainable tourism based on historical and cultural heritage is done by implementing destination management, so that each type of tourism gets the same attention so that all tourism sectors can progress together, increase the quality of tourism, and can benefit all parties. It is also recommended to build good cooperation between the government, the community and the private sector in developing sustainable tourism based on historical and cultural heritage. Cultural heritage buildings that have received status and are being proposed by the government as cultural heritage so that their maintenance and utilization can be optimal. In addition, it is necessary to open spaces for collaboration between the government, academia and the community in the development of sustainable tourism based on historical heritage.
Pelatihan Pengenalan Literasi Digital Bagi Siswa SMP Negeri 7 Langsa Chairuddin Chairuddin; Surya Asra; Aulia Rahman; Guntur Arie Wibowo
JILPI : Jurnal Ilmiah Pengabdian dan Inovasi Vol. 1 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Insan Kreasi Media

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1299.612 KB) | DOI: 10.57248/jilpi.v1i2.46

Abstract

The level of digital literacy of the Indonesian people is still low, including young generation. Therefore, students must be prepared early on digital literacy. This activity aims to provide knowledge in the form of skills for junior high school students to be able to recognize and utilize information technology, especially students' digital literacy skills. This activity was in the form of training on the introduction of basic digital literacy. As a result, several mixed approaches are used, namely lecturing, discussion, and practice. The materials taught in this training include digital culture, online security skills, digital ethics, creating emails and finding and storing information for learning. From the FGDs conducted on teachers and students, it revealed that after participating in this training there was a change in students' attitudes in learning towards online learning. Students who have attended the training can recognize digital literacy and begin to use digital information and electronic books as learning resources, especially when doing assignments and homework. Therefore, it can be said that this training has made a positive contribution to increasing students' understanding of digital literacy.
PEMBERONTAKAN PETANI DI KECAMATAN KEMUSU-BOYOLALI 1985-1993 Guntur Arie Wibowo
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 1 No 1 (2014): Seuneubok Lada
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.469 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang peristiwa perubahan sosial dimana para petani diwilayah Kemusu pada tahun 80an berani melawan pemerintah yang berkuasa akibat tanahkelahirannya digusur untuk dijadikan area waduk. Artikel ini menggunakan metode historis, yangmemiliki 4 metode, yakni pengumpulan sumber, kritik, interpretasi dan historiografi. Peristiwa diKemusu ini dilatarbelakangi adanya penetapan sepihak atas ganti rugi tanah atas pembangunan wadukdan akhirnya mengakibatkan masyarakat berusaha mempertahankan diri dengan kemampuan mereka.Akbat adanya peristiwa ini mengakibatkan masyarakat Kemusu kini lebih apatis dan tidak lagimempercayai birokrasi di pemerintahan.
PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA SISWA SMP SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN NASIONALISME Guntur Arie Wibowo; Bachtiar Akob
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 2 No 1 (2015): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.84 KB)

Abstract

Konsep pendidikan multikultural pada dasarnya apabila diterapkan dengan baik, akan meningkatkan kemampuan baik pengetahuan ataupun sikap siswa. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan pula kapasitas siswa dalam membuka pikiran dan perspektif global tentang isu-isu seperti pemerataan dan keadilan, agama, etnisitas, kerjasama dan konflik, perdamaian, rasisme, budaya dan identitas, hak-hak sipil dan tanggung jawab, kepemimpinan, dan kewarganegaraan. Dengan kata lain, melalui pendidikan multikultural peserta didik diharapkan dapat dengan mudah memahami, menguasai, memiliki kompetensi yang baik, bersikap dan menerapkan nilai-nilai demokratis, humanisme dan pluralisme di sekolah dan ke depan diharapkan akan diaplikasi di luar sekolah, oleh karena itu tujuan pokok dari pendidikan multikultural adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan, demokrasi dan sekaligus humanisme. Pendidikan di alam demokrasi seperti Indonesia harus berorientasi pada kepentingan bangsa yang berlatarbelakang multi-etnic, multi-religion, multi-language dan lain-lain. Ini berarti, penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan ragam kondisi bangsa yang heterogen. Disinilah perlunya guru ips smp untuk memodifikasi ataupun mengembangkan cara mengajar yang memasukkan lebih banyak informasi budaya pluralistik dan perspektif, yakni dengan cara memasukkan unsur pedagogi kritis, dan membentuk komunitas. Hal tersebut penting sebagai upaya diupayakan agar peserta didik dapat mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Untuk itulah pembelajaran IPS berbasis pendidikan multikultural perlu dilaksanakan, hal ini dikarenakan siswa perlu diajarkan bahwa semua sejarah perlu ditafsirkan melalui berbagai sudut pandang dan dari waktu yang berbeda dan tempat. Akhirnya, jika siswa menyadari banyak sudut pandang yang berbeda yang terdapat di dunia ini, mereka dapat mulai memiliki pemahaman multikultural dengan menerima dan menegaskan perbedaan.
KULI CINA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU SUMATERA TIMUR ABAD 18 Guntur Arie Wibowo; Bachtiar Akob
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 2 No 2 (2015): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.64 KB)

Abstract

Ramainya selat Malaka sebagai jalur perhubungan Asia-Eropa pada abad 18, menyebabkan wilayah pesisir Sumatra dan Semenanjung Malaya menjadi incaran pengembangn bisnis masyarakat Eropa untuk membangun industri yang mengusahakan komoditas yang laku di dunia seperti tembakau, karet, tebu dan kopi. Dalam analisis Sartono Kartodirjo dalam buku Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kajian Sosial Ekonomi hal 80, dengan pemberlakuan Undang-Undang Agraria Tahun 1870, suatu alat produksi pokok yaitu tanah diliberalisasikan, maka peluang terbuka untuk membuka lahan perkebunan seluas-luasnya akan sangat mungkin dilaksanakan. Salah satu perusahaan yang berkembang saat itu adalah Deli Maatschappij, perusahaan perkebunan ini membuat terobosan baru dengan menjadikan Sumatra Timur sebagai Sentra industri perkebunan tembakau yang maju. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari peran tenaga kerja kuli tembakau Cina yang didatangkan dari Pinang dan Singapura. Banyaknya pekerja kuli Cina yang didatangkan pada masa itu, yang pada awalnya adalah tenaga kerja kuli yang cukup terampil dan rajin, ternyata lambat laun didatangkan oleh makelar yang tidak mempertimbangkan kualitas. Hal tersebut berimbas pada kerugian yang dialami oleh perusahaan perkebunan. Sehingga dalam perusahaan perkebunan tersebut terjadi banyak penganiayaan dan kekerasan dari para tuan tanah ataupun tandil terhadap para pekerja kuli CIna. Pada tahun 1915 tatkala Koeli Ordonantie dihapus, Poenali Sanctie tetap dipertahankan karena pemerintah Belanda tetap menganggap bahwa Sumatra adalah ladang devisanya. Banyak dari para pekerja kuli Cina yang seharusnya kembali ke daerah asal ternyata lebih memilih untuk tetap berada di Sumatra Timur sebagai pedagang, petani dan lain-lain.