Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE-SQUARE DI KELAS TPB-ITS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAHASA INGGRIS MAHASISWA Endang Susilowati; Arfan Fahmi
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 2, No 2 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.382 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v2i2.659

Abstract

Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di ITS menurut Kurikulum Tahun 2010 – 2014 adalah mahasiswa diakhir proses pembelajaran dapat membaca, memahami, meringkas, dan mempresentasikan teks berbahasa Inggris, serta menyimak dan memahami materi  berbahasa Inggris tentang sain dan teknologi.  Pada pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris di ITS yang secara administrasi diselenggarakan oleh TPB ( Tahun Persiapan Bersama ), ada beberapa kendala sering dijumpai, seperti ukuran kelas yang relatif besar dengan 40 sampai 60 mahasiswa, dan kemampuan membaca mahasiswa yang relatif heterogen. Agar supaya kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris menjadi efektif untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dalam memahami wacana tulis berbahasa Inggris mahasiswa maka metoda yang tepat untuk tindakan kelas di TPB adalah metode pembelajaran think-pair-share-square. Metode pembelajaran tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip kerjasama (cooperative learning), yaitu metode pembelajaran yang diterapkan pada kelas yang mempunyai perbedaan kemampuan pada individu-individu anggotanya dengan membentuk kelompok-kelompok kecil sehingga memungkinkan terjadinya kerjasama dan saling membantu antar anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas pembelajaran yang diberikan (Jacob, 1999:3). Prinsip kerjasama (cooperative learning) menitikberatkan pada  interaksi pembelajar dan antara pembelajar dan pengajar.
INTEGRATING SYSTEMIC FUNCTIONAL LINGUISTICS IN DESIGNING SYLLABUS FOR ELT CLASSROOM Arfan Fahmi
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 3, No 1 (2010)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.912 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v3i1.650

Abstract

To communicate effectively language learners need to become proficient in using the semantic, syntactic, lexical, morphological and phonological elements of the language being learnt. They also need to understand its pragmatics use. Accounting those requirements, the focus of ELT should have tended on grammatical, thematic, and functional approaches to syllabus design. A theory of language that is in line with this is Systemic Functional Linguistics (SFL). SFL can support the communicative language teaching in some extents. Firstly, this theory focuses on meaning and how language operates to make meaning at text level. In other words, it goes beyond traditional approaches’ learning of isolated rules of exemplified in decontextualized sentences. Another good point to take SFL in ELT is that this theory stresses how meanings are made or negotiated in actual communication with other people. It is focused on real language use in authentic situations. Thirdly, this theory is really ‘communicative’ in the extent that it explores language based on its use in context. It takes into account three factors that relate to the context in which the language is being used: FIELD (what is being talked), TENOR (who is talking, and what is the relationship between them), and MODE (mode: spoken or written). These three factors are the realization of what to do to be able to communicate well. What is also important is that it considers the social purpose of the language as well. It is mediated in the so called as GENRE. In Communicative Language Teaching (CLT), the primary objective is to provide language learners with the information practice and much of the experience needed to meet the communication needs in the second or foreign language. This article discusses the relation between SFL and CLT in the iumplementation of syllabus design for ELT classroom. It is doubtful whether anyone will ever come up with a perfect syllabus for ELT, the one that will ensure success with every kind of learner in every kind of context. It is difficult, if not impossible, to have a nationally uniformed syllabus of ELT. Learning and teaching contexts are too varied in terms of class size, resources, exposure to the target language outside the classroom, and many others. The basic principle is that the materials should be presented gradually, given in a communicative context, in an integrative, not discrete, way.
Social Capital in Community Development at Prone Disaster Area: A Lesson Learnt at Sempu Village, Nglancar, Kediri, East Java, Indonesia Windiani Windiani; Arfan Fahmi; Zainul Muhibbin
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2019): The 1st International Conference on Global Development (ICODEV)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.472 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2019i6.6323

Abstract

This study aims to analyze the role of social capital in community development in disaster prone areas. The study was conducted in a disaster-prone area of Mount Kelud, Sempu Village, Ngancar District, Kediri Regency after the eruption in 2014. The study used a qualitative method with an ethnographic approach. The results showed that after the eruption in 2014, social capital in the community became a source of strength in community development in the Mount Kelud disaster-prone areas, especially in the process of restoring the social and economic life of the Sempu village community. Social ties, trusts, social networks that are strongly intertwined are the elements of social capital that are still strong which are found in the study area. The results of the study also found a responsive, innovative and transparent leadership pattern developed by the Village Head helped accelerate the recovery process of the socio-economic life of the Sempu village community. The results of the study also revealed that the social capital owned by the local community was tested for strength when dealing with external forces such as the presence of institutions and volunteers involved in the recovery process. This situation triggered tensions between residents and the apparatus assigned to distribute aid.
Pengembangan Virtual Tour Wisata Lembah Mbencirang sebagai Media Promosi Online yang Interaktif dan Imersif untuk Upaya Percepatan Pemulihan Pariwisata Okta Putra Setio Ardianto; Thomas Ari Kristianto; Anggra Ayu Rucitra; Caesario Ari Budianto; Arfan Fahmi; Deti Rahmawati
Sewagati Vol 6 No 3 (2022)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2365.511 KB) | DOI: 10.12962/j26139960.v6i3.130

Abstract

Pengembangan Pariwisata merupakan salah satu cara untuk mewujudkan perputaran ekonomi di suatu daerah. Mojokerto merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki sejumlah objek wisata. Wisata Lembah Mbencirang merupakan wisata yang masih membutuhkan pengembangan, namun semenjak COVID-19 melanda Indonesia pariwisata ini mengalami penurunan jumlah wisatawan sehingga perputaran ekonomi di kawasan lembah mbencirang menjadi terhambat. Pengembangan media virtual imesif online berupa Virtual Tour untuk Lembah Mbencirang dilakukan dapat dilakukan dengan tiga tahapan besar yaitu observasi, produksi dan pengembangan rancang bangun Virtual Tour untuk membantu upaya promosi Lembah Mbencirang melalui tools promosi yang kekinian berbasis sistem yang interaktif dan imersif serta menjangkau pasar yang lebih luas karena berbasis online. Pada tahap pengembangan diterapkan konsep Community Based Tourism dengan melibatkan BumDES Gajah Mada dan masyarakat Desa Kebontunggul sebagai pihak yang menyuplai materi promosi. Dari kegiatan ini Lembah Mbencirang diharapkan tetap dapat berpromosi dengan delivery yang apik dan menjangkau pasar yang lebih luas lagi selama pandemi COVID19 belum mereda sehingga dapat dikenal serta pada saatnya pariwisata mulai dibuka akan lebih banyak calon pengunjung yang telah mengenal sehingga akan lebih banyak berkunjung ke Lembah Mbencirang.
Memperkuat Peranan BUMDes untuk Mewujudkan Desa Mandiri Melalui Penggunaan Teknologi APOCI (Automatic Pond Circulation) Budidaya Udang Vannamei Muhammad Nurif; Deti Rahmawati; Muhammad Arfan Fahmi; Zainul Muhibbin; Lienggar Rahadiantino
Sewagati Vol 6 No 6 (2022)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (875.542 KB) | DOI: 10.12962/j26139960.v6i6.207

Abstract

Luasnya lahan sawah dan tambak di desa siderejo belum mampu memberikan dampak kesejahteraan pangan bagi masyarakat. Desa ini memiliki banyak tanah sawah tambak yang dimanfaatkan oleh penduduk desa untuk melakukan tambak udang, jenis udang yang ditambak adalah udang Vannemei. Namun tingkat produktivitasnya masih tergolong rendah, mengingat luas lahan sawah tambak di Desa Siderejo cukup luas. Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan mengembangkan teknologi budidaya udang Vannamei melalui peran BUMDes. Hasil dan luaran kegiatan setelah dilaksanakan sosialisasi dan pelatihan adalah masyarakat sasaran mengalami peningkatan pemahaman dan penggunaan teknologi budidaya udang Vannamei. masyarakat ini maka terjadi peningkatan dan perbaikan kemampuan dan keterampilan penggunaan teknologi APOCI (Automatic Pond Circulation) budidaya udang Vannamei yang dapat mendukung terjadinya peningkatan kegiatan ekonomis dan nilai tambah masyarakat.
Strategi Pemberdayaan Potensi Ekonomi Masyarakat Melalui Pembuatan Buku Keuangan Banu Prasetyo; Aurelius Ratu; Edy Subali; Marsudi; Arfan Fahmi; Siti Zahrok; Enie Hendrajati; Niken Prasetyawati; Dyah Satya; Ratna Rintaningrum
Sewagati Vol 4 No 1 (2020)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.261 KB)

Abstract

Konektivitas manusia dan teknologi merupakan kata kunci dalam memenangkan persaingan di era Industrial Revolution 4.0. Konektivitas tersebut kemudian mendorong terjadinya perubahan yang signifikan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Perubahan yang paling jelas terlihat adalah pada bidang ekonomi (bisnis). Hal itu tercermin dari bergesernya paradigma bisnis dari owner menjadi sharing, yang memungkinkan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memulai bisnisnya masing-masing tanpa terkendala modal, jarak, dan waktu. Bagi masyarakat Kejawan Gebang Putih, kesempatan demikian menjadi terkendala oleh kesulitan dalam pembuatan pembukuan keuangan. Masalah utama terletak pada bukan pada faktor mencapai keuntungan, malainkan bagaimana mengelola keuntungan terebut menjadi modal yang bisa diputar untuk usaha lain atau menambah jenis usaha. Hasil pengabdian memperlihatkan kemajuan dalam usaha baik kuliner maupun jasa saat masyarakat setempat sudah memahami bagaimana pembukuan keuangan dijalankan.
Desain Taman Teknologi Herbal dan Website Interaktif untuk Meningkatkan Promosi Tanaman dan Produk Herbal di Daerah Batu Arman Hakim Nasution; Tri Widjaja; Jerry Dwi Trijoyo Purnomo; Arfan Fahmi; Prahardika Prihananto
Sewagati Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1344.396 KB)

Abstract

Dari 40.000 jenis tanaman obat yang ada di Dunia, ada sekitar 75% tanaman berada di Indonesia. Namun, cukup sedikit tanaman obat yang sudah dimanfaatkan. Saat ini Kementerian Pertanian memiliki program pengembangan Taman Teknologi Pertanian (TTP). Program ini pada akhirnya menciptakan sebuah ide “Science Park dan Techno Park”. Desa Oro-Oro Ombo Kota Batu merupakan salah satu lokasi yang cocok untuk adanya pengembangan Taman Teknologi Pertanian karena seiring berjalannya waktu, sektor pariwisata di daerah sekitar semakin bertambah dan banyak warga yang beralih profesi. Dengan dikembangkannya TTP di Desa Oro-Oro Ombo diharapkan potensi herbal setempat dapat dikembangkan dan warga dapat turut andil dalam prosesnya. Untuk mencapai tujuan dan mendapatkan manfaat yang telah dirumuskan sebelumnya, pelaksanaan desain taman teknologi dan pengembangan awal market place produk herbal Kota Batu dilaksanakan dalam beberapa tahapan yakni pengumpulan data, pengolahan data, pembuatan dashboard untuk Market Place produk Herbal, hingga sosialisasi dan publikasi hasil Hasil dari kegiatan ini yakni terciptanya desain taman technopark pada daerah Oro-Oro Ombo Kota Batu, Website interaktif dan market place, serta buku ramuan dan tanaman herbal.
Analisis Pengembangan Desa Wisata untuk Keberlanjutan Petani Strawberry di Desa Wisata Pandanrejo Menggunakan Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) Deti Rahmawati; Soedarso Soedarso; Arfan Fahmi
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 16, No 1 (2023)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j24433527.v16i1.15415

Abstract

The concept of Village-City Development's hegemony is being clarified in various media outlets, necessitating periodic reviews to strike a balance between the two. The harmonization of village development is evident in the rapid improvement and transformation of villages, exemplified by the emergence of tourist villages. Among these, Pandanrejo Tourism Village stands out, offering strawberry barn tourism that has been operational since late 2018. This tourism destination not only showcases strawberry gardens and products but also provides educational tours related to strawberries. To support the success of tourism villages, efforts can be made by mapping the community's potential and needs, which will inform the development programs aimed at empowering the local populace. The research undertaken in this study employed the Participatory Rural Appraisal (PRA) method, which ensures that the people of Pandanrejo Tourism Village are not mere recipients of top-down programs, but active participants in designing bottom-up development initiatives. This approach encourages the community's involvement throughout the development process. The study encompasses several stages of analysis, allowing village communities to actively participate in identifying social problems and their root causes, devising solutions, and subsequently formulating programs. These programs will receive budgetary support and be implemented based on principles of cooperation, empowerment, and community independence
Strengthening English Language Learning Through an Independent Curriculum Approach Ratna Rintaningrum; Arfan Fahmi; Kartika Nuswantara; Umi Trisyanti; Khanan Yusuf; Siti Zahrok
International Journal of Science and Society Vol 5 No 5 (2023): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/ijsoc.v5i5.875

Abstract

This research aims to investigate the effectiveness of the "Independent Curriculum" approach in strengthening English language learning. The Merdeka Curriculum, which emphasizes student autonomy and an interest-based learning approach, is applied to a number of high school students in Indonesia. The research method used is a qualitative method with observation, in-depth interviews, and document analysis as data collection instruments. The research results show that the Merdeka Curriculum approach is able to increase learning motivation, active involvement of students in the learning process, as well as students' English language skills, especially in the aspects of speaking and writing skills. In addition, students also show an increase in creativity and critical thinking skills. In conclusion, the Merdeka Curriculum approach offers an innovative and effective alternative in learning English, while supporting the formation of independent, creative and critical student character.