Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Kinesik

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA PEREMPUAN PENGAWAS SEKOLAH DASAR DI KOTA PALU Yunidar; Zainab; Ali Karim
KINESIK Vol. 7 No. 3 (2020): December
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ejk.v7i3.131

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan tentang penggunaan bentuk tindak tutur direkif yang terdiri atas bentuk, fungsi dan strategi tuturan bahasa perempuan pengawas Sekolah Dasar di kota Palu. Pelaksanaan penelitian ini pada Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu. Ada pun sumber data diperoleh dari tuturan perempuan pengawas Sekolah Dasar di kota Palu dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yaitu; (1) perekaman, (2) obsevasi dan (3) pencatatan lapangan. Analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa bentuk tindak tutur direktif perempuan pengawas Sekolah Dasar di kota Palu ditemukan ada empat bentuk tuturan yang sering digunakan oleh perempuan pengawas pada Sekolah Dasar yaitu ajakan, permintaan, pertanyaan, dan perintah. Keempat bentuk tersebut masingmasing memiliki penanda yang memberi kekhasan perempuan dalam bertutur. Pada tuturan ajakan, kata yang dominan digunakan yaitu ayo dan mari. Selanjutnya pada bentuk permintaan, kata yang banyak dimunculkan adalah sebaiknya dan kalau boleh. Sedangkang kalimat pertanyaan pemarkah pada intonasi merendah pada akhir kalimat yang juga diberi tanda tanya (?). Terakhir yaitu tuturan Perintah yang umumnya memakai tanda seru di akhir kalimat disertai nada suara meninggi. Kedua bentuk ini tidak menggunakan secara khusus penanda kebahasaan. Adapun fungsi tindak tutur direktif perempuan pengawas Sekolah Dasar di kota Palu terdapat empat fungsi tuturan yaitu; ajakan, meminta, bertanya dan perintah. Pada fungsi ajakan, yang diharapkan adalah mitra tutur segera melakukan tindakan. Fungsi meminta, yang diinginkan oleh penutur bagaimana mitra tutur merespon apa yang disampaikan. Lalu fungsi bertanya yang sering digunakan oleh perempuan karena ada rasa keingintahuan penutur pada setiap kegiatan. Kemudian fungsi perintah menunjukkan bahwa perempuan pengawas Sekolah Dasar pada umumnya dipengaruhi latar belakang sosial yang lebih tinggi. Strategi tuturan direktif, terdiri atas tuturan langsung dan tidak langsung. Kedua strategi tersebut dimaknai sebagai ungkapan kesantunan dalam berkomunikasi. Begitu pula jarak sosial pembicara. Oleh karena itu, strategi direktif merupakan bahasa perempuan pengawas Sekolah Dasar di kota Palu sebagai upaya untuk menyembunyikan muka. Komunikasi antara perempuan pengawas di Kota Palu menghindari kata-kata makian dan lebih memilih kata-kata santun ketika berucap sedangkan untuk menunjukkan ketegasan, seringkali meninggikan intonasinya.
KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI VIDEO AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELOMPOK B2 TK KEMALA BHAYANGKARI PALU Femmy Jacoba; Yunidar Nur; Sitti Harisah
KINESIK Vol. 9 No. 1 (2022): April
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ejk.v9i1.258

Abstract

The formulation of the problem of this research, namely how the forms and constraints of the ability to learn speaking through audio-visual videos in group B2 TK Kemala Bhayangkari Palu students and the purpose of this study, are to describe the forms and constraints of learning ability to speak through audio-visual videos in group B2 TK Kemala students. Bhayangkari Palu. The method used is a qualitative research method. The object of this research is the students of group B2 Kindergarten Kemala Bhayangkari Palu. Data collection techniques by observation, interviews, and documentation. Based on the analysis that has been carried out, it can be concluded that the form of learning to speak through audio-visual videos for group B2 Tk Kemala Bhayangkari Palu students is carried out through the following stages: providing learning materials, preparing various alternative media: Whatsapp Group, Youtube, and Zoom, monitoring, and uploading materials. learning in the form of tutorials, videos, student worksheets to media that have been determined or mutually agreed upon. The obstacles found by the teacher in learning speaking based on audio-visual videos for group B2 students were: (1) lack of parental assistance, (2) internet signal/connection, (3) teachers could not interact directly. With regard to the results of the study, the authors suggest that teachers can improve their competence in making innovations that can support the improvement of students' speaking skills by developing good plans for the learning process.
ASAL USUL NAMA PASANGKAYU: Teori Interaksionisme Simbolik Gazali; Yunidar; Arini Nurazizah; I Made Sukanata
KINESIK Vol. 10 No. 1 (2023): April
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ejk.v10i1.495

Abstract

This study describes the origin of the name Pasangkayu using the symbolic interactionism theory. The data source of this research is the coastal community who master and have knowledge about the origin of the name Pasangkayu by using qualitative descriptive methods. The data collection techniques used in this research are: (1) observation, to make direct observations of the community and the studied object; (2) interviews, to obtain information related to the studied object; (3) audio visual documentation, to record the speaker's explanation related to the origin of the name Pasangkayu; (4) textual documentation, to write all the utterances conveyed and to strengthen the obtained data. The results of the interview provide an overview of how the name Pasangkayu formed to be. The symbolic interactionism carried out by the fishermen was the reason for the naming of Pasangkayu City. The fishermen make a pair of wooden trees as a symbol when returning from the sea.