Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

PENGARUH FUTSAL MALAM TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT PADA DEWASA MUDA Laeto, Arwan Bin; Natsir, Rosdiana; Arsyad, Muhammad Aryadi
Prosiding Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017 Vol 1, No 1 (2017): Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.539 KB)

Abstract

Saat ini, karena aktivitas yang padat pada siang hari membuat masyarakat memilih untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan imunitas dengan melakukan olahraga malam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh futsal malam terhadap jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada dewasa muda. Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal dengan desain percobaan kuasi. Lokasi penelitian, yakni lapangan futsal Bexx Adipura, Makassar. Subjek penelitian sebanyak 10 orang yang berusia 18 – 25 tahun. Pengukuran jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit dilakukan sebelum dan setelah intervensi futsal selama 2 x 20 menit. Hasil pengukuran diuji secara statistik dengan menggunakan uji-T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan yang bermakna terhadap jumlah leukosit (p = 0,013); hitung neutrofil (p = 0,005); hitung eosinofil (p = 0,024); dan hitung limfosit (p = 0,002). Tidak ada perubahan yang bermakna terhadap hitung monosit (p = 0,928) dan hitung basofil (p = 0,493). Disimpulkan bahwa ada pengaruh futsal malam terhadap jumlah leukosit, hitung neutrofil, eosinofil dan limfosit pada dewasa muda.Kata kunci— Futsal Malam, Jumlah Leukosit, Hitung Jenis Leukosit.
Perbedaan Karakteristik Ibu Hamil Normal Dan Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum Pratiwi, Vira; M Aryadi Arsyad; Andi Nilawati; Elizabet C Jusuf
Jurnal Bidan Cendrawasih Palu Vol 1 No 1 (2019): MARET
Publisher : Akademi Kebidanan Palu Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pregnant women health behavior who undergo the Hyperemesis gravidarum is influenced by several factors, among others, are : the age, education, attitude, knowledge,income, culture, etc. The research aimed at investigating the characteristic difference between the normal pregnant women and women with the hyperemesis gravidarum. This was the observational research with the cross sectional method. Samples were as many as 52 respondents comprising 26 at normal pregnant woman and women and 26 hyperemesis gravidarum women. The samples were taken using the total sampling technique. The sample criteria were : the gestational age of ≤ 12 weeksbeing prepared to sign the informed consent issued by Ethic Committee of Faculty of Medicine, Hasanuddin University. Data were obtained from the direct observation through the questionnaire filling of health data, PUQE questionnaire, Perceived Stress Scale Questionnaire. The data analysis used the Chi-Square test and MannWhitney test. The research results indicates that the age characteristic is (P-value = 0.773), education characteristic (P-value = 0.413), occupational characteristics (P-value = 0.482), menstrual pain history characteristic (P-value = 0.781),history characteristic of prehyperemesis gravidarum (P-value = 0,262), history characteristic of hyperemesis gravidarum on family member is (P-value = 0,02), parity characteristic is (P-value = 0,548),contraceptive use history characteristic is (P-value = 1.00 ), stress history characteristic is (P-value = 0.321), body mass index (BMI) characteristic is (P-value = 0.294), upper arm circumference (UAC) characteristic is (P-value = 1.00). There is no characteristic difference of the age, education, occupation, menstrual pain history, hyperemesis history of previous pregnancy, parity, stress history, body mass index, upper arm circumference, nutritional status, and contraceptive use between the normal pregnant women and hyperemesis gravidarum women. Whereas the hyperemesis gravidarum history on the family members indicates the difference.
Pengaruh Cahaya LED Putih di Malam Hari Terhadap Kadar Malondialdehyde (MDA) Otak dan Histopatologi Sel CA3 dan CA1 Hipokampus Pada Tikus Wistar Jantan Mallisa, Hilda Emma; Arsyad, Aryadi; Idris, Irfan
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 2 (2021): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i2.452

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh cahaya LED putih di malam hari terhadap kadar malondialdehyde (MDA) otak dan histopatalogi sel CA3 dan CA1 hipokampus. Jenis penelitian true eksperimental dengan post-test only control group design yang dilakukan pada 24 ekor tikus. Kelompok terbagi berdasarkan waktu paparannya: 15 hari dan 30 hari, masing-masing memiliki kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol: terang-gelap normal (12L:12D) dan kelompok perlakuan: terang-terang (12L:12L) dengan pencahayaan berasal dari lampu LED putih 1500 lux saat malam hari. Hasil penelitian menunjukkan kadar MDA otak pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan signifikan (p=0,001). Hasil pemeriksaan histopatologi sel CA3 dan CA1 pada kelompok perlakuan 15 hari didapatkan mengalami kerusakan sedang (50%) hingga berat (50%) sedangkan pada kelompok kontrol 15 hari hanya dominan pada kerusakan ringan (83,3%) dengan hasil yang signifikan (p= 0,011). Pada kelompok perlakuan 30 hari dominan mengalami kerusakan berat (83,3%) sedangkan pada kelompok kontrol 30 hari berada diantara kerusakan ringan (33,3%) hingga sedang (66,7%) dan hasil yang diperoleh signifikan (p=0,012). Cahaya LED putih di malam hari bertindak sebagai stressor apabila intensitas, durasi paparan dan panjang gelombangnya sesuai. Stressor ini meningkatkan produksi ROS dan mengarahkan sel pada stress oksidatif yang ditandai dengan meningkatnya kadar MDA. Peningkatan kadar MDA bersifat neurotoksik pada otak khususnya hipokampus yang mengarahkan sel CA3 dan CA1 pada kerusakan maka perlu adanya pengurangan dalam penggunaan lampu LED pada malam hari
IC50 and Cell Viability of Combination of Ethanol Extract Moringa oleifera Leave (EEMo) and Ethanol Extract Carica papaya Leave (EECp) on Breast Cancer Cells Nuni Rismayanti Nurkalbi; Aryadi Arsyad; Ika Yustisia; Yulia Y Djabir
Health Notions Vol 5, No 01 (2021): January
Publisher : Humanistic Network for Science and Technology (HNST)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/hn50102

Abstract

This study aims to find out IC50 and Cell Viability of the combination of ethanol extract leaves of Moringa oleifera (EEMo) and ethanol extract leaves of Carica papaya (EECp) on the growth of MCF-7 breast cancer cells culture. It was conducted in a true experimental laboratory using post-test only control group design method. The study showed that the effect of extract combination for MCF-7 Cell by using series concentration like 0, 20, 40, 80 and 160 µg/mL for 48, 72, and 96 hours with a cell density of 5x103 after giving WST assay there is a decrease in the number of cell viability. Inhibition concentration of MCF-7 cell culture was also indicated by the IC50 value which was included in the very strong category with details of each extract combination with 1:1 comparison the IC50 value is 12.02 µg/mL. Keywords: extract combination; IC50; cell viability, MCF-7
Pengaruh Cahaya LED Putih di Malam Hari Terhadap Kadar Malondialdehyde (MDA) Otak dan Histopatologi Sel CA3 dan CA1 Hipokampus Pada Tikus Wistar Jantan Hilda Emma Mallisa; Aryadi Arsyad; Irfan Idris
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 2 (2021): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i2.452

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh cahaya LED putih di malam hari terhadap kadar malondialdehyde (MDA) otak dan histopatalogi sel CA3 dan CA1 hipokampus. Jenis penelitian true eksperimental dengan post-test only control group design yang dilakukan pada 24 ekor tikus. Kelompok terbagi berdasarkan waktu paparannya: 15 hari dan 30 hari, masing-masing memiliki kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok kontrol: terang-gelap normal (12L:12D) dan kelompok perlakuan: terang-terang (12L:12L) dengan pencahayaan berasal dari lampu LED putih 1500 lux saat malam hari. Hasil penelitian menunjukkan kadar MDA otak pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan signifikan (p=0,001). Hasil pemeriksaan histopatologi sel CA3 dan CA1 pada kelompok perlakuan 15 hari didapatkan mengalami kerusakan sedang (50%) hingga berat (50%) sedangkan pada kelompok kontrol 15 hari hanya dominan pada kerusakan ringan (83,3%) dengan hasil yang signifikan (p= 0,011). Pada kelompok perlakuan 30 hari dominan mengalami kerusakan berat (83,3%) sedangkan pada kelompok kontrol 30 hari berada diantara kerusakan ringan (33,3%) hingga sedang (66,7%) dan hasil yang diperoleh signifikan (p=0,012). Cahaya LED putih di malam hari bertindak sebagai stressor apabila intensitas, durasi paparan dan panjang gelombangnya sesuai. Stressor ini meningkatkan produksi ROS dan mengarahkan sel pada stress oksidatif yang ditandai dengan meningkatnya kadar MDA. Peningkatan kadar MDA bersifat neurotoksik pada otak khususnya hipokampus yang mengarahkan sel CA3 dan CA1 pada kerusakan maka perlu adanya pengurangan dalam penggunaan lampu LED pada malam hari
Gambaran Kadar Gula Darah dengan Kadar Endotelin-1 pada Tikus Wistar Obes Dan Non Obes Al Mukarram H. A.; A.Wardihan Sinrang; M. Aryadi Arsyad
Jurnal Inovasi Kesehatan Vol 1, No 1 (2019): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.48 KB)

Abstract

Obesitas merupakan jaringan adiposa berlebih dalam tubuh yang menyebabkan resistensi insulin, hiperglikemia dan disfungsi endotel Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan gambaran kadar glukosa darah dengan kadar endotelin-1 pada tikus obes dan non obes. Penelitian ini merupakan  penelitian observasional dengan desain penelitian case control .Sebanyak  12 ekor tikus wistar menjadi sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok obes dan kelompok non obes yang masing-masing terdiri dari 6 sampel. Analisis data dilakukan dengan uji Independent Sampel t Test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kadar glukosa darah (p= 0,855), endotelin-1 (p= 0,628) baik pada kelompok obes maupun kelompok non obes. Kesimpulan penelitian ini yaitu tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara tikus wistar obes dengan non obes di lihat dari kadar glukosa darah, kadar endotelin-1 
PERBEDAAN KADAR NITRIC OXIDE PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DENGAN ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA Yadul Ulya; Aryadi Arsyad; Saidah Syamsuddin
Nusantara Medical Science Journal Volume 3 No. 2 Juli - Desember 2018
Publisher : Faculty of Medicine, Hasanuddin University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/nmsj.v3i2.5779

Abstract

Anemia saat hamil berefek buruk bagi ibu maupun janin, karena dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu akibat kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen, dan peran hemoglobin sebagai pengikat nitric oxide dapat menyebabkan vasokontriksi dan mempengaruhi pengiriman oksigen. Tujuannya untuk mengetahui perbedaan kadar nitric oxide pada ibu hamil trimester 1 dengan anemia dan tidak anemia. Desain penelitian cross sectional study dengan masing-masing 35 ibu hamil trimester 1 yang anemia dan tidak anemia dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar nitric oxide pada ibu hamil trimester 1 yang anemia lebih tinggi (128,8μmol/L) dibandingkan yang tidak anemia (89,1μmol/L) nilai p=0,008. Ibu hamil trimester 1 yang anemia kemungkinan 3,692 kali memiliki resiko mengalami peningkatan kadar nitric oxide dibandingkan yang tidak anemia dengan cut off point 92,86μmol/L. Disimpulkan, kadar nitric oxide lebih tinggi pada ibu hamil trimester 1 yang anemia dan memiliki resiko terjadi peningkatan kadar nitric oxide pada ibu hamil trimester 1 dengan anemia sebesar 3,962 kali.
Saliva parameter analysis on smoker and non smoker patients exposed to intraoral radiography Rafikah Hasyim; Aryadi Arsyad; Irene E. Rieuwpassa; Dwi P. Wulansari
Journal of Dentomaxillofacial Science Vol. 4 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.5 KB) | DOI: 10.15562/jdmfs.v4i3.960

Abstract

Objective: To analyze saliva parameter such as salivary pH, total protein, buffer capacity, as well as sodium and potassium level on smoker and non smoker patients after exposed to intraoral radiography.Material and methods: This study was an observational study with cross-sectional design. Samples were smoker and non smoker patients who were referred to Dental Hospital Hasanuddin University. Saliva samples were taken by draining method. Samples were transferred immediately to Laboratory of Biochemistry, Faculty of Mathematics and Science to be processed regarding saliva pH, saliva total protein, buffer capacity, as well as saliva sodium and potassium level. Saliva pH were measured with pH meter Hanna instruments, total protein with Lowry’s method, buffer capacity with Ericcson’s method, sodium and potassium level with atomic absorption spectrophotometer Parking Elmer A400. Data were then analyzed with statistical test Kolmogorov Smirnov, independent t-test, and oneway Anova with p<0.05 were considered statistically significant.Result: There were no significant difference on salivary pH, buffer capacity and potassium level between smoker group and non smoker group (p>0.05) before exposed to intraoral radiography, but we found significant difference on saliva total protein and sodium level between smoker and non smoker group (p<0.05) before radiography exposure. There were no significant change on salivary pH, total protein, buffer capacity, sodium and potassium level after exposed to intraoral radiography (p>0.05) on both smoker and non smoker group.Conclusion: Exposure of intraoral radiographs did not have significant effect on salivary pH, total protein, buffer capacity, as well as sodium and potassium level. 
Analysis of genotoxic and cytotoxic effects of oral mucosa in smokers and non-smokers after exposed to digital intraoral radiography Dwi P. Wulansari; Aryadi Arsyad; Irene E. Rieuwpassa; Nurlindah Hamrun; Rafikah Hasyim
Journal of Dentomaxillofacial Science Vol. 4 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.046 KB) | DOI: 10.15562/jdmfs.v4i3.961

Abstract

Objectives : To analyze genotoxic and sitotoxic indicators of buccal epithelial cells by measuring the number of cells contain micronucleus, pycnosis, karyorrhexis, karyolysis and to determine the change in oxidative stress of  oral mucosa cells using salivary MDA levels between smokers and nonsmokers before and after exposure to intraoral radiographs during endodontic treatment.Material and Methods : This research was an analytic observation research with cross-sectional design. The sample was divided into smokers (n = 5) and non-smokers group (n = 5). The buccal epithelial cells was taken with cytobrush and unstimulated saliva in each group were taken by the draining method shortly before intraoral radiography, 10±2 days after first  day exposure, 10±2 days after second day exposure. The cells were stained using Papanicolau (PAP) kit and observed by pathologist. Genotoxic and cytotoxic indicator measured by counted the number of cells contain mironucleus, pyknosis, karyorrhexis and karyolysis under light microscope with 400X magnification according to the Tolbert criteria in 1000 cells. While oxidative stress of cell measured by salivary MDA with Thiobarbitoric Acid (TBA) assay.Result : The number of micronucleus, pyknosis, karyorrhexis, karyolysis in buccal epithelial cells and salivary MDA levels in smokers was higher than non-smokers (p<0,05). There were no significant differences in genotoxic and cytotoxic indicators and salivary MDA levels before and after the last exposure in smokers and non-smokers (p>0,05).Conclusion : The results of this study indicate that the use of intraoral radiographs is within safe limits despite repeated exposure after several days.
PERBEDAAN TOTAL LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DEWASA MUDA PASCA OLAHRAGA INTENSITAS SEDANG Arwan Bin Laeto; Rosdiana Natsir; Muhammad Aryadi Arsyad
Proceeding Seminar Nasional Keperawatan Vol 5, No 1 (2019): Proceeding Seminar Nasional Keperawatan 2019
Publisher : Proceeding Seminar Nasional Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.742 KB)

Abstract

AbstrakOlahraga pada malam hari menjadi pilihan alternatif yang dilakukan untuk menjaga kesehatan danmempertahanan sistem kekebalan tubuh akibat kesibukan bekerja siang hari untuk memenuhi kebutuhanhidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan total leukosit dan hitung jenis leukositdewasa muda pasca olahraga intensitas sedang di Kota Makassar.Penelitian ini menggunakan desain kuasieksperimental tanpa kontrol. Penelitian dilakukan dilapangan futsal Bexx Adipura, Makassar.Sampelpenelitian dewasa muda sebanyak 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi.Pengambilan sampel totalleukosit dan hitung jenis leukosit dilakukan setelah intervensi olahraga intensitas sedang selama 2 x 20menit. Analisis data menggunakan uji-T.Uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yangsignifikan hitung jenis limfosit (p=0,043) pada dewasa muda pasca olahraga intensitas sedang. Namun,hasil juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan total leukosit (p=0,151), hitung leukosit(p=0,082), hitung eosinofil (p=0,123), hitung basofil (p=0,062), dan hitung monosit (p=0,652) padadewasa muda pasca olahraga intensitas sedang. Kesimpulannya, olahraga intensitas sedang menunjukkantotal leukosit dan hitung jenis leukosit yang berbeda pada dewasa muda.Kata kunci: olahraga intensitas sedang, total leukosit, hitung jenis leukositAbstractExercise at nigth becomes an alternative option which is conducted to maintain health and immunesystem due to solid activity during the day for meeting the needs of life. The objective of this researchis todetermine the differences of leukocyte amount and count type in young age after moderate intensityexercise. This research used a quasiexperimental without control design. It was conducted at BessAdipura Futsal Indoor in Makassar with 20 subjects that taken base on inclusion criteria.Sampling of theleukocyte amount and count type were conducted after moderate intensity exercise intervention for 2 x 20min. The datas were analysed using the T-test. The statistical test indicated that there was significantdifferences in the amount of lymfocyte (p=0.043). The results also showed that there was no significantdifferences of leukocyte (p=0.151); neutrophil (p=0.082); eosinophil (p=0.595);basophil (p=0.620) andmonocyte (p=0.652). It is concluded that moderate intensity exercise showedthe differences of leukocyteamount and count type in young age.Keywords: moderate intensity exercise, leukocyte amount, count type leukocyte