Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : JFIOnline

EFEKTIVITAS AGONIS RESEPTOR OPIOID KAPPA PADA NYERI AKUT DAN KRONIK Rahmadi, Mahardian; Khotib, Junaidi; Suprapti, Budi; Sjamsiah, Siti
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 3, No 1 (2006)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kappa receptor is one opioid receptor subunit which when activated can stimulate analgesic effect, however with lower dependency risk compare to other opioid receptor subunit. (mu and delta). The objective of this experiment was to examine the effectivity of kappa opioid receptor agonist  in acute and chronic pain (inflammation and neuropathy), in order to find new strategy in pain management. Groups of ICR mice (n = 10) were treated to gain acute and chronic pain model. Acute pain was gain by hot stimulation through hot plate and tail flick. Inflammation model was made by CFA intraplantar injection. Neuropathy pain was induced by binding the sciatic neuron. To examine the pain-blocker effectivity of kappa receptor agonist,  trans-1S,2S]-3,4-dichloro-N-methyl-N-[2-(1-pyrrolidinyl)cyclohexyl]benzeneacetamide(-)U50,488H was inject subcutaneously 3 mg/kg - 20mg/kg body wight. Then hot plate and tail flick were conduct, morphine 10 mg/kg bw use as standard. From results can be concluded that   activation of kappa receptor can induce pain-blocker or analgesic effect as well, against acute or chronic pain, inflammation or neuropathy. ABSTRAK Reseptor kappa merupakan salah satu sub unit reseptor opioid yang jika diaktivasi dapat mempunyai efek analgesik tetapi dengan risiko dependensi yang lebih kecil dari pada sub unit reseptor opioid yang lain (mu dan delta). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas agonis reseptor opioid kappa pada keadan nyeri akut dan kronik (inflamasi dan neuropati), sehingga diharapkan didapatkan strategi baru dalam penanganan nyeri. Untuk pengujian efektivitas antinyeri dari agonis reseptor kappa, trans-1S,2S]-3,4-dichloro-N-methyl-N-[2-(1-pyrrolidinyl) cyclohexyl]benzeneacetamide   (-)U50,488H diinjeksikan secara subkutan mulai dosis 3 mg/kgbb hingga 20mg/kgbb kemudian dilakukan uji hot plate dan tail flick, sebagai pembanding digunakan morfin 10mg/kgbb. Pegujian dilakukan pada 15, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit setelah penginjeksian (-)U50,488H. Aktivitas antinyeri dinyatakan dalam % MPE (maximal possible antinociceptive effect). (-)U50,448H memiliki aktivitas antinyeri sebanding dengan dosis pemberian baik pada keadaan nyeri akut, inflamasi maupun neuropati. Pada dosis 3 mg/kgbb menghasilkan 47% MPE, dosis 5,6 mg/kgbb menghasilkan 76% MPE, dosis 10mg/kgbb menghasilkan 88% MPE dan dosis 20 mg/kgbb menghasilkan 100% MPE. Waktu puncak dicapai pada 15 menit setelah injeksi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktivasi reseptor kappa juga dapat memberikan efek anti nyeri, baik pada nyeri akut, inflamasi maupun neuropati.
Efek penambahan parasetamol pada terapi ketorolak terhadap nyeri akut pascaoperasi orthopedi Santoso, Agustinus; Huwae, Thomas Erwin CJ; Idha, Arofa; Suprapti, Budi
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT : The aim of this research is to analyze pain control of paracetamol addition to ketorolac compared with ketorolac alone on patient’s pain response. Ketorolac group (K group) recieved ketorolac 10 mg i.v every 8 hours and Ketorolac and Paracetamol group (KP group) recieved ketorolac 10 mg i.v and paracetamol 1,000 mg orally every 8 hours. Observation of pain intensity with Face Scale at ½ hours before and after administration at the first, the fourth and the seventh analgesics. Observation quality of pain management with QUIPS at ½ hours after administration the seventh analgesics. As the results, paracetamol addition to ketorolac provide better pain control, shown at the mean pain intensity KP group was lower at post to 4, pre to 7 and post to 7 than K group, and the QUIPS results were side effects of paracetamol additional well tolerated, reduce needs for additional analgesics, but no difference at patient satisfactions. These results suggest that paracetamol addition to ketorolac had better pain control than ketorolac alone in patients with orthopedic postoperative acute pain.Keywords : ketorolac, paracetamol, postoperative, face scale, QUIPS ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian nyeri oleh penambahan parasetamol pada ketorolak dibandingkan dengan ketorolak tunggal berdasarkan respon nyeri pasien. Kelompok Ketorolak (Kelompok K) mendapatkan ketorolak 10 mg i.v setiap 8 jam dan kelompok Ketorolak dan Parasetamol (kelompok KP) mendapatkan ketorolak 10 mg i.v dan parasetamol 1000 mg per oral setiap 8 jam. Penilaian intensitas nyeri dengan Face Scale pada 30 menit sebelum (pre) dan sesudah (pasca) pemberian dosis analgesik pertama, ke empat dan ke tujuh. Pengamatan kualitas manajemen nyeri dengan QUIPS pada 30 menit setelah pemberian analgesik dosis ke tujuh. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan parasetamol pada ketorolak memberikan kendali nyeri yang lebih baik, ditunjukkan oleh rerata intensitas nyeri kelompok KP pada pasca dosis ke 4, pre dosis ke 7 dan pasca dosis ke 7 lebih rendah dari kelompok K, serta hasil QUIPS bahwa efek samping penambahan parasetamol dapat ditoleransi, menurunkan kebutuhan analgesik tambahan, namun tidak berbeda pada kepuasan pasien. Hasil diatas menyatakan bahwa penambahan parasetamol pada ketorolak memberikan kendali nyeri lebih baik dari ketorolak tunggal pada pasien nyeri akut pascaoperasi orthopedi. Kata kunci: ketorolak, parasetamol, pascaoperasi, QUIPS  
EFEKTIVITAS AGONIS RESEPTOR OPIOID KAPPA PADA NYERI AKUT DAN KRONIK Rahmadi, Mahardian; Khotib, Junaidi; Suprapti, Budi; Sjamsiah, Siti
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 3, No 1 (2006)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v3i1.66

Abstract

Kappa receptor is one opioid receptor subunit which when activated can stimulate analgesic effect, however with lower dependency risk compare to other opioid receptor subunit. (mu and delta). The objective of this experiment was to examine the effectivity of kappa opioid receptor agonist  in acute and chronic pain (inflammation and neuropathy), in order to find new strategy in pain management. Groups of ICR mice (n = 10) were treated to gain acute and chronic pain model. Acute pain was gain by hot stimulation through hot plate and tail flick. Inflammation model was made by CFA intraplantar injection. Neuropathy pain was induced by binding the sciatic neuron. To examine the pain-blocker effectivity of kappa receptor agonist,  trans-1S,2S]-3,4-dichloro-N-methyl-N-[2-(1-pyrrolidinyl)cyclohexyl]benzeneacetamide(-)U50,488H was inject subcutaneously 3 mg/kg - 20mg/kg body wight. Then hot plate and tail flick were conduct, morphine 10 mg/kg bw use as standard. From results can be concluded that   activation of kappa receptor can induce pain-blocker or analgesic effect as well, against acute or chronic pain, inflammation or neuropathy. ABSTRAK Reseptor kappa merupakan salah satu sub unit reseptor opioid yang jika diaktivasi dapat mempunyai efek analgesik tetapi dengan risiko dependensi yang lebih kecil dari pada sub unit reseptor opioid yang lain (mu dan delta). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas agonis reseptor opioid kappa pada keadan nyeri akut dan kronik (inflamasi dan neuropati), sehingga diharapkan didapatkan strategi baru dalam penanganan nyeri. Untuk pengujian efektivitas antinyeri dari agonis reseptor kappa, trans-1S,2S]-3,4-dichloro-N-methyl-N-[2-(1-pyrrolidinyl) cyclohexyl]benzeneacetamide   (-)U50,488H diinjeksikan secara subkutan mulai dosis 3 mg/kgbb hingga 20mg/kgbb kemudian dilakukan uji hot plate dan tail flick, sebagai pembanding digunakan morfin 10mg/kgbb. Pegujian dilakukan pada 15, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit setelah penginjeksian (-)U50,488H. Aktivitas antinyeri dinyatakan dalam % MPE (maximal possible antinociceptive effect). (-)U50,448H memiliki aktivitas antinyeri sebanding dengan dosis pemberian baik pada keadaan nyeri akut, inflamasi maupun neuropati. Pada dosis 3 mg/kgbb menghasilkan 47% MPE, dosis 5,6 mg/kgbb menghasilkan 76% MPE, dosis 10mg/kgbb menghasilkan 88% MPE dan dosis 20 mg/kgbb menghasilkan 100% MPE. Waktu puncak dicapai pada 15 menit setelah injeksi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktivasi reseptor kappa juga dapat memberikan efek anti nyeri, baik pada nyeri akut, inflamasi maupun neuropati.
Efek penambahan parasetamol pada terapi ketorolak terhadap nyeri akut pascaoperasi orthopedi Santoso, Agustinus; Huwae, Thomas Erwin CJ; Idha, Arofa; Suprapti, Budi
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.224 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v8i1.224

Abstract

ABSTRACT : The aim of this research is to analyze pain control of paracetamol addition to ketorolac compared with ketorolac alone on patientâ??s pain response. Ketorolac group (K group) recieved ketorolac 10 mg i.v every 8 hours and Ketorolac and Paracetamol group (KP group) recieved ketorolac 10 mg i.v and paracetamol 1,000 mg orally every 8 hours. Observation of pain intensity with Face Scale at ½ hours before and after administration at the first, the fourth and the seventh analgesics. Observation quality of pain management with QUIPS at ½ hours after administration the seventh analgesics. As the results, paracetamol addition to ketorolac provide better pain control, shown at the mean pain intensity KP group was lower at post to 4, pre to 7 and post to 7 than K group, and the QUIPS results were side effects of paracetamol additional well tolerated, reduce needs for additional analgesics, but no difference at patient satisfactions. These results suggest that paracetamol addition to ketorolac had better pain control than ketorolac alone in patients with orthopedic postoperative acute pain.Keywords : ketorolac, paracetamol, postoperative, face scale, QUIPS ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian nyeri oleh penambahan parasetamol pada ketorolak dibandingkan dengan ketorolak tunggal berdasarkan respon nyeri pasien. Kelompok Ketorolak (Kelompok K) mendapatkan ketorolak 10 mg i.v setiap 8 jam dan kelompok Ketorolak dan Parasetamol (kelompok KP) mendapatkan ketorolak 10 mg i.v dan parasetamol 1000 mg per oral setiap 8 jam. Penilaian intensitas nyeri dengan Face Scale pada 30 menit sebelum (pre) dan sesudah (pasca) pemberian dosis analgesik pertama, ke empat dan ke tujuh. Pengamatan kualitas manajemen nyeri dengan QUIPS pada 30 menit setelah pemberian analgesik dosis ke tujuh. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan parasetamol pada ketorolak memberikan kendali nyeri yang lebih baik, ditunjukkan oleh rerata intensitas nyeri kelompok KP pada pasca dosis ke 4, pre dosis ke 7 dan pasca dosis ke 7 lebih rendah dari kelompok K, serta hasil QUIPS bahwa efek samping penambahan parasetamol dapat ditoleransi, menurunkan kebutuhan analgesik tambahan, namun tidak berbeda pada kepuasan pasien. Hasil diatas menyatakan bahwa penambahan parasetamol pada ketorolak memberikan kendali nyeri lebih baik dari ketorolak tunggal pada pasien nyeri akut pascaoperasi orthopedi. Kata kunci: ketorolak, parasetamol, pascaoperasi, QUIPS  
Co-Authors Abdul Rahman Bahmid Aditiawardana Aditiawardana, Aditiawardana Anak Agung Ngurah Putra Riana Prasetya Andarsari, Mareta R. Anggraini Dwi Sensusiati Aniek S. Budiatin Arief Bachtiar Arina Deri Puspita Sari Arina Dery Puspitasari Ayunda Nur Hidayatiningsih Azril O. Ardhiansyah Bayu Dharma Santi Bayu Dharma Shanti Bella Donna Perdana Putra Budiatin, Aniek S. Cahyo Wibisono Chrysnanda Maryska Dewi W. Shinta Dewi W. Shinta Dewi Wara Shinta Didik Hasmono Dwi Hari Susilo Eddy Rahardjo Fathia Ramadiani Hapsari, Pharmasinta P. Hartono, Frenky Hidayati, Movita I Gde Raka Widiana Idha, Arofa Idha, Arofa Junaidi Khotib Khusnul Fitri Hamidah M. Yusuf Assegaf Mahardian Rahmadi Mansur, Mifta Marcha Debby Saraswati Marcha Debby Saraswati Mareta R. Andarsari Mareta Rindang Andarsari Mida Purwiningtyas Mulya Sundari Ni Made Amelia R. Dewi Ni Made Mertaniasih Nia Widyasari Novan Y. I. Pratama Pharmasinta P. Hapsari Pharmasinta Putri Hapsari Prasetya, Anak Agung Ngurah Putra Riana Prastuti Asta Wulaningrum Putranto, J. Nugroho Eko Rahmawati Raising Ramadiani, Fathia Retna Dwi Puspitarini Ria Fitrah Arfiani Santoso, Agustinus Santoso, Agustinus Sarah Puspita Atmaja Shafira Muti Ardiana Shanti, Bayu Dharma Shinta, Dewi W. Sjamsiah, Siti Sjamsiah, Siti Soedarsono Sofiati Diah Baisuni Suharjono Suharjono Suharjono Suharjono Thomas Erwin Christian Junus Huwae Toetik Aryani Tutik Kusmiati UMI FATMAWATI WENNY PUTRI NILAMSARI Yudistira Nurrizky Grahitaning Putra Rohmaana Yulistiani Yulistiani Zamrotul Izzah Zuhri, Muhammad Isnaini