Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah

BANTEN AS AQUATIC CITY IN THE 16-17TH CENTURY OF MASEHI Encep Supriatna
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v6i1.8487

Abstract

Salah satu kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara pada abad ke 16-17 adalah Kesultanan Banten, Kesultanan Banten awalnya berada dibawah kekuasaan Sunda Padjajaran dengan penguasa terakhirnya adalah Prabu Pucuk Umun yang merupakan putera dari Prabu Seda berkedudukan di Banten Girang, (Pupuh XVII, Babad Banten; naskah Lontar Kropak 421 baris 1-5). Setelah berhasil memerdekakan diri dari Kerajaan Sunda Pakuan Padjajaran dan menjadi kerajaan Islam ibu kotanya dipindahkan ke Keraton Surosowan yang terletak di Banten Lama + 10 KM dari Kota Serang, alasan pemindahan karena letaknya kurang strategis dan jauh dari pelabuhan, padahalĀ  Banten memiliki lautan yang sangat luas dengan panjang garis pantai 500 KM, di daerah yang baru ini Sultan Banten yang baru yaitu Maulana Hasanudin (1525-1570) dengan gekar Panembahan Sorosowan setelah menerima tahta kerajaan dari ayahnya Sunan Gunug Djati dari Cirebon. Ibu Kota kerajaan Banten yang baru yaitu berkedudukan di Istana Surosowan dikelilingi tembok yang tinggi dan terdapat sungai-sungai dapat dilayari dengan jung atau perahu.