Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Stressor pada Mahasiswa Kedokteran Tahun Pertama Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2017 Rizkia Dwina Rahmayani; Rini Gusya Liza; Nur Afrainin Syah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 1 (2019): Online Maret 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i1.977

Abstract

Penyebab stres pada mahasiswa kedokteran terdiri kedalam enam kelompok yaitu stressor terkait akademik, stressor terkait hubungan interpersonal dan intrapersonal, stressor terkait hubungan belajar mengajar, stressor terkait hubungan sosial, stressor terkait keinginan dan pengendalian, serta stres terkait aktivitas kelompok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres berdasarkan stressor pada mahasiswa profesi dokter tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling untuk mendapatkan sampel sebanyak 188 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Medical Student Stressor Questionnaire yang telah di validasi. Hasil analisis univariat menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat stres sedang (48,4%). Tingkat stres terkait akademik yang terbanyak adalah tingkat stres berat (51,6%). Tingkat stres terkait hubungan intrapersonal dan interpersonal yang terbanyak adalah tingkat stres berat (42,6%). Tingkat stres terkait hubungan belajar-mengajar yang terbanyak adalah tingkat stres sedang (42%). Tingkat stres terkait hubungan sosial yang terbanyak adalah tingkat stres sedang (53,2%). Tingkat stres terkait keinginan dan pengendalian yang terbanyak adalah tingkat stres sedang (39,9%). Tingkat stres terkait aktivitas kelompok yang terbanyak adalah tingkat stres sedang (45,2%). Stressor yang paling menyebabkan stres adalah yang terkait hubungan intrapersonal dan interpersonal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Peserta Mandiri Dalam Pembayaran Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Solok Ayu Wulandari; Nur Afrainin Syah; Tuty Ernawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 1 (2020): Online March 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i1.1219

Abstract

Kepatuhan peserta mandiri membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kota Solok belum maksimal. Hal ini terlihat dari jumlah peserta mandiri yang menunggak di Kota Solok yaitu 69% dari peserta mandiri terdaftar. Tujuan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan peserta mandiri dalam pembayaran iuran Program JKN di Kota Solok. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan sampel penelitian adalah peserta mandiri program JKN di Kota Solok yang terpilih secara acak. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square. Responden dalam penelitian ini adalah 105 orang peserta mandiri yang minimal berusia 17 tahun dan berdomisili di Kota Solok. Hasil: Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan (p=0,019), pendapatan (p=0,038), persepsi terhadap pelayanan kesehatan (p=0,047) dan persepsi terhadap risiko (p=0,043) dengan kepatuhan pembayaran iuran peserta mandiri program JKN BPJS Kesehatan di Kota Solok. Simpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan, jarak tempuh tempat pembayaran iuran dan jumlah tanggungan terhadap kepatuhan pembayaran iuran peserta mandiri program  JKN BPJS Kesehatan di Kota Solok. BPJS Kesehatan Cabang Solok harus meningkatkan kuantitas dan kualitas sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan peserta tentang hak dan kewajiban peserta mandiri program JKN.Kata kunci: kepatuhan, Iuran JKN, BPJS Kesehatan  
Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Daya Tahan Kardiovaskuler pada Pegawai Wanita RS Semen Padang Nurfazlina Nurfazlina; Afriwardi Afriwardi; Nur Afrainin Syah Afrainin Syah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.567

Abstract

AbstrakWanita rentan memiliki kadar hemoglobin dibawah normal (anemia) karena mengalami pengurangan volume darah yang dikeluarkan secara alamiah, seperti saat menstruasi. Penurunan kadar hemoglobin dapat berdampak pada penurunan daya tahan kardiovaskuler hingga berdampak pada produktivitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kadar hemoglobin terhadap daya tahan kardiovaskuler pada pegawai wanita RS Semen Padang. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan desain cross sectional study terhadap subjek sebanyak 85 orang. Data dikumpulkan dari hasil Medical Check Up (MCU) yang kemudian dianalisis melalui uji korelasi Spearman. Hasil  penelitian ini mendapatkan 16,5% pegawai wanita RS  Semen Padang  mengalami anemia. Sebanyak 3,5% pegawai wanita RS  Semen Padang  memiliki daya tahan kardiovaskuler sangat baik, 17,6% baik, 28,2% sedang, 8,2% kurang dan 42,4% kurang sekali. Hasil uji korelasi didapatkan nilai r = + 0,077 dan nilai P > 0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi searah antara kadar hemoglobin terhadap daya tahan kardiovaskuler, namun kekuatan korelasi sangat lemah sehingga tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar hemoglobin dengan daya tahan kardiovaskuler pada pegawai wanita RS Semen Padang.Kata kunci: daya tahan kardiovaskuler, hemoglobin, wanita AbstractWomen are more likely to have lower hemoglobin levels (anemia) due to menstruation. The decrease of hemoglobin levels will cause the decline of cardiovascular endurance. The objective of this study was to determine the correlation of hemoglobin levels and cardiovascular endurance in female employees of Semen Padang Hospital. This research was a observational analytic research using cross sectional design on 85 samples. Data was collected from Medical Check Up (MCU) record of female employees of Semen Padang Hospital and analyzed by Spearman correlation test. The results showed that 16,5% of samples were anemia. There were 3,5 % samples had high cardiovascular endurance, 17,6 % good, 28,2% avarage, 8,2% low dan 42,4% poor. The results of correlation test (r) is +0,007 and the the significance value (p) is >0,05. In conclution, the percentage of anemia in female employees of Semen Padang Hospital was low, but the majority of female employees of Semen Padang Hospital had low and poor cardiovascular endurance. The correlation between hemoglobin levels and cardiovascular endurance was positive. The strength of the correlation was very weak and there was no significant correlation between hemoglobin levels and cardiovascular endurance among female employees of Semen Padang Hospital.Keywords: cardiovascular endurance, hemoglobin levels, women
Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Cedera Ligamen Krusiat Anterior pada Atlet Cabang Olahraga Kontak Rurin Ardiyanti; Afriwardi Afriwardi; Nur Afrainin Syah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.589

Abstract

AbstrakCedera Ligamen Krusiat Anterior (LKA) adalah trauma pada atlet yang memerlukan tindakan bedah dan berrisiko menjadi osteoartritis. Berbagai macam faktor dapat menyebabkan cedera LKA, seperti Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan salah satu faktor risiko cedera LKA. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan IMT dengan cedera LKA. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional. Sampel adalah 271 atlet diambil dari seluruh cabang olahraga kontak di KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Jawa Timur. Data yang diperoleh berupa IMT dan kejadian cedera LKA pada atlet dalam 1 tahun, kemudian dianalisis dengan uji kemaknaan Fisher. Peneliti menemukan 7% (19 orang) mengalami cedera LKA. Penelitian ini menemukan bahwa presentase cedera LKA pada IMT tinggi (>24,9 kg/m2) dua kali lebih banyak dibanding pada IMT tidak tinggi (≤24,9 kg/m2), yaitu 12,5% dan 6,5%. Pada uji Fisher tidak ditemukan hubungan antara IMT dan cedera LKA (p>0,05).  Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat risiko cedera LKA pada atlet dengan IMT tinggi, namun tidak signifikan secara statistik. Banyak faktor risiko cedera LKA lainnya yang tidak dapat dikontrol melalui metodologi penelitian ini.Kata kunci: indeks massa tubuh, cedera ligamen krusiat anterior, atlet AbstractAnterior Cruciate Ligament (ACL) injuries are common on athletes that need surgical treatment and a risk to become osteoarthritis. There are many factors contributed to ACL injury. Body Mass Index (BMI) is one of ACL injury risk factor. The objective of this study was to determine the relationship between BMI and ACL injury. This was an observasional analitic study. The sample was 271 contact sport athletes at KONI East Java. Data about BMI and ACL injury on the athlete for 1 year was collected. The data then was analysed by Fisher test. There were 7% (19 persons) of athletes suffers from ACL injury. This study found that the proportion of ACL injury on athlete with high BMI (>24,9 kg/m2) was twice compared to athlete without high BMI (≤24,9 kg/m2), 12,5% and 6,3% respectively. The conclusion is the different is not significant statitically. This study showed that high BMI on athletes was a risk factor for ACL injury but not significant statistically.Keywords: body mass index, anterior cruciate ligament, athlete
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Indikator Angka Kontak Komunikasi dan Rasio Peserta Prolanis di Puskesmas Kabupaten Padang Pariaman Nofriyenti Nofriyenti; Nur Afrainin Syah; Ali Akbar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 2 (2019): Online Juni 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i2.1007

Abstract

Indikator Angka kontak komunikasi dan ratio peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang merupakan dua dari tiga indikator KBKP (Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan), yaitu indikator angka kontak komunikasi 150 permil, indikator ratio rujukan non spesialistik ≤ 5 %, dan ratio peserta prolanis rutin berkunjung ≤ 50% sangat sulit sekali terpenuhi oleh Puskesmas di Kabupaten Padang Pariaman. Angka kontak komunikasi ini adalah untuk melihat aksesabilitas dan pemanfaatan pelayanan primer oleh peserta baik pelayanan di dalam gedung maupun pelayanan luar gedung. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan indikator angka kontak komunikasi dan rasio peserta prolanis rutin berkunjung di Puskesmas Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif jenis case study (studi kasus). Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah secara Purposive, yang terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Ketua Tim Kendali Mutu Kendali Biaya, Kepala BPJS, Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab tekhnis pelaksanaan kapitasi Kabupaten. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada 3 puskesmas yang belum mampu memenuhi indikator angka kontak komunikasi ≥150 permil, yaitu Puskesmas Sicincin, Puskesmas Ulakan dan Puskesmas Limau Purut. Dari tiga puskesmas tersebuat dua diantaranya yaitu Puskesmas Limau Purut dan Puskesmas Ulakan, belum mampu memenuhi indikator ratio peserta prolanis rutin berkunjung ≥ 50%.
Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar pada Siswa –Siswi SMA Negeri 1 Padang Tahun Ajaran 2013/2014 Steffi Olivia Padriyani; Delmi Sulastri; Nur Afrainin Syah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.180

Abstract

AbstrakKeberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang sehat dan cerdas. Remaja sebagai asset bangsa membutuhkan gizi yang cukup untuk menunjang prestasi dan produktifitas mereka dalam beraktifitas. Status gizi merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan tingkat prestasi siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan status gizi dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Padang. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional study) dengan populasi seluruh siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kota Padang. Jumlah subjek sebanyak 87 orang. Data primer berupa berat badan dan tinggi badan serta data sekunder berupa nilai rapor semester 1 (satu). Data dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson. Berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), diketahui sebagian besar subjek mempunyai status gizi normal sebanyak 44 orang (50,6%). Lebih dari separoh subjek memiliki prestasi baik yaitu sebanyak 48 orang (55,2%). Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan prestasi belajar. Namun, prosedur yang digunakan pada penelitian ini tidak dapat mengekslusi faktor-faktor lain selain status gizi yang mempengaruhi prestasi siswa.Kata Kunci: status gizi, prestasi belajar, remajaAbstractThe successfulness of national development is determined by the availability of human resources. Teenagers as a national asset need adequate nutrient to support their achievement and productivity. Nutritional status is one factors that is closely related to student academic achievement. The purpose of this research is to examine the relationship betweennutritional status and academic achievement of students of Senior High School Number1 Padang (SMAN1 Padang).This research is cross-sectional study. The population is students year X and XI SMA Negeri1 Padang. Number of sample is 87 students. Primary data was weight and height of students while secondary data wasstudent score of first semester which is analyzed by Pearson correlation test. Student’s Body Mass Index (BMI) shows that most students had normal nutritional status (50,6%). More than half the sample had good academic achievement (55,2%). The findings suggest that there was no significant correlation between nutritional status and student academic achievement. However, the methods applied in this research failed to exclude other confounding factors influencing academic achievement.Keywords: nutritional status, academic achievement, adolescents
SKRINING PENYAKIT KECACINGAN DAN GANGGUAN VISUS PADA SISWA SD DI KELURAHAN SUNGAI PISANG KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Cimi Ilmiawati; Siti Nurhajjah; Nur Afrainin Syah; Mohamad Reza; Efrida Efrida; Eka Nofita; Hasmiwati Hasmiwati; Selfi Renita Rusjdi; Nuzulia Irawati; Sukri Rahman; Elmatris Elmatris; Desmawati Desmawati; Nur Indrawaty Lipoeto; Afriwardi Afriwardi
BULETIN ILMIAH NAGARI MEMBANGUN Vol 2 No 4 (2019)
Publisher : LPPM (Institute for Research and Community Services) Universitas Andalas Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.025 KB) | DOI: 10.25077/bina.v2i4.114

Abstract

Sungai Pisang Village is a village that has only been accessible by smooth road roads in the past year in Padang City. Previously this village was only accessible by sea and by lousy road. This condition causes the Pisang River community to lag in socio-economic and health aspects. This activity aims to screen for worms in elementary school students in Sungai Pisang village because worms are closely related to environmental health and affect the quality of human resources experiencing growth and development. Screening for worms is carried out by examining fecal preparations. This activity also aims to check visual acuity in elementary students and make references for sharp vision correction to learn well. Visual acuity checks were carried out using a Snellen card. The results of the examination showed that 3/143 students had worms and 3/273 students had visual disturbances. Students with worms are recommended to go to the Puskesmas to be given deworming medicine, and students with visual impairments are facilitated for examination by an ophthalmologist and given glasses if needed.
The Role of Primary Care Physicians (DLP) in Community Care Dhanasari Vidiawati Trisna Sanyoto; Nur Afrainin Syah
Review of Primary Care Practice and Education (Kajian Praktik dan Pendidikan Layanan Primer) Vol 1, No 1 (2018): January
Publisher : Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.477 KB) | DOI: 10.22146/rpcpe.33812

Abstract

Dokter Layanan Primer (DLP) or Primary Care Physician (PCP) is a newly introduced term by the Indonesian government in 2013 since the enforcement of Medical Education Law 20/2013. DLP is a physician who solidifies his/ her education and career in primary care. They have postgraduate medical training in primary care and are experts in this field. In most countries, to be a generalist physician practising at primary care facilities such as health centres and primary care clinics, medical school graduates have to take postgraduate medical training to be proficient in terms of knowledge and skills in primary care services. Family medicine is the main body of knowledge of the primary care postgraduate training program in those countries even though their graduates are called differently among countries. These physicians are called family doctors or family physicians in the United States of America (USA), general practitioners (GPs) in Commonwealth countries, huisarts in the Netherlands. In Indonesia, where social, economic, and cultural diversity is very high in various regions, in addition to Family Medicine, Community Medicine and Public Health....
Why does she suffer prolonged status asthmaticus? Mora Claramita; Nur Afrainin Syah
Review of Primary Care Practice and Education (Kajian Praktik dan Pendidikan Layanan Primer) Vol 2, No 2 (2019): May
Publisher : Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.886 KB) | DOI: 10.22146/rpcpe.46121

Abstract

A mother (Y) aged 55 years, was hospitalized with ‘Status Asthmaticus’, for 4 days in a hospital, with admission through an Emergency Department Service. The case history was ‘Intermittent Asthma’ with corticosteroid inhaler treatment for the past three years and ‘Diabetes Mellitus’ (DM) Type 2, controlled by the treatment of Metformin and Acarbose. The results of the history, physical examination, and laboratory lead to the main diagnosis ‘Status Asthmaticus’. Blood glucose before and when at the hospital was within normal limits (with treatment). Asthma attack was absent during the last 2 years, relapsed 2 years ago because of 'Bronchopneumonia'.
General Practitioners’ Autonomy in the Management of Non-Communicable Diseases (NCDs) in the JKN Era: Is It Feasible? Nur Afrainin Syah
Review of Primary Care Practice and Education (Kajian Praktik dan Pendidikan Layanan Primer) Vol 2, No 3 (2019): September
Publisher : Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.607 KB) | DOI: 10.22146/rpcpe.49971

Abstract

Demographic, epidemiological, and nutritional transitions increase life expectancy, changes in lifestyles and behaviors of Indonesian people. These changes are resulting in a growing contribution of non-communicable diseases (NCDs) to morbidity and mortality, especially metabolic disorders, such as type 2 diabetes mellitus (DM), hypertension, and dyslipidemia. Approximately 10.9% of the Indonesian population above 15 years old suffers from type 2 DM (21.2 million) and 34.1% have hypertension (66.3 million) in 2018. These figures increase significantly from 2013 figure; 6.9% and 25.8% respectively1. The metabolic disorders, which in turn, are responsible for vascular problems such as renal failure, stroke, and heart attack. Not surprisingly, then, 60% of Indonesian national health insurance (JKN) funds are spent on the NCDs. This condition causes a deficit and threatens the sustainability of the JKN program.