Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Perbedaan Kadar Kolesterol Total pada Anak yang Terinfeksi dan Tidak Terinfeksi Intestinal Geohelminth M. Randi Sakti Pratama; Nurhayati Nurhayati; Siti Nurhajjah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 1S (2020): Online January 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i1S.1156

Abstract

Intestinal geohelminth masih banyak ditemui di negara berkembang terutama Indonesia. Infeksi cacing ini dapat menganggu pencernaan, penyerapan, dan metabolisme makanan, salah satunya adalah terhadap kadar kolesterol. Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar kolesterol total pada anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi intestinal geohelminth. Metode: Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan jumlah sampel 46 orang siswa SDN 06 Pasir Jambak Kota Padang (23 orang terinfeksi dan 23 orang tidak terinfeksi). Penelitian dilakukan sejak bulan Mei sampai Desember 2016. Pemeriksaan jenis cacing dari tinja dilakukan di bagian Parasitologi FK Unand dengan menggunakan teknik Kato-Katz, sedangkan kadar kolesterol menggunakan pengukur kadar kolesterol digital. Analisis data menggunakan uji t-test. Hasil: Pada 23 orang yang terinfeksi intestinal geohelminth, infeksi paling banyak disebabkan oleh Trichuris trichiura sebanyak 15 siswa (65,21 %), Ascaris lumbricoides sebanyak 11 siswa (47,82 %), campuran sebanyak 3 siswa (13,04 %). Rata-rata kadar kolesterol total pada anak yang terinfeksi intestinal geohelminth yaitu 161,17 ± 33,66 mg/dl , sedangkan tidak terinfeksi yaitu 190,91 ± 42,20 mg/dl. Secara statistik didapatkan perbedaan yang bermakna (p = 0,01). Simpulan: Terdapat perbedaan kadar kolesterol total pada anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi intestinal geohelminth. Anak yang terinfeksi memiliki kadar kolesterol total yang lebih rendah daripada anak yang tidak terinfeksi.
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN ZINK TERHADAP STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR Faris Muhammad; Siti Nurhajjah; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i2.814

Abstract

Penanganan gizi buruk selalu dikaitkan dengan makronutrisi padahal mikronutrisi juga penting. Zink merupakan mikronutrisi yang penting untuk sintesis protein, diferensiasi sel dan pertumbuhan. Kurangnya asupan zink dapat menganggu pertumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh pemberian suplemen zink terhadap status gizi anak sekolah dasar. Studi ini adalah true experimental dengan rancangan pre test-post test grup design yang dilakukan selama 3 bulan. Subjek penelitian sebanyak 33 orang dengan usia 7 – 9 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 (teratur) 14 orang dan kelompok 2 (tidak teratur) 19 orang. Hasil uji t berpasangan terhadap pengukuran rerata Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Indek Massa Tubuh (IMT). Pre test dan post test untuk kelompok 1 dan kelompok 2 didapatkan nilai p=0,000 , p=0,000 , p=0,000 , p=0,000, dan p=0,051 , p=0,682. Hasil uji Anova one way terhadap pengukuran BB, TB dan IMT post test diantara kedua kelompok didapatkan nilai p=0,053, p=0,117 dan p=0,211. Simpulan studi ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna BB dan TB pre-test dan post-test kedua kelompok namun IMT menunjukan hasil tidak bermakna pada pre-test dan post-test kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna BB,TB, dan IMT antara kelompok 1 dan kelompok 2
Efek Electro Convulsive Therapy (ECT) terhadap Daya Ingat Pasien Skizofrenia di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang Ikky Nabila Nandinanti; Yaslinda Yaunin; Siti Nurhajjah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i3.381

Abstract

Abstrak  ECT merupakan terapi kejang listrik dengan menghantarkan arus listrik pada elektroda dan dipasang pada kepala sehingga menyebabkan konvulsi. ECT terbukti dapat memperbaiki gejala skizofrenia, namun ECT juga memiliki efek samping terutama pada daya ingat. Tujuan  penelitian ini adalah mengetahui efek ECT terhadap daya ingat pasien skizofrenia. Metode : Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan jumlah sampel 15 orang penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. HB. Sa’anin Padang dengan teknik pengambilan consecutive sampling.Pemeriksaan daya ingat menggunakan Tes Memori Indonesia, dilakukan sehari sebelum ECT dan 2 jam sesudah ECT. Analisis data dengan uji T berpasangan. Gangguan daya ingat sebelum ECT terjadi pada 90% sampel dengan terganggu sedang pada kemampuan immediate memory, terganggu ringan pada kemampuan recent memory, dan terganggu berat pada remote memory. Gangguan daya ingat sesudah ECT terjadi pada seluruh sampel (100%) dengan terganggu sedang pada immediate memory, terganggu berat pada recent memory, dan terganggu berat padaremote memory. Uji hipotesis pada nilai kemampuan immediate dan recent memory menghasilkan nilai p 0,018 dan 0,031 (p < 0,05), berarti Ho ditolak, sedangkan nilai p remote memory 0,678 (p > 0,05), berarti Ho diterima. Kesimpulan adalah perbedaan daya ingat immediate dan recent memory pada pasien skizofrenia sebelum dan sesudah ECT, sedangkan kemampuan remote memory tidak mengalami perubahan.Kata kunci: skizofrenia, ECT, daya ingat Abstract ECT is an electric convulsive therapy by delivering electrical current to electrodes and mounted on the head causing convulsions. ECT shown to improve schizophrenia symptoms, but ECT also has side effects especially on memory. The objective of this study was to determine the effects of ECT on memory schizophrenic patients. Current study was conducted with analytic design with sample size was 15 schizophrenia people at RSJ Prof. HB. Sa'anin Padang using consecutive sampling technique. Examination of memory using Memory Tests Indonesia is made the day before and 2 hours after ECT then the results are presented descriptively and analyzed by paired T test. Our results showed an impaired memory before ECT occurs in 90% samples with moderate impaired in the ability ofimmediate memory, mild impaired in the ability of recent memory, and severe impaired in the ability of remote memory. Impaired memory after ECT occurs in all samples (100%) with moderate impaired in the ability of immediate memory, severe impaired in the ability of recent memory, and severe impaired in the ability of remote memory. We concluded,there are differences in immediate and recent memory in schizophrenic patients before and after ECT, while the ability of remote memory has not changed.Keywords:  schizophrenia, ECT, memory
Gambaran Sitologi Eksfoliatif Pada Apusan Mukosa Mulut Murid SD Negeri 13 Sungai Buluh Batang Anai Padang Pariaman Athika Rahmawati; Tofrizal Tofrizal; Yenita Yenita; Siti Nurhajjah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i2.809

Abstract

Sitologi eksfoliatif bertujuan untuk melihat keadaan sel terdeskuamasi. Secara fisiologis, sel-sel permukaan terus menerus terdeskuamasi karena jaringan tubuh terus mengalami pembaruan. Sitologi eksfoliatif dapat dilakukan di jaringan lunak rongga mulut seperti mukosa bukal, gingiva, labial dan lidah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran sitologi eksfoliatif pada apusan mukosa mulut murid Sekolah Dasar. Studi deskriptif ini dilakukan dengan metode cross sectional di SD Negeri 13 Sungai Buluh Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dari bulan Oktober 2017-Mei 2018. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan jumlah 38 orang. Hasil penelitian mendapatkan jenis leukosit pada apusan mukosa mulut adalah netrofil segmen (69,4%), limfosit (13,3%), netrofil batang (10%), dan dalam jumlah kecil monosit, dan eosinofil. Didapatkan variasi dari kepadatan leukosit pada sampel mulai dari 2 sel per lapang pandang hingga 194 sel per lapang pandang, dengan jumlah rerata seluruh sampel dalam 5 lapang pandang sebanyak 25 sel. Jenis sel epitel pada apusan mukosa mulut adalah sel intermediet (58,9%), superfisial (37,2%), dan dalam jumlah kecil parabasal, dan basal. Simpulan studi ini ialah jenis leukosit yang paling dominan adalah netrofil segmen dengan kepadatan leukosit bervariasi dan sel epitel yang paling dominan adalah sel intermediet.
IDENTIFIKASI MASALAH DAN PENYULUHAN KESEHATAN PADA LANJUT USIA DI NAGARI SUMANIAK Aisyah Elliyanti; Dian Pertiwi; Arina Widya Murni; Zelly Dia Rofinda; Yulistini Yulistini; Afriwardi Afriwardi; Eti Yerizel; Siti Nurhajjah; Elmatris Sy; Elizabeth Bahar
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.872 KB) | DOI: 10.25077/jhi.v2i1.354

Abstract

Pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia (lansia) perlu mendapatkan perhatian khusus, karena lansia rentan terhadap penyakit Tujuan: Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko penyakit dan memberikan penyuluhan pada kelompok lanjut usia di Kenagarian Sumanik. Metode: Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan lanjut usia dan pengkajian psikologis dengan menggunakan kuisioner DASS 42. Selanjutnya dilakukan penyuluhan kesehatan dengan harapan meningkatkan pengetahuan para lansia sehingga mampu mengidentifikasi tanda bahaya dan mendapat pertolongan lebih awal. Hasil: Kegiatan dihadiri oleh 63 orang warga, 31 orang diantaranya di atas usia 60 tahun. Hasil pemeriksaan ditemukan 22 orang mengalami hipertensi stadium 2, dan 5 orang menderita diabetes yang sebelumnya sudah diketahui akan tetapi kontrol tidak teratur. Pada pemeriksaan mata terdapat 25 orang menderita gangguan refraksi, 5 orang ekstensi lensa dan dirujuk ke RSUD melalui Puskesmas. Dari kajian psikologis didapatkan 5 orang memiliki gejala depresi, 15 orang dengan ansietas dan 48 orang mengalami stress-psikologis. Kesimpulan: Penyuluhan kesehatan sangat diperlukan terutama kelompok lanjut usia supaya lansia dapat mengenal tanda-tanda penyakit sehingga dapat pelayanan kesehatan lebih dini. Aktivitas fisik seperti berolahraga diperlukan namun lansia perlu mengetahui jenis olah raga yang tepat sesuai dengan usia.
SKRINING PENYAKIT KECACINGAN DAN GANGGUAN VISUS PADA SISWA SD DI KELURAHAN SUNGAI PISANG KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Cimi Ilmiawati; Siti Nurhajjah; Nur Afrainin Syah; Mohamad Reza; Efrida Efrida; Eka Nofita; Hasmiwati Hasmiwati; Selfi Renita Rusjdi; Nuzulia Irawati; Sukri Rahman; Elmatris Elmatris; Desmawati Desmawati; Nur Indrawaty Lipoeto; Afriwardi Afriwardi
BULETIN ILMIAH NAGARI MEMBANGUN Vol 2 No 4 (2019)
Publisher : LPPM (Institute for Research and Community Services) Universitas Andalas Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.025 KB) | DOI: 10.25077/bina.v2i4.114

Abstract

Sungai Pisang Village is a village that has only been accessible by smooth road roads in the past year in Padang City. Previously this village was only accessible by sea and by lousy road. This condition causes the Pisang River community to lag in socio-economic and health aspects. This activity aims to screen for worms in elementary school students in Sungai Pisang village because worms are closely related to environmental health and affect the quality of human resources experiencing growth and development. Screening for worms is carried out by examining fecal preparations. This activity also aims to check visual acuity in elementary students and make references for sharp vision correction to learn well. Visual acuity checks were carried out using a Snellen card. The results of the examination showed that 3/143 students had worms and 3/273 students had visual disturbances. Students with worms are recommended to go to the Puskesmas to be given deworming medicine, and students with visual impairments are facilitated for examination by an ophthalmologist and given glasses if needed.
UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP ZINC DAN PEMBERIAN ZINC KEPADA SISWA SD BUSTANUL ULUM PADANG Siti Nurhajjah; Nur Afrinin Syah; Afdal Afdal; Dewi Rusnita; Tofrizal Tofrizal; Dwisari Dillasamola; Desmawati Desmawati
BULETIN ILMIAH NAGARI MEMBANGUN Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : LPPM (Institute for Research and Community Services) Universitas Andalas Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/bina.v4i1.288

Abstract

Zinc is an essential micronutrient in the human body as a cofactor of about 300 enzymes. Zinc is very instrumental in the growth process, including maintaining the thymus so that atrophy is not fast. Zinc deficiency can affect the immune system. Zinc deficiency can be caused due to a lack of zinc intake. In theory, many factors affect zinc intake, among others, community knowledge, education, economy, diet, habits, and customs. Lambung Bukit Village is a fostered village of Andalas University. Most people in this village are classified as economically deficient because the community generally farms. The level of public knowledge about zinc is still lacking. This service aims to increase public knowledge of the importance of zinc on body health and the provision of zinc supplements to prevent zinc deficiency and is expected to reduce morbidity and mortality due to infection in children. This activity has been carried out at Bustanul Ulum Elementary School in Batu Busuk Village, Lambung Bukit Village, Pauh District, Padang City. Counseling conducted to 48 people (parents of students and teachers). Almost all parents' knowledge is lacking about zinc, the role, source of zinc, and its relation to several diseases. We hope this counseling can increase public knowledge about the importance of zinc on the body, mainly to prevent susceptibility to infections and any food sources that contain zinc. The results of a health examination by pediatricians found two students suffering from Congenital Heart Disease (CHD), poor oral hygiene, and many teeth carious students. Giving zinc syrup to children aged 7-10 years is expected to prevent zinc deficiency in children.
POLIMORFISTIE GEN TNF-q G-238A DAN IL-4 T-34C SERTA HUBUNGAN DENGAN KADAR IL-4 DAN TNF-q PASIEN PENYAKIT GRAVES Raveinal Raveinal; Siti Nurhajjah; Dwitya Elvira; Suci Maulida
Majalah Kedokteran Andalas Vol 37 (2014): Supplement 2 | Published in December 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4170.55 KB)

Abstract

Pendahuluan: Penyakit Graves adalah hipertiraidisme ditandai pembesaran tiroid difus dengan penyebab imunologi. Kondisi autoimun dengan adanya antibodi lmunoglobulin G (lgG) yang mengikat dan mengaktifkan reseptor tirotropin. Pemberian PTU dapat menurunkan hormon tiroid mencapai normal akan tetapi kadar lL-4 tidak pernah mencapai nilai normal. Penyakit Graves di Taiwan didapatkan polimorfisme gen promotor sitokin TNF-q G-238A, sedangkan gen IL-4 tidak berbeda dibanding kontrol sehat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui danmenganalis polimorfrsme TNF-o G-238A dan gen ll-i T-34C serta hubungannya dengan antibcCr tiroid, kadar lL-4 dan TNF-q pasien penyakit Graves. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan jumlah sampel 35 orang pasien penyakit Graves di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Darah vena diambil sebanyak 10 cc untuk isolasi DNA, kadar TNF-q dan lL-4. Pemeriksaan polimorfisme gen gen TNF-o G-238Adan IL-4 T-34C dengan teknik PCR-RFLP menggunakan enzym retriksi /'lzlsp/ dan Mnll serta dielektroporesis pada agarose 2%. Pemeriksaan TNF-q dan kadar IL-4 rnengunakan teknik ELISA. Analisis statistik untuk polimorfisme gen dengan uji Chi-Square dan untuk melihat hubungan antar variabel menggunakan uji ANOVA. Hasil: Didapatkan polimorfisme TNF-q G-238A dengan distribusi alel GG (91,4%), GA (8,6%) dan AA (0%). Frekuensi alel G adalah 95,99% dan alel A 4,3%.Rerata kadar TNF-q adalah 62,8+16,6 pg/ml. Polimorfisme gen lL-4 T-34C dengan distribusi alel TT t28,6 % ),TC ( 28,6 oA ), CC (42,9 %). Frekuensi alel T adalah 42,9 % dan alel C adalah 57,1 %. Rerata kadar lL-4 adalah sebesar 22,8 t9,4 pg/ml. Kesimpulan: penelitian ini dapat disimpulkan bahwa polimorfisme gen lL-4 T-34C lebih tinggi didapatkan pada penderita penyakit Graves dan terdapat kaiian antara polimorfisme gen inidengan peningkatan kadar IL-4. Kemungkinan adanya kaitan antara polimorfisme gen lL-4 T-34C dengan kejadian penyakit Graves.
POLIMORFISME GEN TNF-α -308G>A PADA PENDERITA SINDROM DOWN Siti Nurhajjah; Safrina D Ratnaningrum; Farmaditya EP Mundhofir; Sultana MH Faradz
Majalah Kedokteran Andalas Vol 37, No 1 (2014): Published in May 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.33 KB) | DOI: 10.22338/mka.v37.i1.p44-49.2014

Abstract

Penderita sindrom Down (SD) sering mengalami gangguan sistem imun, yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi, tingginya angka kesakitan dan kematian. Polimorfisme gen TNF-α -308G>A berkaitan dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui polimorfisme gen TNF-α -308G>A pada penderita SD di Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan jumlah sampel 68 orang (34 penderita SD dan 34 kontrol) yang ada di laboratorium CEBIOR. Pemeriksaanpolimorfisme gen ini dilakukan dengan menggunakan metode PCR-RFLP dan enzim retriksi NcoI serta dielektroporesis pada gel agarose 2%. Polimorfisme gen TNF-α -308G>A pada penderita SD didapatkan 4,4%, sedangkan pada kelompok kontrol 2,9%. Polimorfisme gen TNF-α -308G>A pada penderita SD ditemukan di daerah ini lebih rendah dibandingkan dengan tempat lain. Kemungkinan adanya perbedaan etnik mempengaruhi kejadian polimorfisme gen TNF-α pada populasi di Indonesia dibandingkan dengan populasi di Caucasia.
KARAKTERISTIK PENDERITA RETARDASI MENTAL DI SLB KOTA BUKITTINGGI Raysa Ramayumi; Adnil Edwin Nurdin; Siti Nurhajjah
Majalah Kedokteran Andalas Vol 37, No 3 (2014): Published in December 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.045 KB) | DOI: 10.22338/mka.v37.i3.p181-186.2014

Abstract

AbstrakRetardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap yang dikarakteristikkan dengan tingkat IQ dibawah 70-75. Frekuensi penderita retardas mental pada laki-laki lebih tinggi. Retardasi mental dapat disebabkan oleh aspek biologis yang mencakup gangguan kromosom dan genetik. Sindrom Down merupakan salah satu bentuk retardasi mental berat yang terkait dengan usia ibu saat hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita retardasi mental di SLB Kota Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang yang diambil dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan melalui data dasar siswa berupa jenis kelamin dan usia ibu saat hamil serta tes IQ yang kemudian dikategorikan berdasarkan derajat retardasi mental Hasil dari penelitian ini dengan 46 sampel yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan bahwa frekuensi laki-laki dengan perempuan sama, 41,3% termasuk derajat retardasi mental ringan, dan 34,8% dari ibu penderita hamil pada usia lebih dari 35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian penderita memiliki derajat retardasi mental ringan, dengan usia ibu saat hamil pada usia lebih dari 35 tahun.AbstractMentally retardated is a state of mental development stalled or incomplete which characterized by an IQ level below 70-75. Frequency mentally retarded of male is higher. Mentally retardated caused by biological aspects that include chromosomal and genetic disorders. Down syndrome is a severe form of mentally retardated associated with maternal age. This study aims to investigate the characteristics of individuals with mentally retardated at special school in Bukittinggi. This study used a descriptive design and 50 people with random sampling. Data was collected through student basic data such as gender and maternal age and IQ tests were then categorized based on the degree of mentally retardated. The results of 46 samples that complied inclusion criteria was found that the frequency of male same with female, 41.3% including the degree of mild mentally retardated, and 34.8% of maternal age is over than 35 years old. This study concluded that most individuals have a mild degree of mentally retardated, with maternal age is over than 35 years old.