Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

MUTU ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJI KAYU Pari, Gustan; Widayati, Diah Tri; Yoshida, Masato
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 27, No 4 (2009): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2009.27.4.381 - 398

Abstract

Tulisan ini mengemukakan hasil penelitian pembuatan arang aktif  dari serbuk gergaji kayu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama waktu aktivasi terhadap hasil dan mutu arang aktif yang dihasilkan dari arang serbuk kayu gergajian. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan retor yang terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan elemen listrik pada suhu 700, 800 dan 900 oC dengan lama waktu aktivasi masing-masing selama 30, 60 dan 90 menit. Bahan pengaktif yang digunakan adalah larutan H3PO4 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik untuk membuat arang katif dihasilkan pada suhu 900oC, dengan lama waktu aktivasi 90 menit, yang menghasilkan rendemen sebesar 11,33%, kadar air 19,26%, kadar abu 41,90%, kadar zat terbang 9,25%, kadar karbon terikat 48,85%. Daya serap arang aktif  terhadap benzena sebesar 10,93%, CHCl3   sebesar 30,38%, daya serap iodium 1171,5 mg/g (memenuhi syarat standar Jepang) dan daya serap terhadap biru metilena sebesar 149,98 mg/g. Berdasarkan sifat dan besarnya daya serap terhadap biru metilena, maka arang aktif dari serbuk gergaji kayu ini dapat digunakan untuk penjernihan zat warna dan sebagai campuran pohon ternak.
EVALUASI PAKAN SUPLEMEN MINYAK IKAN LEMURU DAN HIDROLISAT DARAH TERPROTEKSI BERDASARKAN KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK DI DALAM RUMEN DAN PASCA RUMEN Pramono, Ahmad; Kustono, Kustono; Widayati, Diah Tri; Putro, P P; Hartadi, Hari
Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan Vol 14, No 1 (2016): Sains Peternakan
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/sainspet.v14i1.8776

Abstract

Increased of ruminants energy intake can be conducted by increasing the energy density of feed by using fat (oil). Protein intake can be enhanced by increasing of protected protein that escapes degradation by rumen microbes. The Aim of this research was to evaluate protected of feed supplement based on dry matter digestibility (KcBK), organic matter digestibility (KcBO) in vitro in the rumen and post-rumen. Protected feed supplement was produced from sardine fish oil and hydrolyzed blood , throught two protection methodes. It was saponification and microencapsulation. This research uses a completely randomized design with 3 treatments (feed supplements protected, soybean meal and pangola grass), which each treatment was repeated 5 times. The results in the first step (rumen) of the protected feed supplement showed that has dry matter digestibility 24.46% and organic matter digestibility 57.17%, soybean meal has dry matter digestibility 75.20% and organic matter digestibility 75.66%, and pangola grass has dry matter digestibility 50 , 81% and organic matter digestibility 59.21%. In the second step (post rumen) the digestibility of protected feed supplement has dry matter digestibility 69.04% and organic matter digestibility 66.71 72.76%, soybean meal has dry matter digestibility 90.38% and organic matter digestibility 88.23%, and the grass pangola have KcBK 63.24% and KcBO 59.21%. The results could be concluded that in the rumen protected feed supplementation is the most microbial degradation resistant compared the other and it can be degraded and digested in the abomasum to the small intestine. 
MUTU ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJI KAYU Pari, Gustan; Widayati, Diah Tri; Yoshida, Masato
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 27, No 4 (2009): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2009.27.4.381-398

Abstract

Tulisan ini mengemukakan hasil penelitian pembuatan arang aktif  dari serbuk gergaji kayu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama waktu aktivasi terhadap hasil dan mutu arang aktif yang dihasilkan dari arang serbuk kayu gergajian. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan retor yang terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan elemen listrik pada suhu 700°C, 800°C dan 900°C dengan lama waktu aktivasi masing-masing selama 30, 60 dan 90 menit. Bahan pengaktif yang digunakan adalah larutan H3PO4 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik untuk membuat arang katif dihasilkan pada suhu 900°C, dengan lama waktu aktivasi 90 menit, yang menghasilkan rendemen sebesar 11,33%, kadar air 19,26%, kadar abu 41,90%, kadar zat terbang 9,25%, kadar karbon terikat 48,85%. Daya serap arang aktif  terhadap benzena sebesar 10,93%, CHCl3   sebesar 30,38%, daya serap iodium 1171,5 mg/g (memenuhi syarat standar Jepang) dan daya serap terhadap biru metilena sebesar 149,98 mg/g. Berdasarkan sifat dan besarnya daya serap terhadap biru metilena, maka arang aktif dari serbuk gergaji kayu ini dapat digunakan untuk penjernihan zat warna dan sebagai campuran pohon ternak.
MUTU ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJI KAYU Gustan Pari; Diah Tri Widayati; Masato Yoshida
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 27, No 4 (2009): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2009.27.4.381-398

Abstract

Tulisan ini mengemukakan hasil penelitian pembuatan arang aktif  dari serbuk gergaji kayu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama waktu aktivasi terhadap hasil dan mutu arang aktif yang dihasilkan dari arang serbuk kayu gergajian. Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan menggunakan retor yang terbuat dari baja tahan karat yang dilengkapi dengan elemen listrik pada suhu 700°C, 800°C dan 900°C dengan lama waktu aktivasi masing-masing selama 30, 60 dan 90 menit. Bahan pengaktif yang digunakan adalah larutan H3PO4 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik untuk membuat arang katif dihasilkan pada suhu 900°C, dengan lama waktu aktivasi 90 menit, yang menghasilkan rendemen sebesar 11,33%, kadar air 19,26%, kadar abu 41,90%, kadar zat terbang 9,25%, kadar karbon terikat 48,85%. Daya serap arang aktif  terhadap benzena sebesar 10,93%, CHCl3   sebesar 30,38%, daya serap iodium 1171,5 mg/g (memenuhi syarat standar Jepang) dan daya serap terhadap biru metilena sebesar 149,98 mg/g. Berdasarkan sifat dan besarnya daya serap terhadap biru metilena, maka arang aktif dari serbuk gergaji kayu ini dapat digunakan untuk penjernihan zat warna dan sebagai campuran pohon ternak.
MPPA (Most Probable Producing Ability) Estimation of Kebumen Ongole Crossbred Cattle based on Offsprings Weaning Weight Sumadi Sumadi; Nono Ngadiyono; Diah Tri Widayati; Cuk Tri Noviandi; Akhmad Fathoni; Mukhamad Khusnudin
Jurnal Sain Veteriner Vol 34, No 2 (2016): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6712.99 KB) | DOI: 10.22146/jsv.27561

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghitung nilai MPPA induk pada sapi PO Kebumen. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2015 di wilayah Urut Sewu, Kebumen. Materi penelitian yang digunakan adalah data recording tiga tahun terakhir (2013-2015) terdiri dari 41 ekor pejantan, 51 induk dan 244 pedet. Data berat sapih anak sebelumnya telah dikoreksi berdasarkan umur induk, jenis kelamin dan umur penyapihan 120 hari. Ripitabilitas dihitung menggunakan metode korelasi antarkelas. Nilai MPPA induk dihitung berdasarkan nilai ripitabilitas berat sapih keturunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ripitabilitas berat sapih anak termasuk dalam kategori tinggi (0.32 ± 0.15). Nilai MPPA induk sapi PO Kebumen kemudian dihitung menggunakan nilai tersebut dan juga rata-rata performan populasi (83.45 kg). Dihasilkan 10 besar induk sapi PO Kebumen dengan nilai MPPA tertinggi. Nilai MPPA kemudian diurutkan dari nilai tertinggi ke terendah. Nilai MPPA tertinggi dimiliki oleh SAJ0315078 (110.69) dan terendah dimiliki oleh TA1112020 (97.20). Hasil dari penelitian ini kemudian dapat digunakan sebagai dasar dalam seleksi induk sapi PO Kebumen di dalam populasinya.
Pengaruh Penambahan Chorionic Gonadotrophin pada Medium Maturasi terhadap Kemampuan Maturasi, Fertilisasi, dan Perkembangan Embrio secara In Vitro Kambing Peranakan Ettawa (The Effect of Chorionic Gonadotrophin Addition Into Maturation Medium on The Abili Nurvina Septi Adifa; Pudji Astuti; Diah Tri Widayati
Buletin Peternakan Vol 34, No 1 (2010): Buletin Peternakan Vol. 34 (1) Februari 2010
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v34i1.101

Abstract

This research was conducted to investigate the effect of chorionic gonadotrophin addition into maturation medium on oocyte maturation, fertilization, and embryo development in vitro of Ettawa crossbred. Oocytes were divided into 3 groups, group I: maturation medium without addition of chorionic gonadotrophin (0), group II: 10 μl/10 ml chorionic gonadotrophin was added into maturation medium (1), group III: 20 μl/10 ml chorionic gonadotrophin was added into maturation medium (2). Oocytes were transferred into 50 μl maturation medium, then covered by mineral oil. Oocyte was incubated at 39oC, 5% CO2, 95% humidity for 24 hours for maturation. Matured oocytes were inseminated with frozen semen–thawed concentration 12.5 x 106/ml. Process of fertilization were carried out on incubator 39oC, 5% CO2, 95% humidity for 5 hours. The fertilized oocytes were transferred into 50 μl drop G–1, then incubated at 39oC, 5% CO2, 95% humidity. Embryo development was monitored every 24 hours. Culture medium was changed every 48 hours. G–2 medium used second day after culture. The variables measured involved oocyte maturation, fertilization, and in vitro cleavage rate. The data were analyzed by chi–square, using SPSS 15.0 program. The result showed no significant difference on the percentage of mature oocytes and fertilization rate were 78.0%, 72.8%, 75.0% and 76.6%, 74.5%, 77.8% respectively. But cleavage rate showed significant difference (P≤0.05) withthe values of 40.8%, 11.4%, and 12.2% respectively. Based on the result it could be concluded that chorionic gonadotrophin addition into maturation medium had not increased ettawa crossbred oocytes maturation, fertilization, and in vitro cleavage rate. The best maturation, fertilization, and in vitro cleavage rate were found using maturation medium without any addition of chorionic gonadotrophin.(Key words: Does oocyte, Chorionic gonadotrophin, In vitro maturation, In vitro fertilization, In vitro embryo development)
Kinerja Reproduksi Ternak Kuda Kerja di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Reproductive Performances of Working Mare at Bantul Regency, Yogyakarta Special Province) Arif Setyobudi; Kustono (Kustono); Diah Tri Widayati
Buletin Peternakan Vol 33, No 3 (2009): Buletin Peternakan Vol. 33 (3) Oktober 2009
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v33i3.110

Abstract

The experiment was conducted to determine reproductive performances of working mare at Bantul Regency, Yogyakarta Special Province. One hundred and fourten mares were used in the experiment coming from 94 respondens.Samples were collected from district of Sewon, Banguntapan and Pleret. The parameters observed were first mating age, service per conception (S/C), postpartum mating (PPM), foaling interval (F/I), body weight, working hours, andfeed consumption. The collected data were analyzed descriptively. The average of first mating age, service per conception (S/C), postpartum mating (PPM), foaling interval (FI) were 31.42±4.62 months, 2.85±0,81; 94.69±32.42days; 493.65 ± 43.01 days (ranged in 1-5 S/C; 35-180 days; 395-594 days); body weight, working hours, and feed consumption were 273.65±43.64 kg, 8 hours 11 minutes/day, 16.02±2.17 kg respectively. The conclusion of theexperiment were that the reproductive performances of working horse at Bantul Regency in Daerah Istimewa Yogyakarta is generally less than the normal performances reproductive of horse.(Key words: Reproduction performance, Working horse, Bantul Regency)
KARAKTERISTIK DAN ORGAN REPRODUKSI BETINA KANGURU POHON KELABU (Dendrolagus inustus) DI PAPUA Johan Fredrik Koibur; Kustono (Kustono); Diah Tri Widayati
Buletin Peternakan Vol 35, No 1 (2011): Buletin Peternakan Vol. 35 (1) Februari 2011
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v35i1.586

Abstract

Lima ekor betina Kanguru Pohon Kelabu (Dendrologus inustus) dewasa dengan rerata umur 1 s/d 2,5 tahun, bobot badan 10,83 kg dan panjang tubuh 72,8 cm, dibedah memakai peralatan bedah dan diambil organ reproduksinya. Karakteristik organ reproduksi didokumentasikan dengan kamera digital, diukur dan ditimbang. Penelitian ini menggunakan metode studi eksperimen deskriptif dengan teknik studi kasus. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan korelasi bagi beberapa informasi yang dibutuhkan lalu ditampilkan dalam nilai rerata dan standar deviasi (SD). Hasil pengamatan diperoleh panjang organ reproduksi betina D. inustus berkisar 18,88±0,78 cm (kiri) dan 19,00±0,78 cm (kanan) dengan panjang ovarium berkisar 1cm (kiri/kanan) dengan berat berkisar 0,59±0,85 g (kiri) dan 1g (kanan). Diameter dan panjang tuba fallopi, cornu uteri, corpus uteri, dan serviks masing-masing adalah: 0,57±0,01 mm (kiri) dan 0,60±0,01 mm (kanan), dan 3,00 (kiri) dan 3,26±0,18 cm (kanan); 0,54±0,02 mm (kiri) dan 0,56±0,02 mm (kanan), dan 4cm (kiri) dan 4,8±0,45 cm (kanan); 1,16±0,09 mm (kiri) dan 1,3±0,12 mm (kanan), dan 1cm; 0,3mm (kiri/kanan) dan 3cm (kiri/kanan), sedangkan panjang vagina dan vulva berturut-turut adalah 4 dan 2 cm. Hasil studi menunjukkan bahwa bentuk dan model organ reproduksi D. inustus menyerupai organ betina mamalia. 
Profil Hormon Progesteron dan Estrogen pada Kambing Peranakan Etawah yang Disinkronisasi Estrus dengan Implan Controlled Internal Drug Release Sunendar (Sunendar); Diah Tri Widayati; Aris Junaidi
Buletin Peternakan Vol 32, No 1 (2008): Buletin Peternakan Vol. 32 (1) Februari 2008
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v32i1.1242

Abstract

File lengkap ada dalam bentuk PDF dibawah ini
Pengaruh Ukuran Folikel terhadap Qualitas Oosit Sapi Peranakan Ongole dan Kemampuan Maturasi In Vitro Diah Tri Widayati
Buletin Peternakan Vol 23, No 3 (1999): Buletin Peternakan Vol. 23 (3) Agustus 1999
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v23i3.1641

Abstract

Artikel dalam bentuk PDF