Agus Trianto
Department Of Marine Science, Faculty Of Fisheries And Marine Science, Diponegoro University, St. Prof. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang 50269, Central Java, Indonesia

Published : 40 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Antibacterial Activities of the Extracts of Sponge-Associated Fungus Trichoderma longibrachiatum against Pathogenic Bacteria Sedjati, Sri; Ambariyanto, Ambariyanto; Trianto, Agus; Supriyantini, Endang; Ridlo, Ali; Bahry, Muhammad Syaifudien; Wismayanti, Gita; Radjasa, ocky Karna; McCauley, Erin
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 15, No 2 (2020): August 2020
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.v15i2.438

Abstract

This study aims to explore the antibacterial potential of a sponge-associated fungus Trichoderma longibrachiatum isolated from Ternate waters, North Maluku, Eastern Indonesia. Various culture media were used to stimulate the production of secondary metabolites in T. longibrachiatum. The isolate was cultured in various media for 6-9 days. Then, the antibacterial activities of the ethyl acetate extracts were assayed against pathogenic bacteria of Multi-Drug Resistant (MDR) strain (Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, and Bacillus cereus). The results showed that all extracts had similar profiles on the thin layer chromatography. However, two of the most potent extracts were produced from the PCA and MEA media for 9 days. These extracts inhibited methicillin-resistant S. aureus (MRSA) (12.48 mm and 12.27 mm); B. cereus (12.11 mm and 12.12 mm); K. pneumoniae (12.40 mm and 10.76 mm); and P. aeruginosa (11.59 mm and 8.69 mm) at concentrations 500 mg/disc. In conclusion, the fungus T. longibrachiatum that was cultured in PCA and MEA media had the potential to produce antibacterial compounds against MDR pathogens and both had similar compounds.  Meanwhile, the  ethyl acetate extracts from fungus cultured in the TPA and TA media were inactive against all tested bacteria
Struktur Komunitas Juvenil Ikan Di Perairan Betahwalang, Demak Jawa Tengah Sucipto, Elfanando Rizky Juliantara; Taufiq-Spj, Nur; Trianto, Agus
Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i4.31012

Abstract

Siklus hidup ikan terdapat 3 tahapan hidup yaitu larva, juvenil, dan ikan dewasa. Ekosistem mangrove sangat berperan dalam kehidupan larva ikan yaitu sebagai habitat alami, sebagai tempat mencari makan, tempat asuhan dan berkembang biak larva ikan. Distribusi juvenil ikan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, pasang surut, dan perbedaan musim. Pasang surut juga membantu juvenil ikan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari sumber makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis, kelimpahan dan indeks ekologi juvenil ikan pada musim hujan dan musim kemarau pada saat pasang dan surut di perairan Desa Betahwalang Demak. Pengambilan sampel pada musim kemarau pada bulan Maret 2019 dan pada musim hujan pada bulan Juli 2019 menggunakan metode random sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 stasiun dengan setiap stasiun dilakukan dua kali pengambilan sampel mengikuti jadual (pasang dan surut), sampel diambil dengan menggunakan larva net yang ditarik menggunakan sopek. Kelimpahan juvenil ikan tertinggi ditemukan pada stasiun 3 musim hujan saat pasang yaitu Famili Gobiidae dengan 3 individu/1000 m2 dan kelimpahan paling sedikit pada stasiun 1 musim kemarau saat surut yaitu Famili Ambassidae dengan 0,3 individu/1000 m2. Tingkat keanekaragaman (H’) juvenil ikan pada musim hujan dan kemarau saat pasang dan surut termasuk kategori rendah hingga sedang, indeks keseragaman (E) termasuk dalam kategori rendah hingga sedang, dan indeks dominansi (C) termasuk dalam kategori rendah hingga sedang. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa perairan Desa Betahwalang dalam kondisi yang rawan akan kerusakan hal ini terjadi dikarenakan indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi (C) termasuk dalam kategori rendah hingga sedang. Fish has 3 life stages namely larvae, juvenile, and adult fish. Mangrove Ecosystem is very important to the life of fish larvae, mangrove ecosystem acts as a natural habitat, place to find food, fish nursery and place to reproduce. The juvenile distribution highly influenced by enviromentarl factors such as temperature, pH, salinity, tides, and seasonal differences. Tides also help juvenile fish to move from place to place in search of food sources. The purpose of this study was to study the types, abundance, and ecological index of fish juvenile in dry and wet season (High and low tide) on Betahwalang waters. The study was conducted in dry season on March 2019 and rain season on July 2019 using a random sampling method consisting of four sampling stations where each station consists of two repitition (high and low tide). The highest abundance found at stasion 3 in high tide rain season are Gobiidae family with 3 individual/1000 m2 and the lowest abundance found at stasion 1 in low tide dry season are Ambassidae family with 0,3 individual/1000 m2. The level of variation (H') of fish juvenile in the low to medium category, the uniformity index (E) is included in the low to medium category, and the domiance index (C) is also in the low to medium category (stasion 2 in the low category). The result of the study show that the waters in Betahwalang Village, Demak is still in stable condition.
Evaluation of antimicrobial activity and identification of yellow pigmented marine sponge-associated fungi from Teluk Awur, Jepara, Central Java Mada Triandala Sibero; Desy Wulan Triningsih; Ocky Karna Radjasa; Agus Sabdono; Agus Trianto
Indonesian Journal of Biotechnology Vol 21, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1137.767 KB) | DOI: 10.22146/ijbiotech.26058

Abstract

Marine sponge associated fungi are known as potential source of metabolites with various biological activities. Natural pigment is one of metabolite which produced by microorgisms. Several researches reported the antimicrobial activity from natural pigment. Unfortunatelly there are lack of information about marine fungi natural pigment and its producer. The aims of this research were to identify yellow pigmented Indonesian marine sponge-associated fungi, to extract the pigment, and to study the antimicrobial activity of the pigment against clinical MDR bacteria and clinical pathogenic fungi. Sponge associated-fungus isolate MT23 was successfully identified as Trichoderma parareesei. The fungal pigment could be extracted only in methanol with yield 6,22±0,29%. The pigment could inhibitted S. typhi and E. coli MDR strains. The biggest antibacterial activity was shown by concentration 1000µg/mL against S. typhi with inhibition zone was 4.03±0.06 mm.
Skrining Bahan Anti Kanker pada Berbagai Jenis Sponge dan Gorgonian Terhadap L1210 Cell Line Agus Trianto; Ambariyanto Ambariyanto; Retno Murwani
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 3 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.778 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.3.120-124

Abstract

Sejarah evolusi yang panjang pada biota laut menyebabkan biota laut mempunyai keanekaragaman molekul yang sangat tinggi. Potensi biota laut tersebut sebagai sumber obat anti kanker menjadi objek penelitianpenting dalam tahun-tahun terakhir. Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sponge dan gorgonian yang dikoleksi dari perairan Jepara pada kedalaman 1-3 m dan di perairan Labuhan Bajo, Florespada kedalaman 3-38 m. Sampling dilakukan dengan Skin diving dan SCUBA diving. Sampel kemudian diekstrak dengan metanol. Selanjutnya ekstrak diujikan terhadap sel kanker leukemia (L-1210 cell line) dengankonsentrasi 0, 1, 5 dan 10 ppm. Uji dilakukan pada media RPMI lengkap dan penghitungan daya hambat dilakukan dengan metoda direct counting. Ekstrak yang diperoleh dari sponge dan gorgonian berkisar antara 0,55 – 24,7% dari berat kering atau 0,36-7,34% dari berat basahnya. Seluruh ekstrak dari sampel-sampel mampu menghambat pertumbuhan L1210 cell line dan layak untuk pemurnian lanjut. Ekstrak metanol tiga jenis sponge (Xestospongia sp2 dan Phyllospongia sp1 dan UP8) dan fraksi etil asetat dari ekstrak gorgonian I. hippuris mempunyai IC-50 < 3 mg/mL, ekstrak metanol dari delapan jenis sponge (Agelas nakamurai, Ircina ramosa, A06, Phyllospongia lamellosa , Phyllospongia sp, UP9, Calispongia sp dan Fascaplynopsis sp) mempunyai IC-50 < 5 mg/mL, dan ekstrak metanol dari lima jenis sponge (Hyrtios erecta, Xestospongia sp, Cladocroce sp, Oceanapia cf. Amboiensis dan Haliclona sp.) dan fraksi air dari ekstrak gorgonian I. Hippuris mempunyai IC-50 < 10 mg mL Satu sponge Xestospongia sp 1 mengandung ekstrak yang mempunyai IC - 50 > 10 mg/mL.Kata kunci : Sponge, Gorgonian, L-1210, sel kanker, IC-50The long history of the evolution of marine organisms has made these organisms as a source of high molecular diversity. In search of a new anti cancer drugs, these organisms has become an intense object of research.Sponges and the gorgonian were colllected from Jepara and Labuan Bajo-Flores water on a depth of 1-3 m and 3-38 m repectively by Skin and SCUBA diving. The samples were extracted with methanol. Theextract were assayed against cancer cell (L-1210 cell line) with tested concentration range of 0, 1, 5 and 10 ppm. The cell line was cultured in complete RPMI media and growth inhibition was measured by directcounting. Methanol extract of sponges and gorgonian yielded approximately 0.55 – 24.7 % dry weight or 0,36 – 7.34 % wet basis. All methanol extract of the samples could inhibit the growth of L1210 cell line and is potential for further purification. Methanol extract from 3 species of sponges (Xestospongia sp2 dan Phyllospongia sp1 and UP8) and one ethyl acetate fraction of I. hippuris had IC-50 value < 3 mg/mL. Methanol extract of 8 species of sponges (Agelas nakamurai, Ircina ramosa, A06, Phyllospongia lamellosa, Phyllospongia sp, UP9, Calispongia sp dan Fascaplynopsis sp) had IC-50 < 5 mg/mL, methanol extract of 5 species of sponges (Hyrtios erecta, Xestospongia sp, Cladocroce sp, Oceanapia cf. Amboiensis and Haliclona sp.) and one water extract of I. hippuris had IC-50 < 10 mg mL. Methanol extract of one species of sponge (Xestospongia sp 1) had IC-50 > 10 mg/mL.Key words : Sponge, Gorgonian, L-1210, Cancer cell, IC-50
Screening of Antibacterial MDR derived from Sponge Associated Fungus of Riung Water, Nusa Tenggara Timur Khoeruddin Wittriansyah; Agus Trianto; Sekar Widyaningsih; Ocky Karna Radjasa; Rudhi Pribadi
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 21, No 4 (2016): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.952 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.21.4.%p

Abstract

Marine sponge-associated fungi are the sources of bioactive compounds with various pharmacologicals potency. This study aimed to isolate the sponge-associated fungi as the producer of the MDR anti-bacterial compounds.  The associated fungi were isolated from the sponges collected from Riung water, Nusa Tenggara Timur. Five of the best isolates were cultured on MEA to obtain the methanolic extract for further studies.  The antagonistic test was conducted using overlay method towards the MDR Staphylococcus aureus and Escherichia coli. A total of 33 fungi were isolated from 19 sponge specimens. The antagonistic test showed that 19 isolates were active against both S. aureus and E. coli, and 13 of them were merely active against one of the bacteria. However, only five isolates have strong activity against one or both of the bacteria.  The KN-15-3 had the strongest activity against S. aureus (18.75±0.777mm) and E. coli (15.10±0.141mm) at the concentration of 400 μg.disc-1 so it can be developed further as a source of drug candicate.  Keywords: Fungi symbiont, Sponges, MDR Antibacterial, Staphylococcus aureus,  Escherichia coli.
The Potential of Cytotoxin and Antiviral in Sargassum polycystum and Sargassum ilicifolium’s Polysaccharides Extract Dwi Lestari Widya Ningsih; Agus Trianto; Ita Widowati; Rexie Magdugo; Anicia Hurtado; Christel Marty; Nathalie Bourgougnon
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 25, No 3 (2020): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.25.3.91-96

Abstract

Marine algae known as one producers of bioactive compounds.  This study aims to analyze the cytotoxicity and antiviral activity in Sargassum polycystum and Sargassum ilicifolium tested with Herpes Simplex Virus (HSV).   The polysaccharides extract of algae was used in this study, as sulfated polysaccharides have been reported has bioactivity.  Cytotoxicity either antiviral could be correlated with the sulfate content as well as nature and chemical composition of the polysaccharides. Cytotoxicity and antiviral analysis based upon cell viability. Using the Vero cell / HSV-1 model, cytotoxicity was evaluated by incubating cellular suspensions (3.5×105 cells.mL-1) with various dilutions (concentration from 1 to 500 µg.mL-1, four wells per concentration) of fractions in 96-well plates (72h, 37°C, 5% CO2) in Eagle's MEM containing 8% FCS.  The cells were examined daily under a phase-contrast microscope to determine the minimum concentration of hydrolysate dry matter that induced alterations in cell morphology, including swelling, shrinkage, granularity and detachment. Algae S. illicifolium was found to have the highest cytotoxic content in each solution compared to S. polycystum. Algae S. illicifolium in KOH 4M (cellulose) reached 2,707 µg.ml-1, then HCl pH 2 (fucoidan) was 2,477 µg.ml-1, then CaCl2 2% (fucoidan) was 2,362 µg.ml-1, and in Na2CO3 3% (alginates) was 2,134 µg.ml-1. For antiviral, S. polycystum contained the highest antiviral compounds compared to S. illicifolium with KOH 4M (cellulose) solution was reached 67.02 µg.ml-1.  Then in Na2CO3 3% (alginates) which was 33.25 µg.ml-1, then CaCl2 2% (fucoidan) which was 31.62 µg.ml-1,and HCl pH 2 (fucoidan) was 30.08 µg.ml-1.  After all, the highest bioactivity compounds was found with KOH 4M (cellulose) for  cytotoxicity in S. ilicifolium and antiviral activity in S. polycystum.
Laju Pertumbuhan dan Kelulushidupan Transplan Spons Amphimedon sp. (Growth and Survival of Sponge Amphimedon sp. Transplants) Agus Trianto; Radisya N Nissa; Diah Permata Wijayanti; Azis Rifai; Dwi Haryo Ismunarti; Destio .
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 4 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.274 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.4.225-230

Abstract

Spons adalah salah satu sumber bahan hayati laut yang potensial. spons Amphimedon sp. terbukti memiliki potensi sebagai senyawa bioaktif anti kanker. Namun, pemanfaatan spons dari alam akan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan, khususnya populasi organisme tersebut. Melalui budidaya spons dapat diaplikasikan untuk menyediakan bahan bioaktif dalam jumlah yang cukup secara berkesinambungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan spons Amphimedon sp. yang dibudidayakan melalui transplantasi secara in situ di perairan Pulau Panjang, Jepara, Jawa Tengah. Spons ditransplantasikan pada perairan laut dengan jarak 6 m dan 1 m dari dasar, dengan 2 ukuran awal eksplan (3cm x 3cm x 1,5cm dan 6cm x 6cm x 1,5cm). Laju pertumbuhan dihitung berdasarkan pertambahan volume eksplan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran awal eksplan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan. Sebaliknya, perbedaan kedalaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan spons. Laju pertumbuhan eksplan spons Amphimedon sp berkisar 3,01±1,60 cm3.hari-1 sampai dengan 3,43±1,08 cm3.hari-1. Kelulushidupan eksplan spons mencapai 100%. Hasil ini menegaskan bahwa untuk usaha budidaya spons sebaiknya menggunakan ukuran awal eksplan besar. Disamping itu perairan Pulau Panjang terbukti memiliki perairan yang sesuai untuk budidaya spons. Kata kunci: akuakultur, eksplan, spons, bahan bioaktif  Sponge is known as important marine natural product sources. Sponge Amphimedon sp. has been proven to have anticancer substances. However, direct exploitation of sponge from nature will give a bad impact to the marine environment. Sponge aquaculture can be applied for sufficiently and sustainably supply of bioactive compounds. In order to obtain data on growth and survival rates of transplanted sponge Amphimedon sp. in Panjang Island-Jepara waters, this in situ research was conducted. The sponges were explanted  at 6 m and 1 m above the sea floor with two initial approximate size (3cm x 3cm x 1.5cm and 6cm x 6cm x 1.5cm). The growth rate was indicated by volumetric increment. The results showed that initial explants size gave a significant effect on the growth rates of the sponge. On the other hand, two different depths of culture did not give significant effect. The explant growth rates range from 3.01±1.60 cm3.day-1 to  3.43±1.08 cm3.day-1. Survival rate of the sponge during the experiment was 100%. This result confirms that for the cultivation of sponges should use larger explants initial size. It also suggests that Panjang Island water has proven suitable for sponges cultivation activities. Keywords: aquaculture, explant, sponges, bioactive substance
Skrining Beberapa Jenis Spons Sebagai Upaya Pencarian Bahan Bioaktif Antijamur Aspergillus flavus dan Candida albicans Aziz Rifai; Irene Ulsadriatny; Lilik Maslukah; Elis Indrayanti; Sri Sedjati; Agus Trianto
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 4 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.316 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i4.11169

Abstract

Spons telah diketahui sebagai sumber bahan bioaktif dengan berbagai bioaktivitas seperti antikanker, antivirus, antibakteri dan antijamur. Potensi spons sebagai bahan bioaktif  belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data berbagai jenis spons yang berpotensi sebagai sumber bahan bioaktif anti jamur, maka dilakukan skrining terhadap Aspergillus flavus dan Candida albican. Sampel dikoleksi dari perairan Bandengan dan Empurancak, Jepara dengan  SCUBA diving dan skin diving pada bulan April 2003. Sampel selanjutnya diekstrak dengan menggunakan metanol. Uji antijamur dilakukan dengan metoda disk diffusion agar menurut Kirby-Bauer dengan konsentrasi 100, 200 dan 400 µg disk-1. Rendemen ekstrak metanol pada spons berkisar antara 0.04% sampai dengan 7.34% dari berat basahnya.  Seluruh ekstrak spons yang digunakan dalam penelitian ini dapat menghambat pertumbuhan C. albicans dan A. flavus pada konsentrasi 200 dan 400 µg disk-1. Ekstrak spons Reniera sp mempunyai bioaktivitas yang tertinggi yang ditunjukan dengan adanya zona hambat sebesar 12.58-14.93 mm terhadap C. albicans dan 6,94 -10,79 mm terhadap A. flavus pada konsentrasi uji.   Kata kunci : spons, bahan bioaktif, Aspergillus flavus, Candida albicans, ekstrak
Pertumbuhan Karang Lunak Sarcophyton sp. yang Dibudidayakan di Teluk Awur, Jepara Diah Permata Wijayanti; Ayu Charismawaty; Elis Indrayanti; Agus Trianto
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.011 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i1.15744

Abstract

Upaya budidaya karang lunak di Indonesia masih kurang berkembang, terutama karang lunak yang bernilai jual tinggi. Sarcophyton adalah salah satu karang lunak yang sering dimanfaatkan sebagai pengisi akuarium. Namun seringkali produk yang dipasarkan berasal dari alam. Penemuan berbagai manfaat Sarcophyton sebagai kandidat bahan obat, turut menurunkan keberadaan keberadaan Sarcophyton di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup fragmen karang lunak Sarcophyton sp. di perairan Teluk Awur, Jepara. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Penelitian menggunakan fragmen dengan luas awal ≈10-12 cm2 dan >12-15 cm2. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kelangsungan hidup karang lunak Sarcophyton sp. berkisar antara 63,64–77,78%. Pertumbuhan tertinggi ditemukan pada fragmen dengan luas awal ≈10-12 cm2 yakni sebesar 74,68±19,84 cm2 dengan laju pertumbuhan total 0.47 cm2/hari. Pertumbuhan terendah terlihat pada fragmen dengan luas awal >12-15 cm2 yakni sebesar 60,41±22,96 cm2 dengan laju pertumbuhan total 0.38 cm2/hari. Ukuran luas awal fragmen ≈10-12 cm2 memiliki pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan fragmen karang lunak dengan ukuran  luas awal >12-15 cm2. Efforts to soft coral cultivation in Indonesia are still underdeveloped, especially soft corals with high selling value. Sarcophyton is one of the soft coral that is often used as an aquarium ornament. But often the marketed products come from nature. The discovery of various benefits of Sarcophyton as a candidate ingredient of drugs, helped reduce the existence of Sarcophyton in nature. This study aims to determine the growth and survival of soft coral fragments Sarcophyton sp. in the waters of Awur Bay, Jepara. The experiment was performed using a complete randomized design. The study used fragments with an initial area ≈10-12 cm2 and >12-15 cm2. The results showed the soft coral survival rate of Sarcophyton sp. ranged from 63.64 to 77.78%. The highest growth was found in fragments with an initial area of ≈10-12 cm2i.e of 74.68 ± 19.84 cm2 with a total growth rate of 0.47 cm2 / day. The lowest growth was seen in fragments with an initial area of > 12-15 cm2, which was 60.41 ± 22.96 cm2 with a total growth rate of 0.38 cm2 / day. The size of the initial fragment ≈10-12 cm2 has a larger growth compared to soft coral fragments with an initial baseline size > 12-15 cm2.
Pemanfaatan Jamur Simbion Sponge dalam Bioisomerasi Asam Lemak pada Dedak untuk Menghasilkan Asam Lemak Cis Agus Trianto; Sri Sedjati; Ocky Karna Radjasa; Rachmat Afriyanto; Sakti Imam Muchlisin; Septhy Kusuma Radjasa; Muhammad Syaifudien Bahry
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 2 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.209 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i2.3559

Abstract

Utilization of Sponges Symbiotic Fungus in the Bioisomeration  of Fatty Acids in Brans to Produce Cis Fatty Acid  Trans fatty acids are known to have a negative impact on human health such as triggering the coronary heart and blood vessel related diseases. However, many food and animal feed contain trans fatty acids.  Bran, which is widely used as animal feed has high fatty acid content and the majority are trans fatty acids. This study aims to determine the potential of Trichoderma harzanum, a sponge symbiont fungus, in the process of fatty acid bioconversion in bran. Bran was fermented in saline and non-salin condition for 15 days in the room temperature. Both fermented and not bran was extracted with methanol, and the extracts were concentrated with rotary evaporator. Fatty acid extracts were analyzed on the GC with hydrolysis and methylation as pre-treatments. The test results showed the fatty acid composition changed, and the was formation of new fatty acids. The bioisomeration process occurs in the Trans-9-Elaidic acid Methyl esther into Cis-9-Oleic Methyl ester. Cis-9-oleic acid is known as oleic acid which is widely found in olive and sunflowers oil. The fungus has potential as biocatalys for production of cis fatty acid. Asam lemak trans dikenal mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia seperti memicu terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit terkait pembuluh darah. Namun asam lemak trans banyak terkandung dalam berbagai jenis bahan makanan maupun pakan ternak diantaranya adalah dedak.  Dedak banyak digunakan sebagai pakan ternak mempunyai kandungan asam lemak yang tinggi dan mayoritas adalah asam lemak trans.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi jamur simbion spons Trichoderma harzanum dalam proses biokonversi asam lemak pada dedak.  Fermentasi dedak dilakukan dalam kondisi salin dan unsalin selama 15 hari pada suhu ruang. Dedak yang difermentasi maupun tidak kemudian diekstrak dengan metanol kemudian dipekatkan dengan rotari eveporator.  Ekstrak asam lemak degan GC dengan pre-treatment meliputi hidrolisis dan metilasi. Hasil uji menunjukan adanya perubahan komposisi dan terbentuknya asam lemak baru. Proses bioisomerasi terjadi pada Trans-9-Elaidic acid Methyl estermenjadi Cis-9-Oleic Methyl ester. Cis-9-oleic acid yang dikenal dengan asam oleat yang banyak terdapat dalam minyak zaitun dan bunga matahari. Jamur T. Harzianum mempunyai potensi sebagai biokatalis untuk memproduksi asam lemak cis.
Co-Authors Agus Sabdono Akhmad Tri Prasetyo Aldi Nuary Nuary Ali Djunaedi Ali Djunaedi Ali Djunaedi Ali Ridlo Ambariyanto , Ambariyanto Ambariyanto Andi Afriandi Andi Afriandi Anicia Hurtado Aninditia Sabdaningsih Ayu Charismawaty Azis Rifai Aziz Rifai Bahry, Muhammad Syaifudien Bimo Saskiaoktavian Christel Marty Destio . Desy Wulan Triningsih Diah Permata Wijayanti Diah Permata Wijayanti Dwi Haryanti Dwi Haryo Ismunarti Dwi Lestari Widya Ningsih Dwi Susilaningsih Elfanando Rizky Juliantara Sucipto Elis Indrayanti Endang Supriyantini Farrastasya Muflihul Azzami Fran Ciputra Tambunan Frans Alexander Nainggolan Gita Wismayanti Humairah Arifia Sabiladiyni Irene Ulsadriatny Irwani Irwani Isai Yusidharta Ita Puspitasari Ita Widowati Jusup Supriyanto Jusup Supriyanto Lilik Maslukah Ma'ruf, Widodo Farid Mada Triandala Sibero Mada Triandala Sibero Mahadika Fanindhita Sany McCauley, Erin Muhammad S. Bahry Muhammad Syaifudien Bahry Muhammad Syaifudien Bahry Munasik Munasik Nathalie Bourgougnon Ni Komang Tri Utami Nining Nursalim Nugraha Ridho Ikhsani, Nugraha Ridho Nugroho Agus D Nugroho Hendartono Nugroho Hendartono Nur Taufiq-Spj Ocky Karna Radjasa Ocky Karna Radjasa Ocky Karna Radjasa Popi IL Ayer Puspitasari, Ita Rachmat Afriyanto Raden Ario Radisya N Nissa Raja Aditia Sahala Siagian Retno Murwani Rexie Magdugo Rizky Rifatma Jezzi Rohimat Rohimat Roselina Nadya Kristi Rudhi Pribadi Rudhi Pribadi Sabiladiyni, Humairah Arifia Sakti Imam Muchlisin Sekar Widyaningsih Sembiring, Yudhawira Bhaskara Septhy Kusuma Radjasa Shofiatun Nimah Sri Sedjati Subagiyo Subagiyo Sucipto, Elfanando Rizky Juliantara Tambunan, Fran Ciputra Taufiq-Spj, Nur Wiratno Wiratno Wismayanti, Gita Wittriansyah, Khoeruddin Yudhawira Bhaskara Sembiring