Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Yupa: Historical Studies Journal

Dinamika Politik Kerajaan – Kerajaan Lokal di Sulawesi Selatan: Dari Persekutuan Diplomasi Hingga Konfrontasi Perebutan Superioritas (Abad XV-XVII) Khaeruddin Khaeruddin
Yupa: Historical Studies Journal Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.15 KB) | DOI: 10.30872/yupa.v6i2.1325

Abstract

Artikel ini membahas mengenai dinamika politik kerajaan lokal di sulawesi Selatan dari persekutuan sampai dengan konfrontasi perebutan kekuasan abad XV-XVII. Metode penelitian yang digunakan adalah literature review dengan metode sejarah yakni, heuristic, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam kajian tersebut didapat hasil pembahasan yakni telah terdapat beberapa kerajaan-kerajaan lokal. Kerajaan-kerajaan lokal tersebut lah yang kemudian menjadi cikal bakal wilayah provinsi Sulawesi Selatan sekarang ini. Sebagai suatu kesatuan wilayah, kerajaan-kerajaan lokal memiliki wilayah kekuasaan yang terbentang dengan batas-batas tertentu yang membatasi wilayah kerajaan yang satu dengan wilayah kerajaan yang lain. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode sejarah, yakni Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Berdasarkan literatul tertulis ataupun sumber lisan, kita dapat mengetahui kerajaan-kerajaan yang pernah ada seperti Kerajaan Luwu, Kerajaan Gowa, Bone, Soppeng, Wajo dan beberapa kerajaan lainnya. Kesemua kerajaan-kerajaan tersebut telah menjadi bagian dari institusi penguasa dan kekuasaan di Sulawesi Selatan pada masanya yang awal keberadaannya diawali dengan mitos kemunculan To Manurung (orang yang turun dari langit). Dan dalam perkembangan selanjutnya memunculkan kerajaan Gowa sebagai penguasa yang kemudian tercipta perang Makassar, berkahir dengan kekalahan Gowa beserta sekutunya yang kemudian menampilkan Bone dan Soppeng sebagai penguasa. Secara politik Kerajaan Bone selanjutnya memegang hegemoni kekuasaan sejak berakhirnya Perang Makassar sampai awal abad XX.