Indria Purwantiningrum
Unknown Affiliation

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM MALAT DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS APEL (Malus sylvestris Mill) CELUP VARIETAS ROME BEAUTY Devita, Wintari; Yuwono, Sudarminto Setyo; Purwantiningrum, Indria
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

abstrak
REVIEW PASANGAN MAKANAN MINUMAN TERHADAP PERSEPSI KEKENYANGAN Dewinda, Catrine Halvi; Fibrianto, Kiki; Purwantiningrum, Indria
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

abstrak
KARAKTERISTIK RHEOLOGI SUSU PADA BERBAGAI PROSES PENGOLAHAN Purwantiningrum, Indria; Nisa, Fithri Choirun; Yuwono, Sudarminto Setyo; Fathuroya, Vivien
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 16, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.705 KB)

Abstract

Sifat reologi susu sapi berbeda-beda tergantung pada berbagai kondisi proses pengolahannya. Sampel susu sapi diperoleh dari petani di desa Jabung. Pengukuran rheologi dilakukan untuk sampel susu segar, yang telah di pasteurisasi pada suhu 72 oC selama 10 menit, dan kondisi sterilisasi (UHT) pada suhu 95 oC selama 3 menit. pengukuran rheologi susu juga di-lakukan untuk susu pasteurisasi dan sterilisasi pada berbagai merek komersial. pengukuran rheologi yang dilakukan antara lain nilai viskositas, protein, dan lemak. Hasil analisa kedua sampel, yaitu susu segar dan susu merek komersial dibandingkan untuk mendapatkan informasi untuk meningkatkan kualitas susu lokal. Data yang dihasilkan dari pengukuran sampel dianalisa dengan menggunakan uji-t. Hasil uji-t menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (P<0.01) pada nilai viskositas, protein, dan kandungan lemak susu lokal dari desa Jabung dengan kondisi pengolahan yang berbeda dan sampel susu pada merek komersial. Viskositas rata-rata susu segar dengan perlakuan pasteurisasi dan sterilisasi UHT adalah 2.33 cp, 3.21 cp, dan 3.4 cp. Kandungan protein rata-rata susu segar pada perlakuan pasteurisasi dan UHT adalah 3.2%, 3.18% dan 2.98%, sedangkan kandungan lemak 3.05%, 3.3% dan 3.34%.
PENINGKATAN EFISIENSI DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PROSES PENGOLAHAN SAMBEL PECEL, KERIPIK TEMPE DAN KERIPIK SINGKONG Novita Wijayanti; Indria Purwantiningrum

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.549 KB) | DOI: 10.35891/tp.v7i3.518

Abstract

Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mekar Sari di Desa Minggir Sari, Kecamatan Kanigoro,  Kabupaten Blitar merupakan kelompok wanita tani yang memiliki usaha pangan olahan.  UKM tersebut masih menggunakan peralatan manual sehingga kurang efisien dalam proses  produksinya. Kondisi tersebut menyebabkan kapasitas produksi masih terbatas. Kegiatan IbM  Kelompok Usaha Bersama Mekar Sari ini bertujuan untuk membantu mitra meningkatkan  efisiensi dan kapasitas produksi melalui alih teknologi peralatan produksi sehingga berbagai  permasalahan yang dihadapi ketiga UKM mitra ini memperoleh solusi. Alih teknologi yang  dilaksanakan dalam program ini adalah alat penyangrai dan penggiling kacang untuk UKM  sambel pecel, kompor industry dan pengemas kontinyu untuk UKM keripik tempe, serta  mesin perajang dan spinner untuk UKM keripik singkong. Program ini dilaksanakan dengan  pelatihan, pendampingan dan uji coba alat untuk memastikan efektivitas alih teknologi serta  pendampingan penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) bagi KUB Mekar Sari,  sehingga mereka dapat menjaga kualitas produk, menjamin keamanan pangan dan dapat  memenuhi permintaan konsumen. Hasil alih teknologi menunjukkan peningkatan efisiensi  produksi. Penggunaan waktu yang lebih singkat dapat memperoleh hasil dengan kapasitas  yang lebih besar dan kualitas yang lebih baik, sehingga mereka dapat menghasilkan produk  yang siap bersaing di Pasaran.    
PEMBUATAN GULA KELAPA DARI NIRA TERFERMENTASI ALAMI (KAJIAN PENGARUH KONSENTRASI ANTI INVERSI DAN NATRIUM METABISULFIT) [IN PRESS SEPTEMBER 2015] Ferry Pratama; Wahono Hadi Susanto; Indria Purwantiningrum
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 4 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gula kelapa merupakan hasil olahan dari nira dengan cara menguapkan airnya, kemudian dicetak. Anti inverse merupakan suatu bahan pengawet yang dicampur dengan larutan penyangga yang mampu menjaga kestabilan pH dan menurunkan aktivitas enzim. Natrium Metabisulfit termasuk salah satu pengawet yang sering digunakan dalam pembuatan gula kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman bumbung dengan larutan anti inversi dan penambahan konsentrasi natrium metabisulfit terhadap nira kelapa terfermentasi secara alami selama 8 jam pada pembuatan gula kelapa. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik dari segi fisik, kimia diperoleh pada perlakuan anti inversi 3000 ppm dan natrium metabisulfit 500 ppm yaitu kadar air (5.01%), gula reduksi (3.67%), sukrosa (77.67%), pH (6.54), kecerahan (48.93), kemerahan (28.10), kekuningan (33.13), residu sulfit (79.52 ppm), rendemen (17.01%), dan kadar abu (1.80%). Untuk parameter organoleptik diperoleh pada perlakuan anti inversi 2000 ppm dan natrium metabisulfit 300 ppm yaitu warna (4.50), rasa (4.50), aroma (4.65) dan tekstur (4.55).   Kata Kunci: Anti Inversi, Gula Kelapa, Natrium Metabisulfit
PENGARUH PENAMBAHAN GEL PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) PADA PEMBUATAN KERUPUK PULI [IN PRESS SEPTEMBER 2015] Elliza Rachma Dwiyanti; Simon Bambang Widjanarko; Indria Purwantiningrum
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 4 (2015)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penambahan boraks atau “garam bleng” masih banyak digunakan dalam pembuatan kerupuk puli dan perkembangan selanjutnya STPP (Sodium tripholyphosphate) ditambahkan sebagai pengganti boraks. Kandungan glukomanan yang tinggi pada gel porang akan tetap stabil dengan adanya pemanasan. Gel porang juga dapat digunakan sebagai binding agent (pengikat) dalam adonan kerupuk. Tujuan penelitian ini menginformasikan penambahan gel porang sebagai pengganti boraks atau garam bleng dan STPP pada pembuatan kerupuk puli. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu penambahan gel porang dengan 5 level diulang 3 kali sehingga didapat 15 satuan percobaan. Data dianalisis metode ANOVA dan dilanjutkan Uji Bonferroni. Perlakuan terbaik dianalisis metode De Garmo dan perbandingan kontrol dengan metode One Way ANOVA Single Factor. Perlakuan terbaik kerupuk puli goreng penambahan gel porang 15g dengan kadar air 5.77%, kadar pati 42.48%, kadar lemak 10.51%, kadar protein 7.92%, kadar abu 3.03%, kadar oksalat 0.41% dan daya kembang 144.68%.   Kata kunci: Beras, Gel Porang, Kerupuk Puli
PENGARUH UMUR FERMENTASI TEMPE DAN PROPORSI DEKSTRIN TERHADAP KUALITAS SUSU TEMPE BUBUK [IN PRESS JANUARI 2014] Duta Pakerti Darajat; Wahono Hadi Susanto; Indria Purwantiningrum
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tempe adalah makanan tradisional khas Indonesia yang memiliki nutrisi yang berkualitas. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam tempe antara lain adalah protein, asam amino, lemak dan lain sebagainya. Pengolahan tempe saat ini cukup digoreng saja, sehingga akan terjadi penurunan nutrisi pada tempe akibat proses pemanasan. Usaha untuk menjaga nutrisi pada tempe adalah pembuatan susu bubuk. Permasalahan susu bubuk adalah jumlah rendemen yang rendah, sehingga perlu dilakukan penambahan dekstrin untuk menghasilkan susu bubuk dengan kualitas yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur fermentasi tempe dan proporsi dekstrin untuk mendapatkan susu tempe bubuk dengan nilai terbaik dari segi kualitas dan organoleptik. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor. Susu tempe bubuk perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan umur fermentasi tempe 36 jam dan proporsi dekstrin 7.5%.Kata kunci: Susu tempe bubuk, Umur fermentasi tempe, Proporsi dekstrin
UMBI GEMBILI (Dioscorea esculenta L.) SEBAGAI BAHAN PANGAN MENGANDUNG SENYAWA BIOAKTIF : KAJIAN PUSTAKA [IN PRESS JULI 2014] Aditya Yoga Prabowo; Teti Estiasih; Indria Purwantiningrum
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 3 (2014)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produk pangan berbasis tepung terigu di Indonesia banyak beredar di pasaran misalnya mie, roti, dan cookies. Hal ini tidak sejalan dengan masih diimpornya tepung terigu dari negara lain karena sulitnya gandum tumbuh di wilayah Indonesia yang beriklim tropis. Sedangkan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia namun pemanfaatnannya masih terbatas. Umbi yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk pangan salah satunya adalah umbi gembili.  Gembili merupakan umbi keluarga Dioscorea yang memiliki kelebihan dapat tumbuh di bawah tegakan hutan tanpa perlakuan khusus, sehingga budidayanya dapat dilakukan secara mudah. Dibandingkan dengan menggunakan tepung terigu, tepung gembili memiliki tingkat ekonomis yang sama. Dengan teknologi yang ada sekarang gembili dapat menghasilkan rendemen sebesar 25%. Gembili dapat diolah menjadi keripik dan tepungnya sesuai untuk produksi kue dan roti. Keunggulan yang lain dari umbi gembili adalah tinggi karbohidrat dan mengandung senyawa bioaktif. Terdapat beberapa senyawa bioaktif seperti polisakarida larut air (PLA), dioscorin dan diosgenin yang dapat dimanfaatkan bagi kesehatan tubuh. Kandungan senyawa bioaktif tersebut dapat berfungsi sebagai immunomodulator, pencegah penyakti metabolik (hiperkolesterolemia, dislipidemia, diabetes dan obesitas) peradangan dan kanker.   Kata kunci: Gembili, Senyawa Bioaktif, PLA, Dioscorin, Diosgenin
PENGARUH PROPORSI (TEPUNG TEMPE SEMANGIT : TEPUNG TAPIOKA) DAN PENAMBAHAN AIR TERHADAP KARAKTERISTIK KERUPUK TEMPE SEMANGIT [IN PRESS OKTOBER 2014] Mulyana Mulyana; Wahono Hadi Susanto; Indria Purwantiningrum
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 4 (2014)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk  mengetahui karakteristik kerupuk tempe semangit dengan variasi proporsi tepung tempe semangit : tepung tapioka (40:60, 50:50, dan 60:40) dan jumlah penambahan air  (125%, 150%, and 175%). Tahapan pembuatan kerupuk yaitu meliputi persiapan bahan, pembuatan bubur adonan, pembuatan adonan, pengukusan, pengirisan, dan penjemuran [1]. Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah kerupuk dengan proporsi(tepung tempe semangit : tepung tapioka) 40 : 60 dengan penambahan air sebanyak 150 ml. Karakteristik kimia kerupuk mentah perlakuan terbaik yaitu kadar air 8.14%, kadar protein kasar 14.53%, kadar N amino 0.22%, kadar lemak kasar 6.06%, kadar abu 2.63%, kadar karbohidrat 68.64%, sedangkan karakteristik kimia kerupuk matang perlakuan terbaik yaitu kadar air 4.63%, kadar protein kasar 6.22%, kadar asam amino 0.11%,kadar lemak kasar 18.56%, kadar abu 2.32%, kadar karbohidrat 68.27%, dan. Karakteristik fisik kerupuk perlakuan terbaik yaitu rendemen 45.08, daya patah 3.87, daya kembang 389.78 %, kecerahan 55.12.   Kata kunci: Kerupuk, Tempe Semangit,
PEMBUATAN PEKTIN BERWARNA DARI AMPAS APEL MANALAGI DENGAN PENAMBAHAN FILTRAT MAWAR MERAH [IN PRESS OKTOBER 2014] Ambrosia Adela Merry Christianita; Simon Bambang Widjanarko; Indria Purwantiningrum
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 4 (2014)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemanfaatan ampas apel dan bunga mawar potong sortiran sebagai bahan tambahan pangan alami, mencari kajian rasio bahan banding pelarut dan tingkat penambahan filtrat mawar merah, serta mengetahui karakteristik pektin berwarna yang dihasilkan dari perlakuan terbaik. Respon yang diamati adalah rendemen pektin berwarna dan kemerahan (a*). Hasil penelitian menunjukkan nilai regresi respon rendemen pektin berwarna sebesar Y=34.6600+2.5475β1+5.8225β2 dan untuk nilai regresi respon kemerahan adalah Y=18.2222+0.6000β1+2.3000β2. Berdasarkan hasil percobaan menggunakan metode dakian tercuram, tidak diperoleh titik maksimum pada respon rendemen pektn, sedangkan untuk respon kemerahan (a*) diperoleh titik maksimum pada rasio bahan banding pelarut 1:105 (b/v) dengan penambahan filtrat mawar merah sebesar 160%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa variabel bebas berpengaruh nyata terhadap respon kemerahan (a*) sedangkan pada respon rendemen pektin berwarna tidak berpengaruh nyata.   Kata kunci: Ampas Apel, Filtrat Mawar Merah, Pektin Berwarna, Dakian Tercuram Â