Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIMASA PANDEMI COVID-19 PADA IKATAN REMAJA MASJID RT.04 LOA KULU Febry Lawrenche; Nadya Wulandari; Nurlita Ramadhan; Fadillah Rahayu; Mahzbar Arianto Bakhtiar; Annisa Nurrachmawati
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 3 (2020): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v3i3.28007

Abstract

Pandemi COVID-19 menjadi prioritas masalah kesehatan nomor satu di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 34.316 kasus sejak 11 Juni 2020 dan masih akan terus meningkat. Oleh karena itu pemerintah memberlakukan pendekatan-pendekatan kesehatan masyarakat untuk mencegah penularan virus tersebut seperti anjuran untuk tetap di rumah, menjaga jarak, dan menggunakan masker jika terpaksa berpergian. Akibatnya, tempat-tempat umum seperti sekolah, kantor, dan masjid pun ditutup. Program pemberdayaan masyarakat juga merupakan salah satu pendekatan yang bisa dilakukan karena bertujuan untuk mencegah penularan virus COVID-19 dengan memandirikan masyarakat untuk menyebarkan informasi terkait pencegahan COVID-19 agar tidak terjadi peningkatan kasus di daerahnya yang dalam hal ini terletak di RT.04 Loa Kulu. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam empat tahapan yaitu analisis masalah dan prioritas masalah; perencanaan dan persiapan; pelaksanaan program; dan evaluasi program. Sasaran program adalah ikatan remaja masjid yang ada di RT.04 Loa Kulu karena remajanya sangat aktif dan mampu menggunakan fasilitas masjid yaitu pengeras suara masjid untuk menyebarkan informasi terkait COVID-19. Remaja-remaja tersebut antusias dan semangat dalam menyebarkan informasi dan menerapkan protokol pencegahan. Penyebaran informasi dengan pengeras suara masjid merupakan metode yang efektif karena mampu mencakup area yang luas dan masyarakat yang luas pula. Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat; Ikatan Remaja Masjid; COVID-19.
Body Image Negatif Berhubungan Dengan Rendahnya Aktifitas Fisik Pada Remaja Putri Wilayah Puskesmas Pasundan Kota Samarinda Zakina Octaviano; Annisa Nurrachmawati; Reny Noviasty
Jurnal Kesehatan Panrita Husada Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (Stikes Panrita Husada Bulukumba)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37362/jkph.v6i1.371

Abstract

Remaja putri cenderung lebih berisiko mengalami permasalahan kesehatan, terutama mengenai citra tubuh (body image) dan status gizi. Aktivitas fisik bermanfaat untuk kesehatan fisik dan psikologis. Frekuensi aktivitas fisik menurun secara signifikan pada remaja putri pada saat mencapai usia 17 tahun. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan body image dan status gizi dengan aktivitas fisik siswi kelas X dan XI di SMA dan SMK swasta wilayah kerja puskesmas pasundan Kota Samarinda tahun 2019. Desain yang digunakan yaitu cross sectional study dengan 141 orang siswi, teknik pengambilan sampel secara stratified random sampling. Data variabel body image diambil dengan menggunakan kuesioner MBSRQ-AS, status gizi ditentukan menggunakan perhitungan IMT yang didapatkan dari pengukuran antropometri dan data aktivitas fisik diambil dengan menggunakan kuesioner PAQ-A. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil analisis penelitian menunjukkan sebesar (49,6%) responden berusia 16 tahun. Mayoritas mempunyai aktivitas fisik rendah (62,4%), body image negatif (66,0%), dan mempunyai status gizi normal (66,0%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan aktivitas fisik (p=0,005). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan aktivitas fisik (p=0,401). Kesimpulan yang diperoleh yaitu hasil analisis menunjukkan kecenderungan semakin negatif body image maka semakin rendah aktivitas fisik.
Malaria in Pregnancy : A Qualitative Study on Health Belief Model in Muara Wahau East Kalimantan Ike Anggraeni Gunawan; Annisa Nurrachmawati
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas Vol 11, No 2 (2017): Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
Publisher : Faculty of Public Health, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24893/jkma.v11i2.226

Abstract

Pregnant women who infected by malaria were three times more likely to suffer from other diseases. This study aimed to explore Kutai cultural perspectives, behaviors, perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits and barriers, perceived threat and cues to action associated with malaria in pregnancy. The qualitative study was conducted through indepth interviews of 37 informants consist of maternal, their husbands, health workers and local community leaders. This study revealed that malaria was not a threat because of the perception that malaria only exposed in forest. The community already had good health seeking behavior. All informants knew that malaria as a dangerous disease especially during pregnancy but no one knew malaria in pregnancy can cause anemia, low birth weight, miscarriage and stillbirth. At the individual level, almost all informants have taken preventive health behavior using mosquito nets, mosquito electric, repellent lotion, and burning dried leaves. At the community level prevention activities called gotong royong (all members of community work together) to keep the environment clean to reduce the mosquito breeding place was rarely done.
Women’s Autonomy and Tradition in Making Decision on Place of Delivery and Birth Attendants Annisa Nurrachmawati; Anna Marie Wattie; Mohammad Hakimi; Adi Utarini
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
Publisher : Faculty of Public Health, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24893/jkma.v12i2.342

Abstract

Data from the Basic Health Research survey (Riskesdas) in 2013 showed that 33.3% deliveries in Indonesia occurred outside health facilities. Culture and gender influenced the decision-making process regarding place of delivery and birth attendants. A qualitative longitudinal study with an ethnography study design was conducted to explore the socio-cultural context and women’s autonomy in the dynamics of decision making regarding  place of delivery and birth attendants. This study was conducted in the working area of Muara Kaman Health Center, Kutai Kertanegara, East Kalimantan. In-depth interviews with 17 pregnant women were conducted since the first or second trimester of pregnancy until childbirth. Data were analyzed using thematic analysis. Nine informants delivered at the health facilityand eight informants chose home delivery.Those who delivered at the health facility made their own decision. Nevertheless some informants who were autonomous still chose homebirth, either assisted by  midwives, TBAs, or both. Women whose choice was decided by others (husbands, parents and TBAs), all gave birth at home assisted by TBAs. Women’s autonomy needs to be strengthened by improved knowledge, practice of delivery plan and also increase family support to enable women to choose health facilities as place for delivery.
FAKTOR IBU, JANIN DAN RIWAYAT PENYAKIT SEBAGAI RISIKO PREEKLAMPSIA DI ASIA DAN AFRIKA: SUATU META-ANALISIS Miranda Ayunani; Annisa Nurrachmawati; Rahmi Susanti
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 10 No 2 (2019): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 10 NO. 2 TAHUN 2019
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.504 KB) | DOI: 10.22435/kespro.v10i2.2357

Abstract

Abstract Background: Preeclampsia accounts for nearly 10 percent of maternal deaths in Asia and Africa. Therefore, it is important to detect signs and symptoms early on by knowing the factors that are at risk for a mother experiencing preeclampsia. Objective: To determine the risk factors for preeclampsia in Asia and Africa through the application of meta-analysis. Method: A systematic review was carried out on 26 case-control and cohort studies related to risk factors for preeclampsia from four databases (PubMed, BioMed Central, ProQuest, and Google Scholar). The pooled odds ratio was calculated with the fixed-effect and random-effect model using Review Manager 5.3. Result: A total of 20 studies consisting of 2,954,769 women were included in the meta-analysis. Risk factors for preeclampsia based on maternal factors were chronic hypertension=9.74(95% CI 1.69-56.04), gestational diabetes=9.28(95% CI 4, 49-19.19), pre-pregnancy body mass index=2.70(95% CI 2.08-3.50), maternal age during pregnancy=2.37(95% CI 2.29-2.46) and nulliparity=2.08(95% CI 1.44-3.01). The fetal factor was multiple pregnancy=4.24(95% CI 3.14-5.73). Four disease history factors were family history of preeclampsia=13.99(95% CI 6.91-28.33), history of chronic hypertension=8.28(95% CI 5.92- 11.59), history of preeclampsia=OR 6.90(95% CI 3.58-13.31) and family history of hypertension=2.81(95% CI 1.75-4.50). Conclusion: The results of a meta-analysis of 10 risk factors for preeclampsia could be used as a screening tool to determine the magnitude of risk and early diagnosis of preeclampsia that allows timely intervention. Key words: Maternal Factors, Chronic Hypertension, Preeclampsia, Meta-Analysis. Abstrak Latar belakang: Preeklampsia menyumbang hampir 10 persen dari kematian ibu di Asia dan Afrika. Oleh karena itu, penting untuk menemukan tanda dan gejala sejak dini dengan mengetahui faktor-faktor yang berisiko untuk seorang ibu mengalami preeklampsia. Tujuan: Mengetahui faktor risiko preeklampsia di Asia dan Afrika melalui penerapan meta-analisis. Metode: Tinjauan sistematis dilakukan pada 26 studi kasus kontrol dan kohort terkait faktor risiko preeklampsia di empat database, yaitu PubMed, BioMed Central, ProQuest, dan Google Scholar. Pooled Odds Ratio dihitung dengan model fixed-effect dan random effect menggunakan Review Manager 5.3. Hasil: Sebanyak 20 penelitian yang terdiri dari 2.954.769 wanita masuk dalam meta-analisis. Faktor risiko preeklampsia berdasarkan faktor ibu adalah hipertensi kronis=9,74(95% CI 1,69-56,04), diabetes gestasional=9,28(95% CI 4,49-19,19), indeks massa tubuh prakehamilan=2,70(95% CI 2,08-3,50), usia ibu saat kehamilan=2,37(95% CI 2,29-2,46) dan nuliparitas=2,08 (95% CI 1,44-3,01). Faktor janin yaitu kehamilan multipel=4,24(95% CI 3,14-5,73). Empat faktor riwayat penyakit yaitu riwayat keluarga preeklampsia=13,99(95% CI 6,91-28,33), riwayat hipertensi kronis=8,28(95% CI 5,92-11,59), riwayat preeklampsia= (95% CI 3,58-13,31) dan riwayat keluarga hipertensi=2,81(95% CI 1,75-4,50). Kesimpulan: Hasil meta-analisis dari 10 faktor risiko preeklampsia dapat digunakan sebagai alat skrining untuk mengetahui besarnya risiko dan diagnosis dini preeklampsia, yang memungkinkan intervensi tepat waktu. Kata kunci: Faktor Ibu, Hipertensi Kronis, Preeklampsia, Meta-analisis
Determinants Associated with Discontinuation of Modern Contraceptive in East Kalimantan: a Further Analysis of Indonesia Demographic and Health Survey 2017 Ike Anggraeni; Annisa Nurrachmawati; Winardi Winardi; Hasmawati Hasmawati; Dewi Endah Ramadhani
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1169.261 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i2.5426

Abstract

The national family planning program in East Kalimantan needs to achieve a larger target on modern contraceptives. Despite the fertility decline, this program still facing increasing discontinuation rates. A better understanding of the factors behind the discontinuation of a modern method would help in improving programs. This study aims to analyze the determinants of discontinuation of modern contraceptive use. This was a cross-sectional study, the dataset came from Indonesia Demographic and Health Survey 2017 of East Kalimantan Province. The sample is all couples of childbearing age between 10–49 years with marital status who have used and are still using contraception (408 samples). Descriptive analyses were used to assess the reasons for discontinuation. Multiple logistic regression was used to estimate the likelihood of discontinuation by demographic characteristics and others. The proportion of respondents who continue using modern contraceptives was 51%, against 49% discontinuation. The reasons for discontinuation were the husband’s disapproval (31%) and health problems related to side effects (26.5%). In the multivariate analysis showed maternal age, women who live in urban areas, and women with birth planning near the future will have an opportunity to discontinue in modern contraceptives. It concluded that there is still high modern contraceptive discontinuation in East Kalimantan, therefore it needed for disseminating information through entertainment-education in social media, health workers better counseling services from also better tools, and include the male participation in family planning counseling. DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PUTUS PAKAI KONTRASEPSI MODERN DI KALIMANTAN TIMUR: ANALISIS LANJUT SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017Program keluarga berencana nasional di Kalimantan Timur perlu mencapai target yang lebih baik dalam penggunaan kontrasepsi modern. Meskipun terdapat penurunan fertilitas, namun program keluarga berencana masih menghadapi peningkatan angka putus pakai. Pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor di balik putus pakai metode kontrasepsi modern akan membantu meningkatkan program. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor penentu putus pakai penggunaan kontrasepsi modern. Desain penelitian ini adalah cross-sectional, set data berasal dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2017 untuk Provinsi Kalimantan Timur. Sampel adalah semua pasangan usia subur berusia 10–49 tahun dengan status perkawinan baik bagi yang pernah menggunakan dan masih menggunakan kontrasepsi, yaitu 408 sampel. Analisis deskriptif digunakan untuk menilai alasan putus pakai. Regresi logistik berganda digunakan untuk memperkirakan kemungkinan putus pakai berdasar atas karakteristik demografis dan lainnya. Proporsi responden yang masih terus menggunakan kontrasepsi modern adalah 51% dibanding dengan 49% putus pakai. Alasan penghentian adalah ketidaksetujuan suami (31%) dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan efek samping (26,5%). Analisis multivariat menunjukkan usia ibu, wanita yang tinggal di daerah perkotaan, dan wanita dengan perencanaan kelahiran dalam waktu dekat akan memiliki kesempatan untuk berhenti menggunakan kontrasepsi modern. Dapat disimpulkan bahwa kejadian putus pakai kontrasepsi modern masih tinggi di Kalimantan Timur, oleh karena itu diperlukan diseminasi informasi melalui entertainment-education dalam sosial media, layanan konseling dari petugas kesehatan, serta alat bantu konseling yang lebih baik dan juga keikutsertaan pria dalam proses konseling.
The Effect of Women's Autonomy in the Uptake of Long-Acting and Permanent Contraception Methods among Women Reproductive Age in East Kalimantan Annisa Nurrachmawati syaiful bahri; Ike Anggreini G; Mugia Bayu Raharja; Dewi Endah Ramadhani
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1946.523 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol6.Iss1.511

Abstract

Background: Despite decreased fertility rate, East Kalimantan Province still facing unmet needs. Moreover, almost all contraceptive use in East Kalimantan depends on short-acting contraceptive methods. Only a few studies have ever been conducted on women's autonomy in relation to Long-Acting Permanent Contraception Methods (LAPMs) choices. It is, therefore, essential to find the associated factors affecting LAPMs uptake. This study aimed to analyze the influence of sociodemographic, knowledge, women's autonomy and fertility on LAPMs uptake at the household level. Methods: The data derived from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 of East Kalimantan Province. As much as 570 women of childbearing age (10–49 years) with marital status who still using contraception in any method was included as samples. Results: Factors correlate with the uptake of LAPMs in the bivariate analysis were age, insurance ownership, family planning knowledge and women's autonomy (p value<0.05). While in the multivariate analysis only women autonomy and insurance ownership were related to the uptake of LAPMs. Conclusion: This finding provides evidence for including women empowerment programs in the family planning program. Keywords: Family planning, women autonomy, long acting contraceptive methods
Persepsi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Daring Selama Pandemi COVID-19 Reza Jales Mahesa Adiyatsa; Ike Anggraeni; Annisa Nurrachmawati
Tarbiyah Wa Ta'lim: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran VOL 8, NO 2 (2021): TARBIYAH WA TA'LIM
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.9 KB) | DOI: 10.21093/twt.v8i2.3421

Abstract

Pembelajaran daring dianggap sebagai paradigma baru dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan dengan mudah dengan mengandalkan sebuah aplikasi berbasis koneksi internet. Peralihan pembelajaran dari luring menuju daring telah menimbulkan pembelajaran, komunikasi, metode penilaian baru, serta beban kerja yang berbeda, sehingga dampak pembelajaran daring berpengaruh terhadap berbagai aspek. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan persepsi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman (FKM Unmul) pada pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 dengan ketercapaian pembelajaran. Studi ini merupakan riset observasional dengan desain cross-sectional. Sampel sejumlah 192 mahasiswa FKM Unmul diambil dengan metode simple random sampling. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuisioner online, analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 76% mahasiswa memiliki persepsi negatif mengenai proses belajar mengajar, 93,8% memiliki persepsi positif pada kapabilitas dosen, sarana prasarana (86,5%) dan (100%) ketercapaian pembelajaran. Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap proses belajar terhadap ketercapaian pembelajaran (p-value 0,09), sebaliknya terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap kapabilitas dosen dan sarana prasarana terhadap ketercapaian pembelajaran (p-value 0,001). Disimpulkan persepsi terhadap kapabilitas dosen dan sarana prasarana berhubungan dengan ketercapaian pembelajaran. Untuk itu dosen dapat memberikan pembelajaran yang kreatif agar materi yang disampaikan lebih mudah dimengerti.
Pendampingan dan Fasilitasi dalam Mempersiapkan Pertemuan Tatap Muka Terbatas Sesuai Protokol Kesehatan di SDN 001 Sungai Kunjang Kota Samarinda Annisa Nurrachmawati; Lies Permana; Rina Tri Agustini
JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol 5 No 3 (2021): Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Publisher : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Dosen Indonesia Semesta (DIS) Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36339/je.v5i3.486

Abstract

Online learning has the potential to affect a students’ academic achievement. Therefore, schools are encouraged to hold limited face-to-face meetings as COVID-19 cases begin to decrease. All schools should immediately begin preparing the requirements for getting permission to use limited face-to-face meetings. SDN 001 Sungai Kunjang Samarinda is one of them, and it is still having problems fulfilling these requirements. The activity's goal is to facilitated SDN 001 ready to meet the requirements of limited face-to-face meetings. Method of this community service implementation were consists of five stages, namely stage 1 licensing and policy identification, stage 2 awareness of problems, stage 3 the implementation of assistance and facilitation of limited face-to-face meetings preparation, stage 4 socialization of rules and Standard Operating Procedure (SOP) of limited face-to-face meetings implementation, and stage 5 the evaluation stage of activities. The results of this series of activities show that through the assistance of the school is able to arrange the rules and flow chart of limited face-to-face meetings implementation. After socializing to all teachers and education personnels, they understand the guidance of the implementation of limited face-to-face meetings in the education unit of the Joint Decree (SKB) 4 ministry. All teachers feel confident that they can be disciplined in carrying out health protocols in school after socialization. Furthermore, to strengthen the readiness of schools to implement limited face-to-face meetings, it is expected that this socialization will also be carried out to students and their parents.
PEMBERIAN DAN PERILAKU MAKAN PADA BALITA STUNTING DAN NON-STUNTING DI PUSKESMAS PERAWATAN MEKARSARI Novita Wahyuni; Reny Noviasty; Annisa Nurrachmawati
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 No 4 (2021): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.011 KB)

Abstract

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi di negara berkembang. Prevalensi kejadian stunting di Kalimantan Timur mencapai 30,6%, sedangkan prevalensi di Kota Balikpapan mencapai 30,3% pada tahun 2019. Salah satu faktor yang memengaruhi stunting adalah keluarga terutama orang tua dalam hal pola asuh anak. Pola asuh anak tersebut berupa pola pemberian makan dan perilaku makan anak yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang diterima oleh anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian dan perilaku makan anak terhadap kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Mekarsari Balikpapan. Penelitian ini adalah studi case control dengan rasio kasus kontrol sebesar 1:1 dengan total sampel 54 responden, yaitu 27 balita yang terkategori stunting dan 27 balita yang terkategori tidak stunting. Instrumen yang digunakan Child Feeding Questionnaire (CFQ), Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) dan data sekunder hasil pengukuran antropometri. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan (CI) 95%. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara pemberian makan (nilai p = 0,003) dan perilaku makan anak (nilai p = 0,000) dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Kedua variabel merupakan faktor protektif dari terjadinya stunting (OR < 1). Disimpulkan pemberian dan perilaku makan anak berpengaruh terhadap terjadinya stunting. Oleh karenanya diperlukan pelatihan terhadap orang tua melalui posyandu dan Bina Keluarga Balita terkait pemberian dan perilaku makan anak. DOI : 10.35990/mk.v4n4.p343-354