Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

"WAYANG PALEMBANG": ITS ORIGINS, CHARACTERISTICS, AND PRESERVATION FROM EXTINCTION Endang Rochmiatun
Journal of Malay Islamic Studies Vol 3 No 1 (2019): Journal of Malay Islamic Studies
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jmis.v3i1.4575

Abstract

Wayang Palembang is a traditional art of performing arts with artificial media of people made of leather. Wayang Palembang contains universal cultural values because it tells human life. This study describes the existence of Wayang Palembang through manuscript traces (ancient manuscripts). The research found that the Wayang Palembang was originally introduced by the ruling elites of the ruling Majapahit kingdom in Palembang. During the time of Palembang Sultanate this art modified by absorbing elements of Malay culture. Subsequently, he continued to be preserved during colonial and post independence. Wayang Palembang has unique characteristics that distinguish it from Javanese puppet, which is from the aspect of the introduction language by the Mastermind, the display of its own, or the performance devices, including the duration of the timing. This shows the harmonious acculturation and adaptation between Javanese culture and Palembang Malay culture. The heyday of the Palembang puppet period ended in 1980, with the last Dalang death
ELITE LOKAL PALEMBANG ABAD XIX-ABAD XX: KAJIAN TERHADAP KEDUDUKAN DAN PERAN ‘HAJI MUKIM’ Endang Rochmiatun
Jurnal Adabiyah: Humanities and Islamic Studies Vol 18 No 1 (2018): HUMANITIES
Publisher : Faculty of Adab and Humanities - Alauddin State Islamic University of Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jad.v17i118i1a5

Abstract

AbstrakKajian ini menelaah keberadaan “Haji Mukim” dari Palembang, yakni bagaimana kedudukan dan peran yang mereka lakukan setelah mereka kembali ke Palembang. Kajian sejarah intelektual ini dengan menggunakan metode historis, dengan tahapa-tahapan yakni: heuruistik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun pendekatan dalam kajian ini adalah pendekatan multidimensional dengan meminjam konsep-konsep dari Sosiologi maupun Antropologi. Konsep dari sosiologi antara lain adalah: elit, mobilitas social, reprositas, kedudukan, peran. Konsep dari antropologi antara lain: perubahan kebudayaan. Kajian ini membuktikan bahwa ternyata pembelajaran yang mereka terima dari Timur Tengah memungkinkan mereka mendirikan jaringan pendidikan yang tidak tergantung dengan pemerintah Kolonial Belanda, yakni dengan mendirikan sekolah sendiri. Dengan demikian mereka berada di luar spectrum system Kolonial.  Kata Kunci: Elit Lokal, Haji Mukim, Perkembangan Islam 
TRADISI TABOT PADA BULAN MUHARRAM DI BENGKULU: Paradigma Dekonstruksi Endang Rochmiatun
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol 14 No 2 (2014): Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract This paper will discuss the tradition of Tabot in the month of Muharram in Bengkulu. This study will use the post-structuralism approach which it is more likely as a critical attitude or approach that focuses on three aspects (abstraction, representation and interpretation). The theory will be used is Jaques Derrida's deconstruction theory. Deconstruction method is the hermeneutic method of deep suspicion, and then prove the suspicion of the existence of things that are not true, through deconstructive criticism. How to analyze the assumptions that in the text as well as the logic of thinking (logocentrism, binary opposition). Through the deconstruction of the binary opposition,it is indicated untruth thinking that the binary opposition as the concept of the real oppositional equal and mutually implicate each other. Sources written in Archiv fur Ethnographie Internationals are DDE Schmelltz, Bandle I in 1888, the Dutch colonial Orientalist imagery written about Bengkulu Society, which constructed as adherents of Shia Islam spiritualism, with analysis that ritual tradition in memory of the death of Hasan and Husain, a grandson of the Prophet Muhammad SAW, it will only be carried out by the adherents of Shia Islam. Imagery in Bengkulu public confidence issues will certainly be different if we see it by the paradigm of deconstruction. Keywords: -Tabot, -sejarah, -dekonstruksi
KEDUDUKAN SEJARAH DI TENGAH ILMU-ILMU LAIN Endang Rochmiatun
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol 13 No 1 (2013): Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract :This article discusses the history of the position as "science". As an independent discipline, actually has a history of theories. However, the existing theories in history is typical, in contrast to theory in natural science or even the human sciences themselves. It is strongly associated with the position of the history of science itself, which is in two scientific entities. On one side of the science of history is part of the social sciences, but on the other hand, including the humanities. However, do not reduce the history of science scholarship itself. Theories in the history of science, although a bit slow, continue to evolve with the development of science. Development of theories of the history of science many theories supplied by other sciences, such as sociology, psychology, and literature . However, of all of that, theoretical contributions to the philosophy of history's most prominent science . Development theories are expected to provide a solid base of knowledge of history, so the history of science plays a role in community building in its own way . These theories are also expected to help explain historical events scientifically . This is perhaps the usefulness of historical theories in practice and in theory .
BUKTI-BUKTI PROSES ISLAMISASI DI KESULTANAN PALEMBANG Endang Rochmiatun
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol 17 No 1 (2017): Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/tamaddun.v17i1.2516

Abstract

When is Islam into Palembang is not surely, without else still conflict, because any more arguments. Distribution of Islam in Palembang can do it the way of the peace, and then continues step by step. Islamisasi process can do it tool, like as economic of way, married of the way and tassawuf. more than factually Islam into Palembang, so that signed like as mosque, grave, town center and then manuscript. Key word: Kapan Islam Masuk di Palembang, Proses Islamisasi, Bukti Islam di Palembang
Sejarah Perpustakaan Islam di Palembang Yusni Febriani; Endang Rochmiatun; Nyimas Umi Kalsum
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol 21 No 2 (2021): Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/tamaddun.v21i2.7873

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Sejarah Perpustakaan Islam di Palembang: Telaah atas Perpustakaan di Kesultanan Palembang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metodologi sejarah melalui studi literatur. Pengambilan data dilakukan dengan melacak literatur-literatur yang membahas mengenai judul. Analisis data (kritik sumber) berdasarkan perbandingan naskah-naskah peninggalan Palembang yang ditemukan, yang merupakan bagian dari koleksi Kesultanan Palembang dan literatur-literatur yang menerangkan fakta bahwa Kesultanan Palembang Darussalam merupakan pusat kajian dan sastra Islam yang ditunjukkan juga oleh literatur pendukung tentang Perpustakaan di Kesultanan Palembang yang berperan sebagai pusat intelektual di Palembang pada masanya dan berfungsi sebagai tempat pengumpulan, penyalinan, penyimpanan, dan penulisan manuskrip. Kata Kunci: Perpustakaan; Islam; Kesultanan Palembang; Peran dan Fungsi
Pedagang Melayu di Kesultanan Sambas 1819-1942: Terbangunnya Perdagangan, Relasi dan Jaringan Jaelani Jaelani; Duski Ibrahim; Endang Rochmiatun
Medina-te : Jurnal Studi Islam Vol 15 No 2 (2019): Medina-Te : Jurnal Studi Islam
Publisher : Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan perdagangan yang pesat, telah mendorong tumbuhnya kota-kota pelabuhan disepanjang pesisir nusantara. Bersamaan dengan itu pula muncul kerajaan-kerajaan Islam di kawasan pesisir seperti Kesultanan Sambas yang berdiri pada dekade ketiga awal abad XVII, yang bergerak dalam aktivitas perdagangan, sehingga tumbuh pula golongan pedagang Melayu dan pedagang-pedagang lainnya yang menjadi tulang punggung bagi aktivitas perekonomian masa itu. Sesungguhnya para pedagang atau saudagar yang bermukim di kota pelabuhan Sambas merupakan masyarakat yang hidup dari perdagangan dan pelayaran. Kelompok ini bersama sultan dan golongan bangsawan di kota pelabuhan Sambas banyak memberi warna pada pertumbuhan didua sektor kegiatan negara dan swasta. Sejarah sosial ekonomi dan politik Kesultanan Sambas abad XIX-XX, sesungguhnya tidak terlepas dari dua hal pokok yaitu terbentuknya kongsi-kongsi Cina di satu sisi dan hadirnya kekuasaan asing Eropa di sisi lain. Oleh karena itu, sejak munculnya jaringan perdagangan yang dikuasai pedagang-pedagang Cina dan menguatnya pengaruh politik serta ekonomi Belanda di Kesultanan Sambas, relasi dan jaringan perdagangan para pedagang Melayu mengalami perubahan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses terbangunnya perdagangan Melayu, menganalisis relasi antara pedagang Melayu dengan pedagang-pedagang lainnya, dan jaringan perdagangan yang tumbuh di Kesultanan Sambas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah meliputi langkah-langkah: 1) heuristik, 2) kritik sumber, 3) interpretasi, dan 4) historigrafi.
Kedudukan Dan Peran Dukun Bayi Dalam Kebudayaan Masyarakat Jawa Di Desa Muara Intan, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Ampar, Provinsi Riau Retno Fatmawati; Endang Rochmiatun; Amilda Amilda
Tanjak: Sejarah dan Peradaban Islam Vol 1 No 1 (2021): Tanjak: Jurnal Sejarah dan Peradaban Islam
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.291 KB) | DOI: 10.19109/tanjak.v1i1.7396

Abstract

Penelitian ini berusaha mendeskripsikan keberadaan dukun bayi dengan menggunakan teori fungsionalnya Malinowski. Secara historis, dukun bayi mempunyai peran penting dalam perawatan pra-pasca persalinan, tetapi sekarang keberadaan dukun bayi mulai ditinggalkan. Namun, terdapat beberapa kelompok masyarakat yang masih mempertahankan keberadaan dukun bayi, salah satunya adalah masyarakat Desa Muara Intan. Kajian ini difokuskan untuk menjawab permasalahan antara lain: (1) Kondisi umum masyarakat di Desa Muara Intan; (2) Peran dukun bayi yang ada di Desa Muara Intan; dan (3) Kedudukan dukun bayi yang ada di Desa Muara Intan. Metode yang digunakan adalah etnografi dengan menggunakan teknik observasi partisipan, wawancara, dokumentasi, serta mengumpulkan materi audio-visual berupa gambar, foto, ataupun rekaman. Analisis data akan berlangsung bersamaan dengan bagian-bagian lain dari pengembangan penelitian ini, yaitu pengumpulan data dan penulisan temuan. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah dukun bayi dan masyarakat yang menggunakan jasa dukun bayi tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan dukun bayi masih tetap terjaga dikarenakan kebutuhan biologis masyarakat yang belum terpenuhi hanya dengan bantuan tenaga medis. Terutama dalam memenuhi kebutuhan reproduksi, yaitu pada masa kehamilan, melahirkan, setelah melahirkan, menyusui, dan perawatan bayi. Mempertahankan budaya bukanlah alasan utama, tetapi karena tetap terjaganya keberadaan dukun bayi inilah yang menjadikan suatu tradisi di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukanlah regenerasi terhadap dukun bayi, agar keberadaan dukun bayi tetap terjaga ditengah masyarakat.
AKULTURASI BUDAYA JAWA DAN MELAYU PADA UPACARA PERNIKAHAN DI DESA SRI MENANTI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN Budi Aswar; Endang Rochmiatun; Sri Suriana
Tanjak: Sejarah dan Peradaban Islam Vol 1 No 2 (2021): Tanjak: Jurnal Sejarah Peradaban Islam
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.429 KB) | DOI: 10.19109/tanjak.v1i2.9376

Abstract

This research departs on the phenomenon of acculturation of Indonesian culture. Indonesia is famous for its cultural diversity. The cycle of life starting from birth, marriage and death are all regulated in culture. Marriage is an anthropological study that sees marriage as a culture. This study uses an anthropological approach and uses the redfied theory, namely acculturation. Furthermore, this study uses a qualitative descriptive method. The results of this discussion can be in several points. 1). Marriage is a sacred ritual in life, 2). The influence of social contact makes the acculturation process run well with some of the same values ​​of harmony, 3). Javanese and Malay weddings have differences in rituals although there are similarities and slightly different pronunciations. 4). Acculturation includes pre-wedding, wedding day and post-wedding.
KEBERADAAN KEBIASAAN NGINANG PADA MASYARAKAT MELAYU DI KECAMATAN SEBERANG ULU I KOTA PALEMBANG Suryo Arief Wibowo; Endang Rochmiatun; Amilda Amilda
Tanjak: Sejarah dan Peradaban Islam Vol 1 No 2 (2021): Tanjak: Jurnal Sejarah Peradaban Islam
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.767 KB) | DOI: 10.19109/tanjak.v1i2.9377

Abstract

The progress of the times and the ease with which foreign cultures enter the life of the current generation have made a lot of local wisdom begin to experience degradation to the point of extinction. As is the case, the younger generation of Palembang Malay descent, at this time has left a tradition that has been passed down from generation to generation, namely the nginang tradition. Nginang is a habit that has become a hereditary tradition carried out by the Malay community in Sumatra and Palembang. This study aims to reveal the phenomenon of the habit of nginang which is still carried out by some Malay people in Palembang. This research uses descriptive-qualitative research using ethnographic method which is an approach to anthropology disciplines. Sources of data used are primary data sources and secondary sources. Primary sources that come from people who nginang and cultural. Secondary sources come from research reports, books, archives, and so on. The data collection technique used direct observation to the location, namely in Seberang Ulu I District, Palembang City. As for using participant interviews, namely key informants as the main data and using relevant literature studies to support this research as well as collecting audio-visual materials in the form of photos, images and sounds that come from the betel nut and cultural observers. Data analysis will be directly in conjunction with other parts of the development of this research, namely data collection and writing of findings. In this study, it was found that this habit is still used by some of the Palembang Malay community who are female, this is due to the emergence of public stigma against men against the habit of nginang which is only identified with cigarettes. The habit of nutmeg is starting to disappear due to family factors, the progress of the times, the environment and community institutions.