cover
Contact Name
Christy Vidiyanti
Contact Email
christy.vidiyanti@mercubuana.ac.id
Phone
+628567535557
Journal Mail Official
arsitektur@mercubuana.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan
ISSN : 20888201     EISSN : 25982982     DOI : https://dx.doi.org/10.22441/vitruvian
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Ilmiah VITRUVIAN adalah jurnal yang mencakup artikel bidang ilmu arsitektur, bangunan, dan lingkungan. Jurnal ilmiah Vitruvian terbit secara berkala yaitu 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober, Februari, dan Juni. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian yang berkaitan erat dengan bidang arsitektur, bangunan, dan lingkungan.
Articles 212 Documents
PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP SETTING FISIK DAN AKTIVITAS RUANG CAFE COWORKING SPACE DI YOGYAKARTA SEBAGAI RESPON TERHADAP PANDEMI COVID-19 Ferdy Sabono
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v11i3.010

Abstract

Pembatasan aktivitas dan kontak fisik antar manusia pada bangunan publik diberlakukan sejak pandemi Covid-19. Pembatasan tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya kluster penyebaran virus, sehingga perlu adanya perubahan dan adaptasi pada tata ruang dan aktivitas bangunan publik. Salah satunya yakni cafe coworking space di Yogyakarta yang tetap berkegiatan di masa pandemi dengan menerapkan physical distancing (pembatasan fisik) seperti adaptasi pada penataan ulang interior, mengatur alur kegiatan serta pengaturan kapasitas pengunjung. Namun adaptasi tersebut bersifat insidental dan mendesak, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi relevansi bentuk adaptasi tersebut pada tingkat keamanan dan kenyamanan pengunjung berdasarkan persepsi yang diperoleh lewat e-kuesioner. Hasil  penelitian menunjukan bahwa penataan ulang pada ruang cafe coworking space belum efisien sehingga kriteria setting fisik yang responsif menurut persepsi pengunjung adalah pemberian jarak antar tempat duduk serta mengatur pola penataan tempat duduk, dan penentuan lebar jalur sirkulasi. Sedangkan setting aktivitas yakni berupa kegiatan sterilisasi dan pengecheckan suhu seharusnya dilakukan sebelum pengunjung memasuki ruangan serta memberikan perbedaan pada akses masuk dan keluar ruangan.   
EVALUASI FASAD KULIT GANDA TERHADAP PENCAHAYAAN ALAMI PADA BANGUNAN MASJID WTC JENDRAL SUDIRMAN Tathia Edra Swasti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v11i3.001

Abstract

Bangunan sebaiknya dapat memberi ruang beraktivitas yang nyaman kepada pengguna agar terhindar dari iklim luar yang tidak menguntungkan, sehingga aktivitas di dalamnya dapat berjalan dengan optimal. Aspek kenyamanan merupakan salah satu faktor penting dalam kekhusukan beribadah di dalamnya. Masjid WTC Jendral Sudirman merupakan masjid yang didesain oleh arsitek Anggara Architeam. Masjid ini memiliki bukaan yang cukup besar dan dilapisi dengan fasad double skin cutting panel bermotif sehingga pencahayaan alami terfilter sampai masuk ke dalam bangunan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, lantai dasar ruang ibadah pencahayaan alami masih kurang memadai dikarenakan kurangnya bukaan dan terdapat awning di lantai dasar. Sebaliknya lantai 2 ruang ibadah mendapatkan cukup pencahayaan alami yang baik dikarenakan terdapat banyak bukaan. Pengukuran diluar bangunan memiliki nilai lux yang tinggi, sedangkan didalam bangunan nilai lux baik. Hal ini menandakan bahwa fasad kulit ganda berpengaruh untuk memfilter cahaya yang masuk. 
PENGARUH SETING RUANG DAN AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP PERILAKU PENGUNJUNG DI RUANG PUBLIK I Komang Indra Wira Pranata; A.A. Gede Rai Remawa
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v11i3.006

Abstract

Keberadaan ruang-ruang publik menjadi tempat bertemunya aktifitas antar manusia, manusia pada dasarnya memilki perilaku yang berbeda-beda didalam melakukan aktifitas yang kerap dipengaruhi oleh seting ruang dan kondisi ruang yang tersedia. Interaksi antar manusia dalam menggunakan ruang publik khusunya area sirkulasi, memberikan respon yang berbeda sehingga dipandang penting melakukan penelitian mengenai aspek apa saja yang mempengaruhi perilaku manusia dalam aktifitasnya mengakses area sirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perilaku manusia terhadap ruang dan area sirkulasi sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan di lapangan mengenai sirkulasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis dengan pendekatan teori Windley & Scheidt. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi secara online mengenai artikel yang membahas tentang perilaku manusia pada ruang publik, khususnya yang berkaitan dengan sirkulasi. Hasil yang diperoleh bahwa keterkaitan sirkulasi di ruang publik dengan suasana ruang yang tercipta dari settting ruang dan peran perilaku manusia mempengaruhi perilaku manusia lain terhadap lingkungan sekitar. Hal ini terjadi akibat adanya interaksi manusia dengan manusia dan interaksi manusia dengan ruang.
Cover Vol 12 No 1 Oktober 2022 Christy Vidiyanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cover Vol 12 No 1 Oktober 2022
PENERAPAN AURALISASI ARSITEKTUR DALAM IMPLEMENTASI PENGALAMAN AUDIO VISUAL RUANG DALAM: Review Anastasia Cinthya Gani; Surjamanto Wonorahardjo
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i2.004

Abstract

Perkembangan teknologi dalam simulasi akan mempengaruhi analisis kebutuhan ruangan akustik. Simulasi membantu memprediksi dan melihat fenomena akustik di ruang dalam ruangan. Seiring dengan kemajuan aplikasi, penggunaan auralisasi sering digunakan untuk menganalisis audio visual bangunan bersejarah, terutama melihat sistem akustik atau fenomena akustik yang terjadi di masa lalu. Simulasi dan Auralisasi Real-Time Interaktif sangat disarankan dan merupakan metode yang akurasinya sudah teruji terhadap ruangan yang dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dari ruang tersebut. Auralisasi tidak hanya sebatas pada audio visual akan tetapi mulai menjadi salah satu alternatif untuk memprediksi kebutuhan akan persebaran audio pada masa mendatang. Ketika kinerja ruang tidak hanya dilihat dari satu aspek maka diperlukan auralisasi untuk menentukan kinerja apakah yang mempengaruhi ruang dalam. Penggunaan aplikasi berbasis auralisasi menjadi sangat menarik ketika ditemukan bahwa kinerja ruang dalam ditemukan fenomena baru yang mungkin jika diteliti secara nyata sulit untuk ditemukan. Pengukuran auralisasi tidak terbatas pada satu ruang, penonton, tetapi bangunan itu sendiri menjadi subjek penelitian menggunakan auralisasi. Kedepannya auralisasi tidak hanya terfokus pada aspek teknis, tetapi diharapkan dan dimungkinkan dapat diterapkan pada kajian lingkungan sosial. Perkembangan aplikasi berbasis auralisasi masih perlu dikembangkan terutama dari sisi penelitian social untuk melihat adanya representasi di area tertentu. Technological developments in simulation influence the analysis of acoustic space requirements. Simulations help predict and confirm room acoustic phenomena. With the evolution of applications, the use of auralization is widely used to analyze the audiovisuals of historic buildings, especially with respect to sound systems or acoustic phenomena that occurred in the past. Real-time interactive simulation and auralization are highly recommended. This method has been tested for accuracy using rooms that can be modified according to room needs. Auralization is not limited to audiovisual media, but is slowly emerging as an alternative for anticipating future audio delivery needs. If room performance is not considered in one dimension, auralization is necessary to determine which performance influences the interior space. If internal performance turns out to be a new phenomenon that is elusive in practical investigations, the use of insonification-based applications will be of great interest. Auralization measurements are not limited to one space, the audience, but the building itself is the object of auralization research. In the future, it is expected and possible that auralization will not only focus on technical aspects, but that auralization can be applied to the study of social environments. The development of auditory-based applications has yet to be developed, especially with respect to social surveys to ascertain representations in specific domains.
EVALUASI TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PADA MASJID BAYT AL QUR’AN, TANGERANG SELATAN Harun Setiawan; Muhammad Syarif Hidayat
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.009

Abstract

Masjid Bayt Al Qur’an merupakan masjid yang mengusung konsep Go-Green dengan arsitektur bergaya modern-minimalis yang menghadirkan layanan umat seperti pelaksanaan shalat lima waktu dan peringatan hari raya agama Islam, serta mengadakan berbagai kajian keislaman yang secara rutin dilaksanakan, sehingga kenyamanan termal sangat diperlukan. Masalah penelitian ini adalah banyaknya ataupun luasnya bukaan pada ruangan masih tetap menggunakan ac dan kipas angin saat ruangan digunakan untuk aktifitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kenyamanan termal di masjid memenuhi persyaratan kenyamanan termal pada SNI 03-6572-2001. Alat yang digunakan adalah meteran, infrared thermometer, anemometer, temperature humidity meter dan kuesioner. Pengukuran dilakukan selama 2 hari percobaan dengan 6 waktu pengukuran per harinya, dari pukul 13.00 WIB – 16.00 WIB. Hasil kenyamanan termal masjid menurut SNI 03-6572-2001 yaitu kondisi ruang menggunakan ac nyaman dengan nilai rata-rata 24,47°C / 66,60% dan ruang tanpa ac tidak nyaman dengan nilai rata-rata 28,09°C / 67,50%, untuk ruang menggunakan kipas angin nyaman dengan nilai rata-rata 27,81°C / 61,86% dan ruang tanpa kipas angin tidak nyaman dengan nilai rata-rata 29,00°C / 64,16%. The Bayt Al Qur'an Mosque is a mosque with a modern minimalist style architecture that incorporates the Go-Green concept, offering five daily prayers, offering community services such as commemorating Islamic holidays, It conducts various Islamic studies that are conducted in Thermal comfort is therefore very good. A problem with this study is the number or extent of openings in the room that still use air conditioners and fans when the room is in use for activity. The purpose of this study was to determine the thermal comfort of a mosque meeting the thermal comfort requirements of SNI 03-6572-2001. The tools used are meters, infrared thermometers, anemometers, thermohygrometers, and questionnaires. Measurements were taken on two test days, from 1.00 pm WIB to 4.00 pm WIB, with 6 measurements per day. Thermal comfort results of the mosque according to SNI 03-6572-2001, i.e. the condition of the room with air conditioning is comfortable with an average value of 24.47 °C / 66.60% and the room without air conditioning is not comfortable. Average 28.09°C / 67.50%, average 27.81°C / 61.86% for room with comfort fan, average 29.00°C / 64.16% for room without comfort fan.
EKSPLORASI KONSEP BERKELANJUTAN PADA ARSITEKTUR UMA FAFOE DI KABUPATEN MALAKA, NTT Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; Apridus Kefas Lapenangga
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

Abstract

Zaman modern dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi eksistensi arsitektur tradisional karena terbatasnya material alami akibat pembukaan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perkembangan ini juga dirasakan oleh masyarakat di kampung Umakota, kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur yang masih memiliki rumah tradisional tetapi mulai dianggap ketinggalan zaman. Salah satu rumah tradisional di kampung Umakota adalah uma fafoe yang merupakan salah satu dari 6 rumah adat yang berperan sebagai tempat dilaksanakannya ritual adat. Uma fafoe yang telah beradaptasi dengan lingkungan selama ini dapat menjadi referensi berkelanjutan bagi bangunan baru yang akan dibangun di lingkungan yang sama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model  deskripsi eksploratif untuk menggali informasi secara mendalam tentang arsitektur uma fafoe. objek ditentukan dengan purposive sampling yang merujuk langsung pada rumah kepala suku di kampung Umakota ini untuk diobservasi, didukung dengan wawancara kepala suku sebagai narasumber yang dilengkapi dengan studi literatur. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi konsep keberlanjutan  dari keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan sosial pada uma fafoe. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uma fafoe sangat adaptif dengan lingkungan dan bila ditinjau dari 3 prinsip dasar arsitektur berkelanjutan maka uma fafoe juga memenuhi ketiga aspek keberlanjutan yang disyaratkan yakni keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan sosial. Modern times with technological advances and population growth affect the existence of traditional architecture because of the limited natural materials due to the opening of new land to meet the needs of the community. This development is also felt by the people in Umakota village, Malacca district, East Nusa Tenggara who still have traditional houses but are starting to be considered outdated. One of the traditional houses in Umakota village is uma fafoe which is one of 6 traditional houses that act as a place for carrying out traditional rituals. Uma fafoe which has adapted to the environment so far can be a sustainable reference for new buildings to be built in the same environment. The method used in this study is a qualitative method with an exploratory description model to explore in-depth information about the uma fafoe architecture. The object is determined by purposive sampling which refers directly to the house of the chief of the tribe in Umakota village for observation, supported by interviews with the chief of the tribe as a resource person who is equipped with a literature study. The purpose of this study is to explore the concept of sustainability from environmental, economic and social sustainability in uma fafoe. The results of this study indicate that uma fafoe is very adaptive to the environment and when viewed from the 3 basic principles of sustainable architecture, uma fafoe also fulfills the three required sustainability aspects, namely environmental, economic and social sustainability.
PENGARUH PENEMPATAN BUKAAN PADA PENERANGAN ALAMI RUSUN PEKUNDEN Audrey Clarisa Febriyani; VG Sri Rejeki
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.010

Abstract

Pencahayaan alami penting untuk meningkatkan kenyamanan visual dan produktifitas pengguna terutama pada rumah susun yang terdapat banyak kegiatan oleh penghuninya. Namun pencahayaan alami juga dapat menimbulkan kerugian pada bangunan dan penggunanya. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan ketersediaan pencahayaan alami pada Rusun Pekunden. Metode penelitian bersifat komparatif dengan mengambil data dari 6 unit rusun yang berbeda tipe dan letak kemudian dilakukan pengolahan data secara kuantitatif dari data berupa ukuran bukaan dan prosentase cahaya serta data telah disimulasikan oleh Dialux Evo. Penelitian menunjukkan bahwa Rusun Pekunden memiliki ukuran bukaan yang optimal namun cahaya tidak dapat masuk ke ruangan karena terdapat aspek lain yang yang menghalangi bukaan. Maka perlu adanya perancangan kembali dari penempatan bukaan agar optimal. Natural lighting is vital to increase visual comfort and user productivity, especially in flats with many occupants' activities. However, natural lighting can also cause harm to buildings and their users. So this study aims to determine the effect and availability of natural lighting in Pekunden Flats. The research method is comparative by taking data from 6 units of flats with different types and locations, then quantitative data processing is carried out from the data in the form of aperture size and percentage of light and the data has been simulated by Dialux Evo. Research shows that Pekunden Flats have an optimal opening size but light cannot enter the room because other aspects block the outlets. So there needs to be a redesign of the placement of the outlets so that they are optimal.
EFEKTIVITAS PROGRAM KAMPUNG DERET BERDASARKAN INDIKATOR KOTAKU Florencetina Florencetina; Rahmatyas Aditantri
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.002

Abstract

Penanganan permukiman kumuh merupakan fokus program yang dilakukan pemerintah agar tercipta lingkungan hunian yang layak huni bagi masyarakat. Berbagai program penanganan permukiman kumuh telah dicanangkan oleh Pemerintah salah satunya adalah Program Kampung Deret yang merupakan solusi peremajaan lingkungan kumuh perkotaan dari Pemerintah DKI Jakarta. Salah satu lokasi yang menjadi percontohan dari kesuksesan program ini adalah Kampung Deret Petogogan yang berlokasi di RW 05, Kelurahan Petogogan. Pelaksanaan Program Kampung Deret mengubah kondisi lingkungan yang semula kumuh dan tidak layak huni menjadi lingkungan yang lebih baik. Setiap program yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi, termasuk Program Kampung Deret untuk mengetahui tingkat keberhasilan program tersebut. Hal ini untuk melihat pengimplementasian dari program tersebut telah telah sasaran atau belum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Program Kampung Deret dalam penanganan kekumuhan di Kota Jakarta dengan melakukan studi kasus Kampung Deret Petogogan berdasarkan indikator KOTAKU. Pendekatan kuantitatif digunakan karena menilai kesesuaian tingkat kekumuhan dengan standar kekumuhan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14 Tahun 2018. Melalui analisis yang telah dilakukan, terjadi perubahan besar setelah pengimplementasian program yang berujung pada penurunan perhitungan skor kekumuhan dari skor 33 menjadi 16. Namun, perubahan ini belum cukup karena kategori kumuh tetap stagnan di tingkat kumuh ringan. Dengan demikian, Program Kampung Deret dinilai tidak mampu menangani permukiman kumuh dan kurang efektif sebagai solusi untuk memberantas kekumuhan di Kota Jakarta. Handling of slum settlements is the main focus from government in order to create livable residential for the community. Various slum settlement’s management programs have been launched by the Government, one of them is Kampung Deret Program which is a solution for rejuvenating urban slums from the DKI Jakarta Government. One of the locations that has become a model for the success of this program is the Petogogan Deret Village, which is located in RW 05, Kelurahan Petogogan. The implementation of Kampung Deret Program changed the environmental conditions, which was originally shabby and uninhabitable into a better environment. Every program that has been implemented needs to be evaluated, including the Kampung Deret Program to know the success rate of the program. This is to see if the implementation of the program has been targeted or not. This study aims to analyze the effectiveness of Kampung Deret Program in handling slums in Jakarta by conducting a case study on Kampung Deret Petogogan based on KOTAKU indicator. A quantitative approach is used as it assessed conformity of slums level with the slum standards in the Public Works and Public Housing Ministerial Regulation No. 14 of 2018. Through the analysis that has been carried out, there were major changes due to the implementation which led to a score decrease in the slum score calculation from 33 to 16. However, these changes are not enough as the slum category stays stagnant at a mild slum level. Therefore, Kampung Deret Program is considered unable to handle slums and is quite ineffective as a solution to eradicate slums in Jakarta. 
PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP TEMPAT YANG DIHINDARI DALAM MENGURANGI PENYEBARAN VIRUS Nina Septiana; Hanson Endra Kusuma; Allis Nurdini
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.006

Abstract

Wabah COVID-19 telah menyebar hampir keseluruh dunia dan telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan masyarakat dunia oleh WHO. Untuk mengurangi risiko penyebaran virus ini pemerintah berupaya melakukan pembatasan di berbagai daerah. Selain itu masyarakat yang mengetahui bahaya tertularnya virus mulai menghindari tempat-tempat yang memiliki risiko penularan yang besar. Kondisi bangunan saat ini menjadi hal yang penting untuk mengurangi kekhawatiran dalam mengunjungi tempat umum, terlebih bila tempat tersebut tidak memiliki kriteria bangunan sehat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penilaian bangunan dari perspektif pengguna. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan grounded theory berupa pengumpulan data menggunakan kuesioner daring yang bersifat terbuka, analisis yang dilakukan berupa open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil penelitian yang didapat adalah perspeksif pengguna berupa tempat yang dihindari dan alasan pengguna menghindari tempat tersebut. Hasil berupa empat kelompok utama yaitu kelompok minim prokes, kelompok risiko tertular, kelompok menghindari virus dan kelompok kurang nyaman. Hasil penerapan empat kelompok tersebut berupa penyesuaian desain dan perilaku dalam merancang bangunan sehat yang terhindar dari virus. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam membangun bangunan sehat, selain untuk kenyamanan pengguna, penerapan ini dilakukan agar bangunan tersebut dapat beradaptasi dengan kasus pandemi dikemudian hari.  The COVID-19 outbreak has spread in almost all parts of the world and has been declared a world public health emergency by the WHO. To reduce the risk of the virus spreading, the government is trying to make restrictions in various aspects. At the same time, people who know the dangers of this virus begin to avoid places that have a high risk of contagion. Healthy buildings are now crucial because nowadays conditions (pandemic) make public awareness raises, especially when these places -in a visual way- do not seem to have health criteria, which makes the public worried more. This research is done to know the requirement of the building from the perspective of the user. The research used qualitative with a grounded theory approach in the form of data collection using an open online questionnaire, and the analysis is carried out in the form of open coding, axial coding, and selective coding methods. The research results are get from respondents perspectives in the form of places to avoid including the reasons, the groups acquire are the less-acknowledged health protocol group, the group which has infected risk, the group who try to avoid the virus, and the less-comfort group. The results of the application of the four groups are in the form of design and behavior adjustments in designing healthy buildings that are protected from viruses.This research is expected to be a reference for designing a healthy building. Besides for the convenience of users, this implementation is also expected could make the building adapt to this kind of case such as the pandemic in the future.