cover
Contact Name
Christy Vidiyanti
Contact Email
christy.vidiyanti@mercubuana.ac.id
Phone
+628567535557
Journal Mail Official
arsitektur@mercubuana.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan
ISSN : 20888201     EISSN : 25982982     DOI : https://dx.doi.org/10.22441/vitruvian
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Ilmiah VITRUVIAN adalah jurnal yang mencakup artikel bidang ilmu arsitektur, bangunan, dan lingkungan. Jurnal ilmiah Vitruvian terbit secara berkala yaitu 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober, Februari, dan Juni. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian yang berkaitan erat dengan bidang arsitektur, bangunan, dan lingkungan.
Articles 212 Documents
Halaman Belakang Vol 12 No 1 Oktober 2022 Christy Vidiyanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Halaman Belakang Vol 12 No 1 Oktober 2022
TERITORI RUANG BERMAIN ANAK PADA FASILITAS PRASEKOLAH DI KOTA BANDUNG Lisda Triantini Nurazizah; Dhini Dewiyanti; Tri Widianti Natalia; Nova Chandra Aditya
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.001

Abstract

Teritori merupakan perwujudan dari bentuk rasa aman yang dimiliki oleh seseorang, sehingga dengan perasaan aman yang dimilikinya, maka kepercayaan dirinya untuk melakukan sesuatu menjadi lebih nyaman.  Anak dalam kategori usia tertentu, masih memiliki kecenderungan untuk selalu berada dalam lingkungan dengan orang-orang yang dikenal secara dekat agar dirinya merasa aman. Ketika masuk usia preschool sebagai awal perkenalan dirinya dengan dunia luar, anak harus belajar untuk mampu beraktivitas secara mandiri. Memahami aspek teritorialitas pada anak usia preschool diyakini sebagai sebuah upaya untuk memahami anak dengan hubungannya terhadap ruang yang dianggap sebagai tempat aman. Ruang yang dianggap aman oleh anak, mampu memberikan stimulus sehingga mampu untuk melakukan kegiatan secara mandiri maupun berkelompok. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi teritori ruang bermain anak pada kegiatan preschool di Growing Tree Kota Bandung, sebagai upaya untuk memahami ruang yang dianggap aman oleh anak. Penelitian ini digali melalui pengamatan dan pemetaan terhadap perilaku pengguna ruang yang dilakukan selama 1 bulan pada Mei 2022. Hasil dari penelitian mengungkapkan teritori dapat berbeda berdasarkan: 1). Gender; 2). Aktivitas; 3). Fasilitas; 4). Usia. Teritori yang dibentuk dan dianggap aman oleh anak berdasarkan penelitian diantaranya: 1). Teritori berkelompok melalui perilaku bermain dan lokasi dengan kegiatan tematik yang ditentukan pendamping dan kegiatan bermain bebas selama 30 menit. 2). Anak laki-laki cenderung membentuk sebuah teritori dengan segala jenis permainan khususnya permainan yang lebih menantang selain itu juga dapat membentuk teritori bersama anak perempuan. Sedangkan anak perempuan akan cenderung membentuk sebuah teritori jika permainan yang dianggapnya aman baik itu sesama perempuan atau bersama laki-laki. 3). Teritori pada ruang bermain menjadi fasilitas favorit anak dikarenakan anak usia dini pada dasarnya hal yang dilakukannya adalah bermain sehingga ruang tersebut dianggap aman oleh anak. Territory is an embodiment of a person's sense of security, so that with the feeling of security they have, their confidence to do something becomes more comfortable. Children in a certain age category still have a tendency to always be in an environment with people they know closely so that they feel safe. When entering preschool age as an initial introduction to the outside world, children must learn to be able to move independently. Understanding aspects of territoriality in preschool age children is believed to be an effort to understand children and their relationship to space that is considered a safe place. The space that is considered safe by children, is able to provide a stimulus so that they are able to carry out activities independently or in groups. The purpose of the study was to identify the territory of the children's playroom in preschool activities at Growing Tree Bandung, as an effort to understand the space that is considered safe by children. This research was explored through observations and mapping of the behavior of space users which was carried out for 1 month in May 2022. The results of the study revealed that territories could differ based on: 1). Gender; 2). Activity; 3). Facility; 4). Age. Territories that are formed and considered safe by children based on research include: 1). Group territory through play behavior and location with thematic activities determined by the companion and free play activities for 30 minutes. 2). Boys tend to form a territory with all kinds of games, especially games that are more challenging and can also form territory with girls. Meanwhile, girls will tend to form a territory if the game they think is safe is either with women or with men. 3). The territory in the playroom is a favorite facility for children because early childhood basically does what they do, so that the space is considered safe by children.
KINERJA ASET RUSUNAWA BALESARAKAN KABUPATEN BANDUNG BERDASARKAN POST-OCCUPANCY EVALUATION Ajit Muhammad Rafi; Tri Setyowati; Husna Candranurani Oktavia
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.007

Abstract

Rusunawa Balesarakan merupakan aset daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan rumah tinggal yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, berdasarkan hasil observasi pendahuluan terdapat beberapa indikasi masalah pada kinerja aset nya. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui kinerja aset Rusunawa Balesarakan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja aset Rusunawa Balesarakan belum mencapai kondisi yang optimal, karena beberapa indikator masih belum terpenuhi akibat aset dalam kondisi rusak, belum tersedia dan/atau belum memenuhi kriteria. Sehingga, perlu dilakukan perencanaan renovasi aset pada Rusunawa Balesarakan Kabupaten Bandung. Balesarakan Low-Cost Apartment is a regional asset owned by the Regency Government which was built to meet the needs of livable housing for low-income people. However, based on the results of preliminary observations, there are some indications of problems in its asset performance. The purpose of this study is to determine the asset performance of Balesarakan Low-Cost Apartment Bandung Regency. The research method used is descriptive method with qualitative and quantitative approaches. Data collection techniques were carried out by observation, interviews, questionnaires, and documentation studies. The data analysis technique used is descriptive statistical data analysis technique. The results showed that some of the assets of Balesarakan Low-Cost Apartment were in a damaged condition, not yet available and did not meet the criteria. Thus, it is necessary to plan for asset renovation at Balesarakan Low-Cost Apartment, Bandung Regency.
Halaman Depan Vol 12 No 1 Oktober 2022 Christy Vidiyanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Halaman Depan Vol 12 No 1 Oktober 2022
PENGEMBANGAN KAMPUNG-KOTA DENGAN PENDEKATAN NEW URBANISM SETTLEMENTS DI KOTA SEMARANG Annizar Bachri
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.003

Abstract

Keberadaan perkampungan di pusat perkotaan menjadi salah satu fenomena urbanism yang sudah ada sejak beberapa dekade kebelakang. Pada negara berkembang seperti di Indonesia, keberadaan kampung-kota menjadi salah satu ciri bermukim penduduk setempat. Salah satunya kampung-kota yang berada pada pusat kota Semarang yaitu kampung Pendrikan Kidul, Kecamatan Semarang Tengah. Polemik kepadatan penduduk membuat daerah Pendrikan Kidul menjadi kurang teratur dan dapat dipastikan ruang-ruang yang tersisa sangat sedikit dari aspek fisik dan pemanfaatannya. Dengan menganalisa permasalahan yang ada, pola tata ruang dengan integrasi yang baik akan mewujudkan budaya bermukim yang baik dan nyaman di dalamnya. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan pola parameter keberlanjutan terhadap lokasi dengan acuan latar belakang yang sudah ada. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif sebagai bahan perumusan masalah untuk mengeksplorasi situasi tapak yang merujuk pada solusi penerapan konsep New Urbanism Settlements dalam perancangan dan merekomendasikan zonasi baru sebagai trasnformasi fungsi pada perkampungan Pendrikan Kidul yang berkelanjutan. Dari penelitian ini diharapkan dapat membentuk konsep desain baru pada skala besar di lokasi padat penduduk yang mempunyai fungsi lebih dari sekedar tempat tinggal. Villages in metropolitan areas are an urbanization phenomenon that has existed for decades. The existence of village towns is one of the characteristics of the local population in developing nations such as Indonesia. Pendrikan Kidul Village, Central Semarang District, is a village town in the heart of Semarang. The population density polemic makes the Pendrikan Kidul area less organized, and the remaining spaces are pretty limited in terms of physical characteristics and utilization. By assessing existing challenges, spatial designs with good integration will generate a pleasant and relaxing living culture. Concerning the current background, this research aims to determine the pattern of sustainability factors for the area. This research utilizes a descriptive method with a qualitative approach as a problem formulation material to investigate the site's situation, which refers to the solution of applying the concept of New Urbanism Settlements in the design and recommending new zoning as a function transformation in the sustainable Pendrikan Kidul village. This research is projected to result in a new large-scale design idea for a highly inhabited area that serves more purposes than merely providing a place to live.
ECO-CONTEXT PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG AKUARIUM DI PENJARINGAN Fira Fahmiah Syafriani Baharuddin; Etty R Kridarso; Sri Tundono
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.008

Abstract

Angka kebutuhan hunian menjadi masalah dengan urgensi tinggi saat ini dikarenakan semakin tingginya angka pertumbuhan penduduk terutama di daerah DKI Jakarta, hal ini menyebabkan banyak terbentuknya pemukiman liar. Rumah susun menjadi salah satu alternatif penyelesaian permasalahan hunian tetapi belum mencakup penyelesaian masalah lingkungan yang juga terbentuk karena itu. Pendekatan arsitektur Eco-Context atau yang dikenal dengan Ecology-Contextual memiliki prinsip-prinsip perancangan yang dapat mengatasi permasalahan lingkungan seperti banjir. Rumah Susun Kampung Akuarium menjadi objek bangunan yang paling tepat untuk mendesripsikan kondisi ini dan diharapkan dapat menjadi patokan evaluasi tingkat pemenuhan Eco-Context terhadap rumah susun dan juga kaitannya dalam mengatasi masalah lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berfokus pada pengamatan dan analisis objek dengan metode pengumpulan data yaitu melaui observasi, wawancara hingga studi literatur. Data yang ada kemudian dianalisis dan diuraikan dengan penjelasan yang lebih dapat dimengerti. Penilaian menggunakan rentang nilai kesesuaian antara bangunan yag ada dengan pendekatan Eco-context sesuai dengan teori yang berkaitan untuk menilai seberapa sesuai dengan tema. The number of housing needs is a problem with high urgency at this time due to the high rate of population growth, especially in the DKI Jakarta area, this has led to the formation of many illegal settlements. Flats are one of the alternative solutions to residential problems but not environmental problems. The Eco-Context architectural approach known as Ecology-Contextual has design principles that can overcome environmental problems such as flooding. The Kampung Akuarium Flat is the most appropriate building object to describe this condition and is expected to be a benchmark for evaluating the level of Eco-Context compliance for flats and also its relation to addressing environmental problems. This research was carried out using a qualitative descriptive method that focuses on observation and object analysis with data collection methods, namely through observation, interviews and literature studies. The existing data is then analyzed and described with a more understandable explanation. The assessment uses a range of suitability values between existing buildings and the Eco-context approach in accordance with related theories to assess how well it fits the theme.
Layout Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan Update Maret 2023 Christy Vidiyanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Template Naskah Vitruvian
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Layout Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan Update Maret 2023
TRANSFORMASI ARSITEKTUR HUNIAN PASCA BENCANA PADA KAWASAN PESISIR GAMPONG KUALA CANGKOI KABUPATEN ACEH UTARA Cut Azmah Fithri; Soraya Masthura Hassan; Nasruddin Nasruddin
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2023.v12i2.009

Abstract

Hunian pasca bencana yang telah di bangun pada kawasan yang terdampak bencana tidak sesuai dengan kebutuhan penghuni. Ruang yang tersedia tidak dapat menampung semua aktivitas. Akibatnya penghuni melakukan penambahan ruang dan massa bangunan di samping dan belakang hunian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi perubahan hunian pasca bencana dengan menggunakan empat indikator yaitu: kebutuhan identitas diri, penambahan jumlah keluarga,gaya hidup dan penggunaan teknologi. Metode yangdigunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi.Hasil yang dari temuan penelitian bahwa perubahan hunian disebabkan penambahan jumlah anggota keluarga dan kebutuhan penggunaan alat-alat rumah tangga, sandang dan kendaraan sedangkan gaya hidup dan penggunaan teknologi tidak menjadi hal yang dapat mempengaruhi perubahan hunian.
KESESUAIAN RUANG PUBLIK DI DKI JAKARTA SEBAGAI RUANG KETIGA DI ERA DIGITAL Firmansyah Bachtiar; VG Sri Rejeki; Riandy Tarigan; Antonius Ardiyanto; Albertus Sidharta Muljadinata
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2023.v12i2.004

Abstract

Ruang Ketiga (Third Place) merupakan ruang interaksi sosial yang berada di antara Ruang Pertama (rumah) dan Ruang Kedua (tempat kerja). Pada era digital, Ruang Ketiga mulai mengalami transformasi yang mempengaruhi aktifitas dan ruang yang terbentuk di dalamnya. Narasi Ruang Ketiga muncul di DKI Jakarta untuk mendefinisikan beberapa ruang publik kota yang populer dikunjungi oleh warga karena daya tarik arsitektur atau aktivitasnya. Penelitian ini dilakukan untuk menelaah berbagai Ruang Ketiga yang dinarasikan oleh media, kemudian melihat kesesuaiannya dengan teori Ruang Ketiga Oldenburg dan perbedaan karakternya di era digital. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan deduktif, dengan mengelaborasi karakteristik Ruang Ketiga Oldenburg yang dipadukan dengan temuan dari penelitian oleh Memarovic dan Simões Aelbrecht untuk melihat perkembangan Ruang Ketiga dalam konteks ruang publik kota pada era digital. Analisis dilakukan melalu persandingan elemen-elemen karakteristik Ruang Ketiga pada tujuh lokasi yang populer dinyatakan sebagai Ruang Ketiga di DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ruang Ketiga di Jakarta adalah ruang yang berperan lebih sebagai ruang untuk menarik minat warga berkunjung karena kebutuhan eksistensi digital. Hal ini berbeda dengan karakteristik Ruang Ketiga Oldenburg yang lebih berperan sebagai ruang yang mendorong terjadinya komunikasi intensif dan intim antar pengunjung. Hasil temuan ini dapat menjadikan pijakan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pencirian ulang terhadap Ruang Ketiga dalam konteks ruang publik kota dan kaitannya dengan perubahan gaya hidup digital di masyarakat. The Third Place is a space for social interaction between the First Place (home) and the Second Place (workplace). In the digital age, Third Place begins to experience a transformation that affects the activities and spaces that are formed within it. Third Place narrative was raised in DKI Jakarta to define public spaces that are popularly visited by residents because of their architectural attractiveness or activities. This research was conducted to analyze various Third Places narrated by the media, then to observe their suitability with Oldenburg's Third Place theory and its transformation in the digital era. This research was conducted using a qualitative research method through a deductive approach, by elaborating the characteristics of Oldenburg Third Place combined with findings from research by Memarovic and Aelbrecht to see the development of Third Place in the context of digital lifestyle and contemporary urban public space. The analysis is carried out by comparing the characteristic of the Third Place at seven popular locations that are declared as the Third Place in DKI Jakarta. The results of the study show that the Third Place in DKI Jakarta is a place that acts more as a space to attract residents to visit because of the need for digital existence. This is different from the characteristics of Oldenburg Third Place which encourages intensive and intimate communication between visitors. The results of these findings can serve as a basis for further research regarding the re-characterization of the Third Place in the context of urban public space and its relation to the impact of digital lifestyles in society.  
PRINSIP DAN ELEMEN PARIWISATA BERKELANJUTAN SEBAGAI DAYA TARIK DAN EKSISTENSI WISATA KULINER DI PASAR LAMA TANGERANG Andhi Seto Prasetyo; Nadia Resita Christantia
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2023.v12i2.010

Abstract

Kawasan Pasar Lama Tangerang merupakan area inti dari kawasan Kota Lama Tangerang yang terbagi dalam tiga blok utama yaitu Blok Masjid Agung-Pendopo, Blok Stasiun Kereta Api dan Blok Kota Lama atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan kawasan Pasar Lama Tangerang. Aktivitas kebudayaan lama seperti kegiatan perdagangan masih terlihat didalam Blok Kota Lama terutama di koridor Jalan Ki Samaun yang menjadi pusat wisata kuliner. Lokasi kawasan ini terletak di Timur tepi sungai Cisadane. Lokasi yang strategis, meningkatnya pendapatan masyarakat dan kelengkapan jenis-jenis kebutuhan pokok dan makanan yang ditawarkan bisa menjadi alasan yang menyebabkan padatnya intensitas pengunjung ke kawasan Pasar Lama Tangerang. Kondisi tersebut mendorong untuk dilakukannya penelitian ini mengenai apa yang menyebabkan kawasan Pasar Lama Tangerang menjadi daya tarik wisata kuliner di Tangerang dengan intensitas pengunjung yang padat dan tetap eksis hingga sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apa saja yang menjadikan kawasan Pasar Lama Tangerang sebagai daya tarik wisata kuliner di kota Tangerang dan bagaimana kawasan Pasar Lama Tangerang dapat tetap eksis hingga sekarang. Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini berparadigma pada pendekatan induktif. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yang mengharuskan peneliti untuk melakukan observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan RTRW Kota Tangerang Tahun 2012-2032, Pasar Lama Tangerang merupakan Kawasan Perlindungan Setempat, secara umum arahan pemanfaatan ruangnya adalah penataan ruang, revitalisasi, peningkatan kualitas pelayanan dan pengembangan wisata. Kawasan Pasar Lama Tangerang sudah terbentuk lama sejak kedatangan orang Tionghoa datang dan membentuk permukiman pecinan di tepi Sungai Cisadane pada tahun 1513. Kawasan Pasar Lama Tangerang didukung dengan fasilitas transportasi yang cukup baik yang menghubungkan dengan beberapa lokasi di sekitar Kota Tangerang dan Jabodetabek. Beberapa hal yang menjadikan kawasan Pasar Lama Tangerang dipadati pengunjung dan tetap eksis hingga sekarang adalah terdapatnya prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan dan elemen-elemen kunci pariwisata kota berkelanjutan didalam kawasan tersebut.