cover
Contact Name
Hamid Mukhlis
Contact Email
me@hamidmukhlis.id
Phone
+6281325790254
Journal Mail Official
me@hamidmukhlis.id
Editorial Address
Jalan A. Yani 1A Tambahrejo Gadingrejo Kab. Pringsewu Kode Pos: 35372, Phone: 0729 7081587
Location
Kab. pringsewu,
Lampung
INDONESIA
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan
ISSN : 25024825     EISSN : 25029495     DOI : 10.30604/jika
Core Subject : Health,
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan (JIKA), with registered number ISSN 2502-4825 (Print) and ISSN 2502-9495 (Online), is an international peer-reviewed journal published two times a year (June and December) by Universitas Aisyah Pringsewu (UAP) Lampung. JIKA is intended to be the journal for publishing articles reporting the results of research on Health Science field especially Nursing and Midwifery, as well as with their development through interdisciplinary and multidisciplinary approach. The submission process of the manuscript is open throughout the year. All submitted manuscripts will go through the blind peer review and editorial review before being granted with acceptance for publication.
Articles 47 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2: June 2022" : 47 Documents clear
Caring Training on Caring Behavior and Nurse Work Culture at RSUP. Dr. M. Djamil Padang Yessi Fadriyanti; Verra Widhi Astuti; Mira Susanti; Defia Roza; Yosi Suryarinilsih; Tasman Tasman
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.424 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.896

Abstract

Quality nursing services require nurses to work in a professional and standardized manner, where the service focuses on the patient and has to be comprehensive. The best nursing services can be realized by caring behavior which is fundamental to the nursing profession. The design of this research is “Quasi-experimental with One Group pretest-posttest design”. The study was conducted on 50 nurses in four wards selected by proportional random sampling. Data were analyzed with proportions and Paired T-Test. The results showed that there was significant differences caring domain such as cognitive abilities (p = 0.000), affective abilities (p = 0.000), psychomotor abilities (p = 0.000), and also work culture (p = 0.000) after being given caring training. It means that caring training can improve caring behavior and work culture. It is expected that the hospital will conduct caring training for all nurses for a minimum of 1 day with the training method carried out by lectures, questions and answers, role play/demonstrations, discussions and using the caring module as nurse guidance for caring behavior. Abstrak: Pelayanan keperawatan yang berkualitas menuntut perawat untuk bekerja secara profesional dan terstandar, dimana pelayanan berfokus pada pasien dan harus komprehensif. Pelayanan keperawatan yang terbaik dapat diwujudkan dengan perilaku caring yang merupakan dasar dari profesi keperawatan. Desain penelitian ini adalah Quasi eksperimental dengan desain One Group pretest-posttest design. Penelitian dilakukan pada 50 perawat di empat bangsal yang dipilih secara proporsional random sampling. Data dianalisis dengan proporsi dan Paired T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada domain caring sepertikemampuan kognitif (p = 0,000), kemampuan afektif (p = 0,000), kemampuan psikomotorik (p= 0,000), dan juga budaya kerja (p = 0,000) setelah diberikan pelatihan caring. Artinya pelatihan caring dapat meningkatkan perilaku caring dan budaya kerja. Diharapkan pihak rumah sakit melakukan pelatihan caring kepada seluruh perawat minimal satu hari dengan metode pelatihan dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, role play/demonstrasi, diskusi dan menggunakan modul caring sebagai pedoman perawat berperilaku caring.
Experiences of the Transition to Parenthood in Teenage Married Couples Aninda Ayu Putri Fuspita Sari; Andari Wuri Astuti; Dwi Ernawati
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.854 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.979

Abstract

The transition to parenthood is a difficult and stressful time for many couples, and those who become parents in their teens will most likely experience stress and challenges. The objective of this review is to scrutinize evidence related to the experiences of the transition to parenthood in teenage married couples. The scoping review method used was the Arksey and O'Malley framework consisting of 5 stages including identification of the PICO framework, identification of relevant articles, searching for articles from databases such as Science Direct, Pubmed, and Willey, selecting in Prisma Flow Charts, conducting Critical Appraisal on articles, doing data charting, compiling, summarizing, and reporting the results. Based on the search results from the databases, 11 articles were obtained. Of the 11 articles, an assessment was carried out and all articles got a grade of A, 4 articles with the quantitative method and 7 articles with the qualitative method. Furthermore, 3 themes were identified, namely social support, psychological impact, and barriers. The conclusion of the study found a gap in the results of review articles in developed countries and developing countries. In developed countries, the results of review articles tend to focus on psychological problems in the transition to parenthood. The adolescent parents feel pressured and are not ready to become new parents, causing stress and depression when becoming new parents. In contrast to developing countries, psychological problems in the transition to parenthood tend to focus on social support and barriers to becoming new parents. Abstrak: Transisi menjadi orang tua adalah masa yang sulit dan penuh tekanan bagi banyak pasangan apalagi pasangan yang menjadi orangtua pada usia remaja akan berpotensi mengalami stress dan tantangan. Tujuan Review untuk mereview evidence terkait pengalaman transisi menjadi orang tua pada pasangan yang menikah pada usia remaja. Metode scoping review yang digunakan adalah framework Arksey and O’Malley terdiri atas 5 tahap meliputi identifikasi  framework PICO, identifikasi artikel relevan, melakukan pencarian artikel dari database yaitu Science Direct, Pubmed, dan Willey, menyeleksi dalam Prisma Flow Chart, Critical Appraisal pada artikel, melakukan data Charting, menyusun meringkas kemudian melaporkan hasil. Berdasarkan hasil pencarian dari database didapatkan 11 artikel. Dari 11 artikel tersebut dilakukan penilaian dan didapatkan semua artikel mendapat grade A dengan metode penelitian kuantitatif dengan rincian 4 artikel dan metode qualitative study dengan rincian 7 artikel. Selanjutnya didapatkan 3 tema yaitu dukungan sosial,dampak psikologis, dan hambatan. Kesimpulan hasil penelitian ditemukan gap antara hasil review artikel pada negara maju cenderung fokus pada masalah psikologis pada transisi menjadi orangtua, orang tua remaja merasa tertekan dan belum siap untuk menjadi orangtua baru sehingga menyebabkan stress dan depresi saat menjadi orang tua baru, berbeda dengan di negara berkembang masalah psikologis pada transisi menjadi orangtua remaja cenderung fokus pada dukungan sosial dan hambatan menjadi orang tua baru.
Experience of Nurses in Providing Rehabilitation Therapy Programs for Adolescents Using Narcotics, Psychotropic and Other Addictive Substances (NAPZA) Puguh Raharjo; K Kumboyono; Yati Sri Hayati
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.062 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.1159

Abstract

Nurses who handle drug cases in adolescents need to focus on adjusting the social, emotional and physical aspects of the family through intervention at a rehabilitation therapy centre. This study aims to explore the experience of nurses in providing rehabilitation therapy programs to adolescent drug users. The research design uses qualitative methods with an interpretive phenomenological approach. In-depth interviews were conducted with 6 nurses at the Hayunanto Medical Center Drug Rehabilitation Center. This study resulted in 10 themes, including 1)feeling concerned about adolescent drug users, 2) being happy when successfully curing patients, 3) being frustrated seeing patients relapse and being rehabilitated again, 4) being challenged to devote themselves, 5)the key to successful treatment is to do more assessment and communication, 6)use various approaches to overcome obstacles, 7)interaction still carried out through outpatient and home visits, 8)difficulties in understanding the holistic aspects of patients, 9)the need for involvement of various parties in overcoming drug abuse, 10)the need to increase interventions involving social media. The conclusion of this study is that the experience of nurses in providing therapy programs to adolescent patients with drugs causes various conditions felt by nurses, it is necessary to involve several parties as supporting factors for achieving therapeutic programs for adolescent NAPZA users. Abstrak: Perawat yang menangani kasus NAPZA pada remajaperluberfokus pada penyesuaian aspek sosial, emosi dan fisik pada keluarga melalui intervensi di pusat terapi rehabilitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan program terapi rehabilitasi pada remaja pengguna NAPZA. Desain penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif. Wawancara mendalam dilakukan pada 6 perawat di Pusat Rehabilitasi Narkoba Hayunanto Medical Center. Penelitian ini menghasilkan 10 tema yaitu 1)merasa prihatin menghadapi remaja pengguna NAPZA, 2)bahagia ketika berhasil menyembuhkan pasien,3) frustasi melihat pasien kambuh dan direhabilitasi kembali,3)tertantangmengabdikan diri,5)kunci keberhasilan perawatanadalah lebih banyak melakukan pengkajian dan komunikasi, 6)menggunakan berbagai pendekatan untuk mengatasi hambatan, 7)interaksi tetap dilakukan melalui rawat jalan dan home visit,8)kesulitanmemahami aspek holistik pasien,9)perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam mengatasi penyalahgunaan NAPZA,10)perlunya meningkatkan intervensi yang melibatkan media sosial. Kesimpulan penelitian ini adalah pengalaman perawat dalam pemberian program terapi pada pasien remaja dengan NAPZA menimbulkan berbagai kondisi yang dirasakan perawat, perlu keterlibatan beberapa pihak sebagai faktor pendukung tercapainya program pemberian terapi pada remaja pengguna NAPZA.
Self Efficacy and Quality of Life in Chronic Renal Failure Persons on Hemodialysis Yosi Oktarina; Andika Sulistiawan
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.305 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.910

Abstract

Hemodialysis is performed on patients with end-stage renal failure routinely every 2-3 times a week for the patient's survival. However, many physical, psychological, and socio-economic problems impact patients due to routine hemodialysis. It certainly has an impact on the patient's quality of life. Self-efficacy is believed to affect the patient's quality of life. The purpose of this study was to determine the correlation of self-efficacy with the quality of life of chronic renal failure patients undergoing hemodialysis. This research was conducted in the Hemodialysis Room at Raden Mattaher Hospital with a total sample of 62 people. The side technique uses consecutive sampling. The measuring instrument used is SEMCD-6 which assesses self-efficacy and WHOQoL-Bref to assess the patient's quality of life. Data analysis using Spearman correlation. The results of the univariate analysis showed the mean self-efficacy score was (42.47±5.11). The highest mean score was found in the environmental domain (63.77±10.85), and the lowest average was in the physical domain (51.98±7.71). The bivariate analysis found that there was a positive correlation between self-efficacy and quality of life in the four domains (physical, psychological, social relations, and environmental domains) with a p-value less than 0.05 (R = 0.366-0.631). It shows that the better the self-efficacy, the higher the patient's quality of life. It is hoped that nurses can provide motivation and health education to patients and families to increase patient self-efficacy so that the patient's quality of life increases.Abstrak: Hemodialisis dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik tahap akhir secara rutin yang dilakukan setiap 2-3 kali dalam seminggu untuk kelangsungan hidup pasien. Namun demikian, sejumlah dampak baik fisik, psikologis, maupun sosial ekonomi dapat timbul pada pasien akibat rutinitas dalam menjalani hemodialisis. Hal ini tentu berdampak pada kualitas hidup pasien. Self efficacy diyakini mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi self efficacy dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini dilakukan di ruang hemodialisa RSUD Raden Mattaher dengan jumlah sampel sebanyak 62 orang. Teknik sampiing menggunakan consecutive sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu SEMCD-6 yang digunakan untuk menilai self efficacy dan WHOQoL-Bref untuk menilai kualitas hidup pasien. Analisa data menggunakan korelasi Spearman. Hasil analisis univariat menunjukkan rerata skor self efficacy (42,47±5,11). Skor rerata tertinggi didapatkan pada domain lingkungan (63,77±10,85) dan skor rerata terendah berada pada domain fisik (51,98±7,71). Analisis bivariat ditemukan hasil terdapat korelasi positif self efficacy dengan kualitas hidup pada keempat domain (domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkunga) dengan nilai p-value kurang dari 0,05 (R = 0,366-0,631). Hal ini menunjukkan semakin baik self efficacy, semakin tinggi kualitas hidup pasien. Diharapkan perawat dapat memberikan motivasi dan edukasi kesehatan kepada pasien dan keluarga untuk dapat meningkatkan self efficacy pasien sehingga kualitas hidup pasien meningkat.
Determinant Teenager Family Planning in Banten Province 2019 (SKAP 2019 Secondary Analysis Data) Reni Nofita; Dorsinta Siallagan; Restu Octasila; Rd. Deden Gumilar Nugraha
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.908 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.607

Abstract

The United Nations Children's Fund (UNICEF) in 2013, stated that Indonesia was the country with the seventh-highest child marriage rate in the world. Based on data SKAP 2019, the knowledge index of adolescents about KRR for Banten Province at 44.2%. The purpose of the study was to determine the determinants of family planning in teenagers in Banten Province in 2019 as input in determining the priority of improvement program efforts in reducing the incidence of early marriage in adolescents, especially in Banten Province. This research is a quantitative study, using secondary data from the 2019 Youth SKAP. The research design is cross sectional. The outcome variable of this study is family planning in adolescents, while the predictor variables include; Gender, area of residence, education, age group, teenager Knowledge about Reproductive Health, Exposure to media sources, Information Source Officer, Ever Dating, Sexual Attitude before marriage and Courtship Behavior. The population of this study was teenagers in Banten Province, while the research sample used the results of the 2019 SRS SKAP data restriction, namely 1454 respondents. Univariate analysis describes family planning in teenagers and their predictor factors, bivariate analysis using Chisquare and Anova, for multivariate analysis using logistic regression. The results obtained 59.6% of family planning in teenagers is not good. There was a significant relationship between age group (p=0.001), place of residence (p= 0.000), level of education (p=0.000), knowledge of adolescent reproductive health (p=0.000), exposure to information media (p=0.000), service provider information (p=0.000), ever dating (p=0.000) and courtship behavior (p=0.000) on family planning in adolescents in Banten Province in 2019. The most dominant factor for family planning in teenager is teenager knowledge about reproductive health in the category of having sufficient the chances of family planning are 7 times better than those with less good knowledge after being controlled by variables of age group, place of residence, education level, media exposure, information giving officers and having been in a relationship. Suggestions for this research to the youth sub-sector to continue to disseminate information about teenager reproductive health either through the media or officers who provide information and make advertisements about reproductive health or family planning. Abstrak: The United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2013, menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara dengan angka perkawinan anak tertinggi ketujuh di dunia. Berdasarkan data SKAP 2019 tentang indek pengetahuan remaja tentang KRR untuk Provinsi Banten pada angka 44,2%. Tujuan penelitian adalah Diketahuinya determinan perencanaan keluarga pada remaja di Provinsi Banten Tahun 2019 sebagai bahan masukan dalam menentukan prioritas upaya program peningkatan dalam mengurangi kejadian nikah dini pada remaja khususnya di Provinsi Banten. Penelitian merupakan studi kuantitatif, menggunakan data sekunder SKAP Remaja 2019. Desain Penelitian cross sectional. Variabel outcome penelitian ini adalah perencanaan keluarga pada remaja, sedangkan variable predictor meliputi; Jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, pendidikan, kelompok umur, Pengetahuan Remaja tentang kesehatan Reproduksi, Keterpaparan sumber media, Petugas Sumber Informasi, Pernah Pacaran, Sikap Seksual sebelum menikah dan Perilaku pacaran. Populasi penelitian ini adalah remaja di Provinsi Banten sedangkan sampel penelitian menggunakan hasil retriksi data SRS SKAP 2019 yaitu 1454 Responden. Analisa univariat menggambarkan perencanaan keluarga pada remaja serta factor-faktor prediktornya, analisa bivariate menggunakan Chisquare dan Anova, untuk analisa multivariate menggunakan regresi logistik. Hasil diperoleh 59.6 % perencanaan keluarga pada remaja kurang baik. Terdapat hubungan signifikan antara kelompok usia (p= 0.001), tempat tinggal (p= 0.000), tingkat pendidikan (p=0.000), pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja (p=0.000), Keterpaparan Media informasi (p=0.000), petugas pemberi informasi (p=0.000), pernah pacaran (p=0.000) dan perilaku pacaran (p=0.000) terhadap perencanaan berkeluarga pada remaja di Provinsi Banten Tahun 2019. Faktor yang paling dominan terhadap perencanaan berkeluarga pada remaja pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi katagori cukup memiliki peluang perencanaan keluarga 7 kali lebih baik dibandingkan berpengetahuan kurang baik setelah dikontrol oleh variabel kelompok usia, tempat tinggal, tingkat pendidikan, keterpaparan media, petugas pemberi informasi dan pernah pacaran. Saran penelitian ini kepada Sub bidang remaja agar tetap menyebarkan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja baik melalui media ataupun petugas pemberi informasi serta membuat iklan mengenai kesehatan reproduksi atau perencanaan berkeluarga.
Implementation of Tracing System for Covid-19: A Literature Review Dwi Yulianingsih Putri Hanardi; Erna Rochmawati
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.278 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.1036

Abstract

COVID19 virus spreads very fast and can result in death. COVID19 incident has also impacted all sectors of life.  Governments in many countries made various efforts to control the rate of transmission including developing and implementing contact tracing for COVID19. Contact tracing or tracing systems is a priority effort Contact tracing or tracing systems is a priority effort to contain the spread of the coronavirus and reduce mortality due to covid19. This paper aims to analyze the implementation covid-19 tracing system as an effort to restrain the covid-19 outbreak. The following bibliographic databases were searched to identify potentially relevant documents: SCOPUS, EBSCOHost, EMERALD, ScienceDirect, and PubMed. The search strategy was developed by the first author and further refined through team discussions. The final search results are exported to EndNote, and duplicates are removed automatically and manually. Then for the report format, follow PRISMA. 12 articles were included in the review. We found several things in analyzing the implementation of contact tracing such as the impact of implementing contact tracing, contact tracing management, and obstacles to implementing contact tracing in controlling covid19 outbreak. Contact tracing or tracing systems have a positive impact on reducing and controlling the transmission and spread of the COVID19 disease. Abstrak: Virus COVID19 menyebar sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian. Wabah COVID19 juga berdampak pada semua sektor kehidupan. Pemerintah di banyak negara melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan laju penularan termasuk mengembangkan dan menerapkan pelacakan kontak COVID19. Pelacakan kontak atau sistem pelacakan merupakan upaya prioritas menahan laju penularan virus corona dan mengurangi angka kematian akibat covid-19. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem pelacakan covid19 sebagai upaya pengendalian wabah covid-19. Basis data bibliografi berikut dicari untuk mengidentifikasi dokumen relevan yang potensial: SCOPUS, EBSCOHost, EMERALD, ScienceDirect, dan PubMed. Strategi pencarian dikembangkan oleh penulis pertama dan disempurnakan lebih lanjut melalui diskusi tim. Hasil pencarian akhir diekspor ke End Note, dan duplikatnya dihapus secara otomatis dan manual. Kemudian untuk format laporan, mengikuti PRISMA. 12 artikel dimasukkan dalam review. Kami menemukan beberapa hal dalam menganalisa pelaksanaan contact tracing seperti dampak penerapan pelcakan kontak, manajemen pelcakan kontak, dan kendala penerapan pelcakan kontak dalam pengendalian wabah covid19. Pelacakan kontak atau sistem pelacakan berdampak positif dalam mengurangi dan mengendalikan penularan dan penyebaran penyakit COVID19.
Empowerment Approachas A Stunting Prevention Intervention: Scoping Review Ratna Trisilawati; Zahroh Shaluhiyah; Bagoes Widjanarko
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3361.951 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.983

Abstract

Stunting is a cumulative reflection of chronic nutrition, infection, and other factors that occur from time to time and cause health problems and poor child development, and can endanger the quality of life of future generations of a nation. Interventions to overcome the problem of stunting have been carried out in various ways, both specifically and sensitively. Stunting is still a global issue, and various interventions have been carried out to overcome it, one of which is the empowerment approach which is an important principle to improve the quality of life. This study is a scoping review that contains literature on empowerment as a stunting prevention intervention. Article searches are carried out using online databases such as Google Scholar, PubMed, and Proquest. PRISMA flow chart was used for selection. The search results yielded 4,419 literature, title screening rejected 1,648 kinds of literature, and 115 items screened full text, with 12 kinds of literature meeting the inclusion requirements. The empowerment approach that is often carried out is women's empowerment, but in stunting prevention interventions, women's empowerment approaches are not enough to require other empowerment efforts such as empowering cadres as well as families and communities. The involvement of the community’s active role is necessary to prevent stunting because the community is the front line and understands the problems that occur in their respective regions, so the concept of the approach top-down and bottom-up must work well together. Joint efforts are needed in preventing stunting, one of which is the empowerment that is not only focused on empowering women but can also be empowered cadres, families, and communities. In determining empowerment indicators, it is hoped that it will not be too broad because the indicators, domains, and questions used in a study aimed to measure empowerment or in developing an empowerment index. Abstrak: Stunting adalah cerminan kumulatif dari gizi kronis, infeksi, dan faktor lain yang terjadi dari waktu ke waktu dan menjadikan masalah kesehatan serta tumbuh kembang anak yang buruk, serta dapat membahayakan kualitas hidup generasi masa depan suatu bangsa. Stunting masih menjadi isu dunia, dan berbagai intervensi telah dilakukan untuk mengatasinya, salah satunya dengan pendekatan pemberdayaan yang merupakan prinsip penting untuk meningkatkan kualitas hidup. Kajian ini merupakan scoping review yang memuat literatur tentang pemberdayaan sebagai intervensi pencegahan stunting. Pencarian artikel dilakukan dengan memanfaatkan database online seperti Google Scholar, PubMed, dan Proquest. Diagram alir PRISMA digunakan untuk seleksi. Hasil pencarian menghasilkan 4.419 literatur, penyaringan judul ditolak 1.648 literatur dan 115 item disaring teks lengkap, dengan 12 literatur memenuhi persyaratan inklusi. Pendekatan pemberdayaan yang seringkali dilakukan adalah pemberdayaan perempuan, tetapi dalam intervensi pencegahan stunting pendekatan pemberdayaan perempuan saja tidak cukup perlu upaya pemberdayaan lainnya seperti pemberdayaan kader maupun keluarga serta masyarakat. Pelibatan peran aktif masyarakat sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan stunting, karena masyarakat adalah garda terdepan dan memahami masalah yang terjadi diwilayah masing-masing, sehingga konsep pendekatan topdown dan bottom up haruslah bersinergi dengan baik. Perlu upaya bersama dalam pencegahan stunting salah satunya dengan pemberdayaan yang tidak hanya difokuskan kepada pemberdayaan perempuan saja tetapi dapat juga dilakukan pemberdayaan kepada kader, keluarga maupun masyarakat. Dalam penentuan indikator pemberdayaan diharapkan tidak terlalu luas karena indikator, domain dan pertanyaan yang digunakan didalam sebuah penelitian bertujuan untuk mengukur pemberdayaan atau dalam pengembangan indeks pemberdayaan.
The Effectiveness of Prone Positioning in Patients with Acute Respiratory Distress Syndrome: A Literature Review Giri Susanto; Lestari Sukmarini
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3597.905 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.985

Abstract

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) is connected with the high mortality rate. The syndrome appears in the form of a decrease in pulmonary compliance which causes mechanical changes and gas exchange in the lungs resulting in hypoxemia which is indicated by a decrease of oxygen saturation. Prone positioning (PP) can be an intervention in moderate to severe respiratory disorders in ARDS, which aims to increase oxygen saturation. Objective: This study aims to determine the extent to which prone positioning given to ARDS patients can increase oxygen saturation. This study applies the literature review method. The search for the literature used the scientific database, such as Proquest, ScienceDirect, and Pubmed/MEDLINE with the publication years of 2019-2021. Total of 1332 articles were selected, there are 11 articles that fulfill the criteria. The review results of the 11 articles show that prone positioning has been able to increase oxygen saturation in patients with ARDS, with varying durations of pronation. The average duration of pronation is 30 to 90 minutes. The use of prone positioning can increase oxygenation and the ability of the respiratory system in patients with ARDS. The application of prone positioning in patients with moderate to severe respiratory disorders is considered quite safe. Abstrak: Acute respiratory distress syndrome (ARDS) dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi. Sindrom yang muncul berupa penurunan komplians paru, yang menyebabkan perubahan mekanik dalam paru-paru dan pertukaran gas yang mengakibatkan hipoksemia yang ditunjukkan dengan penurunan saturasi oksigen. Posisi pronasi (PP) dapat menjadi satu intervensi pada gangguan pernafasan sedang hingga berat pada ARDS, yang bertujuan meningkatkan saturasi oksigen. Studi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemberian posisi pronasi pada pasien ARDS dapat meningkatkan saturasi oksigen. Studi ini menggunakan metoda tinjauan literatur. Pencarian literatur menggunakan database ilmiah antara lain Proquest, ScienceDirect, dan Pubmed/medline dengan tahun publikasi 2019-2021. Dari total 1332 artikel yang diseleksi, ada 11 artikel yang memenuhi kriteria. Hasil tinjauan dari 11 artikel menunjukkan bahwa posisi pronasi mampu meningkatkan saturasi oksigen pada pasien dengan ARDS, dengan durasi pemberian posisi pronasi yang berbeda-beda. Rata -rata durasi pemberian posisi pronasi adalah 30-90 menit. Penggunaan posisi pronasi mampu meningkatkan oksigenasi dan kemampuan sistem pernafasan pada pasien dengan ARDS. Penerapan posisi pronasi pada pasien dengan gangguan pernapasan sedang hingga berat dinilai cukup aman.
The Empowerment of Family in Effort to Reduce Stunting in Under-Five Children: A Scoping Review Lulu Annisa; Sulistyaningsih Sulistyaningsih
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (842.055 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.1006

Abstract

Stunting is a chronic nutrition problems causing growth failures in under five years old children. The condition does not only affect physical growth but also brain intelligence which leads to the low quality of human resources and eventually affects national economy. Family empowerment efforts can be one of effective ways to help the government in decreasing stunting case. The study was to review family empowerment in stunting declining efforts in under five years old children. The study applied PRISM-ScR framework in article search through relevant databases namely Pubmed, Proquest and Willey, and then the Critical Appraisal used The Joanna Briggs Institute (JBI). Based on the article search, from 1,493 selected articles, there were 10 articles relevant to the inclusion criteria. In the study, it is revealed that there were 2 main aspects namely socio-demographic and child parenting style. Mothers’ decision making in the household, education, and environment are considered as significant aspects in family empowerment, and they are expected to make changes, improve mothers’ knowledge and skills in child nutritional intake as the effort os stunting decrease. However, further study on social economy, food intake practices, and food variation is important since they are the indicators in fulfilling child nutrition intake which becomes supporting factor in declining stunting cases in under five years old children.  Abstrak: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang mengakibatkan gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun. Keadaan ini bukan hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik namun mempengaruhi kecerdasan otak sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berdampak..pada ekonomi negara. Upaya pemberdayaan keluarga dapat menjadi salah satu langkah yang efektif dalam membantu pemerintah menurunkan kasus stunting. Tujuan penulisan studi ini adalah untuk mereview pemberdayaan keluarga dalam upaya penurunan stunting pada balita. Scoping Review ini menggunakan framework PRISMA-ScR dengan pencarian artikel melalui database yang relevan, yaitu Pubmed, Proquest dan Willey kemudian melakukan Critical Appraisal menggunakan The Joanna Briggs Institute (JBI). Berdasarkan hasil pencarian artikel dari 1.493 yang telah diseleksi didapatkan sebanyak 10 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi, dalam tinjauan ini ditemukan dua tema utama yaitu aspek sosio demografi dan pola asuh anak. Pengambilan keputusan ibu dalam rumah tangga, pendidikan dan lingkungan dianggap penting pemberdayaan keluarga yang outcomenya diharapkan dapat membangun perubahan, meningkatkan pengetahuan serta keterampilan ibu dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak sebagai upaya penurunan stunting. Namun demikian perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sosial ekonomi, praktik pemberian makan dan keragaman makanan karena hal tersebut merupakan indikator dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak sebagai faktor pendorong dalam menurunkan angka kejadian stunting pada balita.
Effects of Kedawung Seed Tempeh Flour (Parkia roxburghii G.Don) on Albumin Levels and Hemoglobin Levels in Protein Energy Malnutrition (PEM) Rats Rimadhani Ulfa; Mohammad Sulchan; Gemala Anjani
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No 2: June 2022
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.276 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7i2.1027

Abstract

Protein energy malnutrition (PEM) is a condition of malnutrition where food intake does not provide adequate amounts of energy and protein for growth and development. Clinical signs of PEM include hypoalbuminemia and anemia. Fermentation of kedawung (Parkia Roxburghii G. Don) seeds is an effective process that shows an increase in nutrients and reduces anti-nutrients. This study was aimed to investigate the effect of kedawung seed tempeh flour (Parkia Roxburghii G. Don) on albumin levels and hemoglobin levels in PEM rats. True-experimental randomized pre-post with control group design was used. PEM in rats was induced by a low protein diet. A total of 24 Wistar rats were categorized into normal control group (K-), protein energy malnutrition control group without treatment (K+), kedawung seed tempeh flour (Parkia Roxburghii G. Don) 1,5 gr/100g BW/d group (P1), kedawung seed tempeh flour (Parkia Roxburghii G. Don) 3,0 gr/100g BW/d group (P2) for 28 days. Albumin levels were measured using ELISA, hemoglobin levels with a hematology analyzer. Albumin levels showed a significant difference between groups (p=0.000) and hemoglobin levels showed a significant difference between groups (p=0.001). Kedawung seed tempeh flour (Parkia Roxburghii G. Don) 1,5 gr/100g BW/d for 14 days increased albumin and hemoglobin levels in PEM rats. Abstrak: KEP merupakan kondisi gizi kurang dimana asupan makanan tidak memberikan jumlah energi dan protein yang adekuat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Tanda klinis KEP meliputi hipoalbuminemiadan anemia. Fermentasi biji kedawung (Parkia Roxburghii G. Don) merupakan proses efektif yang menunjukkan peningkatan zat gizi dan mengurangi zat antigizi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung tempe biji kedawung (Parkia Roxburghii G. Don) terhadap kadar albumin dan kadar hemoglobin (Hb) tikus KEP. Penelitian ini menggunakan desain true-experimental randomized pre-post-test with control group design. Kondisi KEP pada tikus di induksi dengan diet rendah protein. Tikus wistar sebanyak 24 ekor dikelompokkan ke dalam kelompok kontrol normal (K-), kelompok kontrol KEP tanpa perlakuan (K+),  kelompok tepung tempe biji kedawung (Parkia Roxburghii G. Don) 1,5 gr/100g BB/hari (P1), dan kelompok tepung tempe biji kedawung (Parkia Roxburghii G. Don) 3gr/100g BB/hari (P2) selama 28 hari. Kadar albumin diukur menggunakan ELISA dan kadar hemoglobin dengan hematology analyzer. Kadar albumin menunjukkan adanya perbedaan signifikan antar kelompok (p=0,000) dan kadar hemoglobin menunjukkan adanya perbedaan signifikan antar kelompok (p= 0,001). Tepung tempe biji kedawung (Parkia Roxburghii G. Don) 1,5 gr/100g BB/hari selama 14 hari meningkatkan kadar albumin dan kadar hemoglobin pada tikus KEP.