cover
Contact Name
Ridwan Arifin
Contact Email
ridwanarifin.mail@gmail.com
Phone
+6281225294499
Journal Mail Official
ijps.policejournal@gmail.com
Editorial Address
Akdemi Kepolisian Republik Indonesia. Jl. Sultan Agung No 131 Candi Baru Semarang. Nomor Telepon: 024 8411680-90.
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Tanggon Kosala
ISSN : 20870043     EISSN : 27758478     DOI : -
Core Subject : Social,
Tanggon Kosala (ISSN 2087-0043) merupakan Jurnal Ilmiah yang diterbitkan oleh Akademi Kepolisian Republik Indonesia yang menerbitkan artikel-artikel hasil penelitian ataupun artikel ulasan berkaitan dengan Kajian Ilmu Kepolisian dalam berbagai perspektif keilmuan. Jurnal ini diharapkan menjadi rujukan baik nasional maupun internasional dalam kajian-kajian ilmu kepolisian.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Hukum
Articles 102 Documents
OPTIMALISASI PENGGUNAAN APLIKASI AVIS ONLINE AREA TERBATAS BERBASIS ANDROID DALAM PELAYANAN UJI TEORI SURAT IZIN MENGEMUDI OLEH SATUAN LALU LINTAS KEPOLISIAN RESOR CIMAHI Christanto, Fery Afrilio; Doyin, Mukh
Tanggon Kosala Vol. 7 No. 1 (2018): Tanggon Kosala (April, 2018)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya inovasi yang dilakukan oleh SatlantasPolres Cimahi pada bulan April 2017 berupa penggunaan aplikasi AVIS online areaterbatas berbasis android untuk membantu pelayanan uji teori SIM guna menghadapipeningkatan angka pembuatan SIM baru selama 4 tahun terakhir. Namun hingga bulanFebruari 2018 jumlah penggunanya masih di bawah 1000, sehingga dinilai belumoptimal. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian yang bertujuan untuk mengetahuipenggunaan aplikasi AVIS online area terbatas berbasis android, faktor–faktor yangmempengaruhi, dan optimalisasi penggunaan aplikasi AVIS online area terbatas berbasisandroid. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, menggunakan metodepenelitian deskripti analisis, serta teknik pengumpulan data dengan wawancara,pengamatan, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menemukan bahwa penggunaanaplikasi AVIS online area terbatas berbasis android sampai saat ini untuk komponen dasarhukum, sarana, prasarana/fasilitas, pengawasan internal, dan evaluasi kinerja pelaksanabelum memenuhi standar. Faktor–faktor yang mempengaruhi yaitu inovasi, salurankomunikasi, dan sistem sosial menjadi faktor penghambat. Optimalisasi yang sudahdilakukan diantaranya dengan penggunaan dwi fungsi ruang pencerahan, pengajuan SOPke Korlantas, penyampaian inovasi melalui petugas, pengawasan pengendalian olehpimpinan, penganggaran internet SATPAS, dan perencanaan kerja sama dengan unitDikyasa. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan untuk melakukanpenganggaran tetap terkait pemeliharaan aplikasi, pengadaan earphone, pengajuan hakpaten ke Kominfo, perluasan platform ke iOS, optimalisasi penyampaian petugas kepadapemohon melalui video singkat, pembuataan laporan pelaksanaan secara rutin disertaianalisa dan evaluasi pimpinan, upaya sosialisasi melalui kerja sama dengan unit Dikyasadalam pelaksanaan Dikmas rutin bermediakan video singkat, dan melakukan kerja samadengan radio maupun stasiun televisi lokal untuk membantu sosialisasi.
PERAN BHABINKAMTIBMAS DALAM PENCEGAHAN KONFLIK SOSIAL BERBASIS AGAMA DI POLRESTA BOGOR KOTA Nugroho, Aditya Rizky
Tanggon Kosala Vol. 7 No. 1 (2018): Tanggon Kosala (April, 2018)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keragaman agama merupakan bagian dari realitas sosial dalam kehidupan masyarakatIndonesia. Meski demikian, perbedaan agama dapat berpotensi memicu pertentanganbahkan tindak kekerasan di antara umat yang berbeda keyakinan, seperti konflik sosialberbasis agama yang terjadi di wilayah hukum Polresta Bogor Kota, Jawa Barat. Polrisebagai pelayan masyarakat berupaya agar situasi keamanan dan ketertiban dimasyarakat dapat terpelihara melalui fungsi Pemolisian Masyarakat dan konsepPromoter yang dicanangkan Kapolri. Oleh karena itu, peran Bhabinkamtibmas sebagaigarda terdepan pelaksana fungsi Polmas sangat penting dalam melakukan tindakanpencegahan (crime prevention) terhadap situasi konflik sosial berbasis agama dimasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranBhabinkamtibmas, terkait pendekatan kemitraan (partnership) dan upaya pemecahanmasalah (problem solving) dengan menggunakan teori unjuk kerja dari Campbell dalammencegah konflik sosial berbasis agama di wilayah hukum Polresta Bogor Kota.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yangpengambilan datanya dilakukan melalui wawancara, observasi, studi dokumen, danfocus group discussion (FGD) kepada sejumlah narasumber, baik itu anggota kepolisian(Bhabinkamtibmas, Kapolresta, Kapolsek, dll) maupun tokoh masyarakat, di wilayahhukum Polresta Bogor Kota, khususnya wilayah Polsek Bogor Barat dan Bogor Utara.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bhabinkamtibmas dianggap telah mampumenjalankan peran dan tugasnya dalam menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yangbertikai sehingga situasi wilayah Polresta Bogor Kota dengan terjadinya konflik sosialberbasis agama telah dapat tertangani dengan efektif sehingga wilayah Bogor Kotacukup kondusif. Meskipun masih perlu peningkatan kemampuan dan keterampilanBhabinkamtibmas dalam unjuk kerja menangani konflik sosial berbasis agama
MENJADIKAN KETELADANAN SEBAGAI ROH PENDIDIKAN KARAKTER DI AKPOL Pristiwanto, Bambang
Tanggon Kosala Vol. 2 No. 1 (2013): Tanggon Kosala (April, 2013)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cita-cita bangsa sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional tersebutmerupakan perwujudan nilai moral bangsa yang harus tertanam dan mengakar dalampola hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Oleh karena itu, pendidikankarakter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pola pembinaan anak-anak atau generasi muda, baik yang dilakukan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan formal, maupun di lingkungan masyarakat luas. Di tiga lingkungan inilah karaktergenerasi mendatang akan terbentuk. Pendidikan karakter tidak saja merupakantuntutan undang-undang dan peraturan pemerintah, tetapi juga oleh agama, bahkanjuga oleh masyarakat itu sendiri. Setiap agama pastilah mengajarkan karakter atauakhlak pada pemeluknya. Oleh karena itu, semua unsur yang ada dalam masyarakatmemiliki tanggung jawab yang sama untuk menyelenggarakan pendidikan karakter iniagar nantinya terbentuk masyarakat yang berkarakter luhur. Meskipun demikian,pelaksanaan pendidikan karakter bangsa ini memerlukan berbagai perubahan dalampelaksanaan proses pendidikan yang terjadi di lembaga pendidikan pada saat sekarangini. Perubahan yang diperlukan tidak harus mengubah kurikulum yang berlaku tetapimenghendaki sikap baru dan keterampilan baru dari para penyelenggara pendidikan.Sikap dan keterampilan baru tersebut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi(condito sine qua non) untuk keberhasilan implementasi pendidikan karakter bangsa.Benteng yang harus kita siapkan itu adalah keteladanan. Keteladanan menjadi pentinguntuk mengarahkan generasi ke depan agar berjalan sesuai dengan garis yang kitakehendaki, yakni garis yang telah ditetapkan oleh tujuan pendidikan nasional.Pendidikan karakter di lembaga pendidikan formal, termasuk di Akpol, juga harusdilaksanakan melalui pengelolaan keteladanan ini. Ketika semua urusan lembagapendidikan dari hari ke hari dikelola dengan dilandasi oleh pelaksanaan nilai-nilaikarakter, lembaga pendidikan akan menjadi komunitas yang berkarakter. Lembagapendidikan akan menjadi tempat di mana nilai-nilai karakter dilaksanakan dan lembagapendidikan akan menjadi tempat bagi setiap peserta didik membiasakan berperilakuberkarakter. Keteladanan merupakan alat pendidikan karakter yang paling baik. Olehkarena itu, mendasarkan pendidikan di atas dasar keteladanan merupakan langkah yangpaling tepat. Para ahli mengatakan bahwa karakter tidak bisa diajarkan, hanya bisaditeladankan.
PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROGRAM STUDI STRATA SATU TERAPAN KEPOLISIAN GUNA MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI AKPOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PRIMA POLRI Resep, Andre
Tanggon Kosala Vol. 2 No. 1 (2013): Tanggon Kosala (April, 2013)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada dua perubahan mendasar yang seyogiyanya dilakukan dengan sungguhsungguholehAkpol.PertamaadalahperubahanprogramstudiAkpoldaritingkat Diploma-3 menjadi Strata-1 Terapan Kepolisian. Kedua adalah pembangunanprogram pendidikan karakter dan pendidikan berkarakter untuk menghasilkanperwira Polri yang berkarakter. Pancasila menjadi sumber karakter. Akpolmengkris-talisasi seluruh nilai-nilai luhur dalam Doktrin Polri 'Tata Tentrem KertaRaharja', Pedoman Hidup 'Tribrata', Pedoman Kerja 'Catur Prasetya' dan FilosofiPendidikan “Mahir, Terpuji dan Patuh Hukum' serta sumber nilai lainnya menjadidua belas (12) nilai karakter unggulan taruna sebagai peserta didik Akpol, yaitu: 1)Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Cinta Tanah Air; 3)Demokratis; 4)Disiplin; 5) Kerja Keras dan Cerdas; 6) Profesional; 7)Sederhana;8)Berempati; 9) jujur; 10) Adil; 11) Teladan; dan 12) Berintegritas. Nilai-nilaikarakter tersebut diintroduksi ke dalam tiga strategi pendidikan karakter di Akpol,yaitu pendekatan komprehensif (holistik); pendekatan pembelajaran terintegrasi;dan pendekatan pengembangan kultur sekolah. Pendidikan karakter secara holistikmenjadi salah satu sarana internasilasi nilai-nilai luhur, dalam hal ini dua belas (12)nilai karakter dalam pengembangan budaya organisasi Akpol. Budaya organisasiPolri, yaitu budaya pelayanan dalam wujud pelayanan prima kepolisian padamasyarakat sebagai outcome pendidikan banyak ditentukan oleh keberhasilaninternalisasi nilai-nilai dua belas karakter melalui pendidikan karakter danpendidikan berkarakter di Akpol.
PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI MODAL DASAR PEMBENTUKAN PERWIRA SARJANA TERAPAN KEPOLISIAN DI AKPOL Heryanto, Cak Deny
Tanggon Kosala Vol. 2 No. 1 (2013): Tanggon Kosala (April, 2013)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejak bulan Juli 2013 Akpol telah mendapatkan izin operasional dari Pendidikan Nasional dengan akreditasi C sedangkan dari internal Lemdikpol telah mengeluarkan Keputusan Kepala Lemdikpol Nomor Kep/404/VII/ 2013 tentang kurikulum Penyesuaian Program Akpol Sarjana S1 terapan Kepolisian Angkatan 46 Den Anindya Yodha TA 2011-2015. Selama ini pendidikan karakter belum maksimal diimplementasikan dalam kehidupan taruna Akpol terbukti dari pemberitaan media yang menampilkan perilaku negatif yang dilakukan oleh oknum alumni Akpol. Selain itu peran dosen lebih mengutamakan aspek penilaian kognitif yakni memberikan prioritas utama mengenai bidang ilmu pengetahuan kepolisian. Sementara itu masalah yang paling krusial yakni aspek afektif berupa penanaman nilai-nilai luhur masih sering diabaikan dang dianggap kurang penting bagi taruna Akpol. Ternyata bekal ilmu pengetahuan saja tidak cukup bagi peserta didik karena mereka harus diperkuat dengan bekal karakter yang kuat guna menghindari diri mereka dari godaan yang besar saat mereka bertugas di lapangan. Strategi penerapan pendidikan karakter dilaksanakan melalui tiga pola kegiatan dalam pembentukan pendidikan di Akpol yakni pola pembelajaran, pelatihan, dan pengasuhan yang dikombinasikan dengan values atau nilai-nilai 12 karakter kebhayangkaraan yang telah dicetuskan oleh Gubernur Akpol.Selanjutnya perlu dilakukan pembudayaan pendidikan karakter melalui kegiatan yang terpola sehingga diharapkan Akpol dapat melahirkan perwira yang tangguh dan memiliki integritas moral tinggi melalui pembentukan pendidikan karakter di Akpol.
FILOSOFI DAN DEMOKRATISASI PENDIDIKAN DALAM PENGUATAN PEMBENTUKAN KARAKTER PROFESIONALITAS SARJANA TERAPAN KEPOLISIAN Sulistiyono, Tri
Tanggon Kosala Vol. 2 No. 1 (2013): Tanggon Kosala (April, 2013)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Filsafat dimaknai sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalammemikirkan segala sesuatu secara mendalam dan luas serta menyeluruh dengan segalahubungan. Filsafat pendidikan adalah kegiatan memikirkan segala sesuatu tentangpendidikan secara mendalam luas serta menyeluruh dengan segala hubungan yangmerupakan usaha memaknai dan mewujudkan untuk mencapai potensi terbaikkehidupan manusia. Aliran filsafat pendidikan yaitu esensialime, progresivisme danperenialisme berfokus pada titik akhir bahwa pendidikan adalah menuntun kemampuankemampuanyangmasihtiduragarmenjadiaktifataunyata,memperhatikanbudipekerti dan nilai serta harus bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan dankekuatannya sepanjang masa. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistemyang mengatur pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai olehfilsafat hidup bangsa "Pancasila yang dijabarkan dalam UUD 1945. Selanjutnya diJelaskan dalam Pasal 31 ayat (1, 2, 3, 4, 5). Pendidikan dalam perspektif demokrasimempunyai peran penting dan strategis dalam pembentukan karakter dan watakkebangsaan serta pemenuhan HAM setiap orang. Oleh karena itu amandemen Pasal 31ayat 1, 2, 3, 4, 5 serta mereposisikan anggaran pendidikan dari UU Sisdiknas lebihproporsional adalah langkah konstruktif untuk membentuk sistem pendidikan yangdemokratis. Pendidikan adalah pilar demokrasi dengan menciptakan paradigma barupendidikan demokrasi. Bentuk konkritnya adalah membangun sistem pendidikandemokrasi terutama perguruan tinggi dalam pembentukan profesionalitas lulusannya.Supaya ada linieritas filosofi pendidikan, dengan demokratisasi pendidikan dalampembentukan karakter profesionalitas maka Akpol sebagai salah satu lembagapendidikan kedinasan harus memulai dengan regulasi yang kokoh melalui kurikulumAkpol Program Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian dengan kemampuan untukmewujudkan akreditasi A. Bravo untuk Akpol Sarjana Terapan Kepolisian.
MODEL INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER (Perspektif Pembentukan Profesionalitas First Line Supervisor Perwira Polisi) Waspiah, Waspiah
Tanggon Kosala Vol. 2 No. 1 (2013): Tanggon Kosala (April, 2013)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Integrasi adalah keterpaduan yang bersinergis untuk menghasilkan pencapaian tujuansecara efektif dan efisien. Proses pendidikan di Akpol berproses melalui tiga pilarkegiatan yaitu pengasuhan, pelatihan dan pengajaran. Artinya melalui tiga pilarkegiatan inilah proses pembentukan perwira polisi profesional, cerdas, bermoral danmodern yang berwawasan global dan berstandar internasional (Visi Akpol) harusmampu di wujudkan. Oleh karena itu visi ini akan terwujud jika konsep pendidikankarakter mampu di integrasikan kedalam tiga pilar kegiatan tersebut secara bersinergis.Pendidikan karekter yang dimaksudkan adalah pendidikan karakter yang mempunyaiaras linier dengan konsep Dikti (2010) yaitu pendidikan karakter yang dilakukan dalamrangka mencapai tujuan pendidikan nasional dalam berkembangnya potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawab. Sekaligus menjawab amanah UU No. 20Tahun 2003 yang mengharuskan pendidikan karakter diberikan pada pendidikan formalkhususnya lembaga pendidikan formal termasuk perguruan tinggi yaitu Akpol melaluipembelajaran, dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, danpembiasaan. Hasil kajian menunjukan integrasi pendidikan karakter ke dalam tiga pilarkegiatan proses pendidikan di Akpol (Pengajaran, Pengasuhan dan Pelatihan) ternyatalebih efektif dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan pendidikan di Akpol(Penelitian Akpol. 2012:135-137). Model integritas berupa keterpaduan tiga kegiatandalam proses pembentukan profesionalitas perwira polisi yang kelulusannya dinilai dariketuntasan kompetensi Jarlatsuh. Wujud konkritnya Perwira Polisi yang diharapkanmampu menjadi garda depan pejuang keadilan yang mensejahterakan dengan bijakmampu menetralkan tujuan hukum yang selalu bersitegang antara keadilan,kemanfaatan dan kepastian hukum (pendapat; Rooscoe Pond).
PENUMBUHAN SIKAP POSITIF BAHASA UNTUK MEMPERKOKOH KUALITAS KARAKTER POLISI Nurhadi, Rokhmat
Tanggon Kosala Vol. 2 No. 1 (2013): Tanggon Kosala (April, 2013)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu indikator profesional-tidaknya seorang polisi terlihat dari bagaimanaseorang polisi mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata danCaturprasetya pada aktivitas sehari-harinya, terlebih ketiga berdinas. Pada brata yangketiga terdapat istilah mengayomi, sedangkan pada prasetya yang keempat terdapatpernyataan “memelihara perasaan tenteram dan damai”. Dua komponen ini bisa dilihatdari kacamata yang sama, yakni bahwa polisi memiliki tugas utama membuatmasyarakat menjadi tenteram, damai, tidak mengalami ketertekanan, dan tidakmengalami ketakutan. Kondisi seperti ini bisa diwujudkan salah satunya melalui sikapbahasa yang positif pada diri Polri. Sikap bahasa yang positif antara lain berwujud sikapmengambil posisi secara positif terhadap masyarakat yang berbicara dan memilihbahasa yang “berdampak” positif pada masyarakat. Sikap positif dalam berbahasa inimenjadi bagian dari karakter yang harus dikembang-tumbuhkan di tubuh anggotakepolisian Republik Indonesia. Masyarakat Akademi Kepolisian sebagai bagian darimasyarakat secara luas memiliki tuntutan untuk mampu berkomunikasi yang baiktersebut. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa yang baik mutlak diperlukan olehmasyarakat Akpol. Pembiasaan menggunakan bahasa yang baik merupakan cerminkarakter masyarakat Akpol secara khusus atau masyarakat (anggota) kepolisian secaraumum. Pentingnya pendidikan karakter bagi taruna akpol dengan demikian didalamnya juga terkandung pembiasaan berbahasa yang baik atau dalam tulisan inidisebut dengan istilah bersikap positif terhadap bahasa, terhadap aktivitas berbahasa,dan terhadap proses berkomunikasi secara umum. Pemerolehan keempat keterampilanberbahasa melalui urutan yang teratur. Mula-mula, sejak kecil kita belajar menyimakkemudian disusul dengan berbicara. Baru pada waktu sekolah kita belajar membacadan menulis. Atas dasar proses tersebut, kita bisa menganalogikan bahwa untukmenjadi pembicara yang baik seseorang dituntut menjadi pendengar yang baik pula;untuk menjadi penulis yang baik seseorang dituntut menjadi pembaca yang baik pula.Bahasa yang santun menunjukkan kepribadian atau karakter yang santun pula. Itulahsebabnya pendidikan karakter menjadi mutlak untuk diwariskan melalui pendidikan.Pendidikan karakter tidak saja dilakukan secara formal, dalam pengertian terintegrasidalam kurikulum pendidikan formal, melainkan juga dalam pendidikan informal dannonformal. Dengan demikian, tanggung jawab pendidikan karakter tidak saja ada dipundak lembaga pendidikan formal, tetapi juga pada seluruh lapisan masyarakat.Akademi kepolisian sebaga lembaga pendidikan formal dengan sendirinya jugamemiliki kewajiban besar dalam melangsungkan pendidikan karakter ini.
Mewujudkan Polisi Intelijen Keamanan Yang Promoter Melalui Program Studi D-IV Terapan Kepolisian Akademi Kepolisian: Creating a Promoter Security Intelligence Police Through the D-IV Study Program Applied to the Police of the Police Academy Resep, Andre
Tanggon Kosala Vol. 8 No. 1 (2019): Tanggon Kosala (April, 2019)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The vision and slogan to boost performance as well as practical guidelines for each member announced by the National Police Chief through the 'Professional, Modern and Trusted' (Promoter) approach contain two fundamental aspects. First, the process of improving the quality of Polri's human resources and their performance through a professional and modern approach. Second, the results of performance as an outcome, namely the trust from the community. Of course, increasing professionalism and modernizing performance as well as all aspects of the police cannot be separated from various aspects of Polri's development, especially police education. Indeed, there are many aspects that contribute to the development of the quality of Polri personnel and their performance, but education is one of the main aspects. The National Police has five technical functions such as Investigation, Security Intelligence, Traffic, Community Development (Binmas) and Sabhara, in addition to other special fields such as the Mobile Brigade (Brimob). In general, the police have main duties as regulated in Article 13 of Law No. 2 of 2002 concerning the Indonesian National Police as stated above. Police in each Technical Function also has their respective Duties and Functions. The integration and harmony of the performance of the five Technical Functions and other functions become a synergy of strength in the implementation of the Main Tasks of the National Police. Police who are Promoters in the field of Intelligence and Security can only be realized through education who are also Promoters. Intelkam Education at the Police Academy implements a curriculum that accommodates content and methods for achieving the goals and outcomes (outputs and outcomes) of promoting education. The number of hours of Intelkam courses of six (6) credits at the Police Academy is sufficient, but the number of two (2) credits at the Soreang Intelkam Intelkam Center is apparently not enough as a certified Basic Intelkam Dikjur.
PERISTIWA SEJARAH SEBAGAI BAHAN KETERANGAN UNTUK MEWUJUDKAN INTEL YANG PROMOTER Rubiyo, Rubiyo
Tanggon Kosala Vol. 8 No. 1 (2019): Tanggon Kosala (April, 2019)
Publisher : Akademi Kepolisian Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam kegiatan operasional intelijen orang gilapun dapatdiberdayakan dengan terlebih dahulu diprogram sisi kehidupan masa lalu. Ilmu intel dasar tidak bisa dipisahkan dengan kejadian masa lalu sebuah peristiwasejarah berangkat dari sepenggal sejarah Polri khususnya Polda Jogjakarta tentu sangatmemahami karakteristik dan adat istiadat dimana sejarah kampung Jogokaryan sebagaibasis PKI merupakan intel dasar bagi Kepolisian dan merupakan sasaran kegiatanintelijen dalam rangka menjaga keamanan khususnya diwilayah kampung jogokaryanwilayah Polda Jogjakarta bagi anggota Polri khususnya intelejen setiap peristiwa sejarahsaling berkaitan sehingga perlu dipahami secara mendalam hal ini cocok bila disandingkandengantokohintelejendanahlistrategiChina,SunTzu:yangberbunyijika kamumengenalkekuatanmusuhdankekuatandirimusendiri,kamutidakperlutakut akanhasil100pertempuran.Baintelkam sesuai Perkap 6 tahun 2018 tentang Satuan Organisasi dan Tata Cara Kerja SatuanOrganisasi pada Tingkat Mabes Polri (SOTK) merupakan Pembina fungsi Intelkam Polrisebagai penanggung jawab keamanan dalam Negeri perlu mengerahkan segala potensiintelijen dalam penggalangan serta meningkatkan metode Analisa Bahan Keterangan(Baket) yang berpotensi menimbulkan kerawanan ancaman gangguan dan hambatan.Untuk mewujudkan intelijen yang Profesioal Modern dan dapat dipercaya adalahmemiliki kemampuan untuk mencegah potensi ancaman dan gangguan denganmeningkatkan penggalangan untuk deteksi dini dengan menempatkan personel padafungsi intel yang memiliki pengetahuan luas dan mengerti Peristiwa Sejarah sertakemampuan menggunakan peralatan modern untuk mendukung kegiatan operasional,serta dapat membangun jaringan kerja sama dengan lembaga intelijen lainya sepertiBadan Intelijen Strategis TNI (BAIS), BIN, dan Intelijen dari Kementrian Luar Negeriuntuk memperkuat jaringan intelijen Polri yang lebih akurat dalam menganalisa danmembuat kirka intel yang tepat dan cepat. Kersajama intelijen Polri dengan KepolisianInternasional, Lembaga Intelijen Luar Negeri termasuk lembaga-lembaga lainya yangmemiliki tugas bidang intelijen secara khusus menangani terorisme dan kontra terorisme. Mengoperasionalkan fungsi intelijen teroterial bekerja sama dengan Bhabinkamtibmasdan Babinsa TNI.

Page 5 of 11 | Total Record : 102