cover
Contact Name
Oscar Lontoh
Contact Email
oscarlontoh@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
oscarlontoh@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen
ISSN : 27227421     EISSN : 2722662x     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang dilakukan oleh setiap dosen dari berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen di Indonesia, praktisi Kristen, teolog, yang ingin berkontribusi bagi kemajuan pemikiran Kristen di Indonesia secara khusus. THRONOS diterbitkan oleh Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen di Indonesia. Focus dan Scope penelitian THRONOS adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Teologi Kontekstual Teologi Historika Misiologi THRONOS menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari segala institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review. THRONOS terbit dua kali dalam setahun, yakni Juni dan Desember.
Articles 61 Documents
Penggunaan Media Digital dalam Memberitakan Injil kepada Suku Tionghoa Hakka di Kalimantan Barat Jon Jon; Aji Suseno
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 1: Desember 2021
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i1.29

Abstract

The Hakka Chinese in West Kalimantan have absolutely no literature on the Bible and most of them cannot read Hakka writings but can only speak and hear Hakka. By looking at this phenomenon, the researcher uses a qualitative method with a descriptive approach and literature study to be able to answer the problems that occur and find the right strategy or solution in implementing the use of digital media in conveying the gospel. The use of digital media in conveying Bible teachings or gospel news in Hakka to the Chinese is an approach to achieving effectiveness and efficiency. From the analysis, digital media through social media that will be used in preaching the gospel there are through Youtube, WA, and others -other by making videos and audios containing Bible teachings in Hakka so that the Hakka community can hear and understand them. This research was also carried out as a form of concern and fulfillment of the Great Commission of the Lord Jesus to make all nations His disciples in the sense that all people from any tribe and nation hear the Gospel.  AbstrakSuku Tionghoa Hakka di Kalimantan Barat tidak memiliki literatur sama sekali mengenai Injil, dan kebanyakan dari mereka tidak bisa membaca tulisan Hakka tetapi hanya bisa berbahasa dan mendengar bahasa Hakka. Dengan melihat fenomena ini maka peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan studi kepustakaan untuk dapat menjawab permaslahan yang terjadi dan mencari strategi atau jalan keluar yang tepat dalam pengimplementasian penggunaan media digital dalam menyampaikan Injil. Penggunaan media Digital dalam menyampaikan ajaran Alkitab atau berita Injil berbahasa Hakka kepada suku Tionghoa sebagai suatu pendekatan untuk capaian efektivitas dan efisiensinya. Dari hasi analisis, maka media digital melalui media sosial yang akan digunakan dalam pemberitaan Injil di sana adalah melalui Youtube, WA dan lain-lain dengan cara membuat video dan audio yang berisi pengajaran Alkitab dalam bahasa Hakka supaya dapat didengar dan dimengerti oleh komunitas Hakka. Penelitian ini dilakukan juga sebagai salah satu bentuk kepedulian dan penggenapan dari Amanat Agung Tuhan Yesus untuk menjadikan seluruh bangsa murid-Nya dalam artian semua orang dari suku dan bangsa manapun mendengar Injil. 
Suksesi Kepemimpinan Musa kepada Yosua sebagai Pola Ideal Suksesi Kepemimpinan Gereja Tri Prasetya; Herman Simarmata
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 1: Desember 2021
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i1.30

Abstract

Moses and Joshua were two of the foremost leaders of the Israelites in the different tasks and roles. Moses' reign over Israel began in Egypt and ended at Mount Nebo, and the tasks of capturing and conquering the land of Canaan were passed on to Joshua. This paper aims to explain how the character of Johsua’s leadership as the leader of Israel was shaped by God through his hands during his journey in the desert. The method used in the research is library research. The sources used are textbooks and theological journals that have a correlation with the topic of this research. The main conclusion is that the succession of Moses’ leadership by Johsua has become an ideal pattern for the regeneration of God’s servants today. AbstrakMusa dan Yosua adalah dua orang pemimpin terkemuka bangsa Israel dalam tugas dan peran yang berbeda. Kepemimpinan Musa atas Israel bermula di Mesir dan berakhir di gunung Nebo, dan tugas untuk merebut dan menaklukkan tanah Kanaan diteruskan oleh Yosua. Paper ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana karakter kepemimpinan Yosua sebagai pemimpin Israel dibentuk oleh Tuhan melalui tangan Musa selama perjalanan di padang gurun. Metode yang dipakai dalam penelitian ini ialah melalui studi Pustaka. Sumber yang digunakan adalah buku-buku teks dan jurnal teologi yang mempunyai korelasi dengan topik penelitian ini. Kesimpulan utamanya adalah, suksesi kepemimpinan Musa oleh Yosua menjadi pola yang ideal bagi regenerasi hamba Tuhan masa kini.
Teologi Kesetiaan Allah Berdasarkan Kitab Yosua Fati Aro Zega
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 2, No 2: Juni 2021
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v2i2.21

Abstract

Looking at the current number of Christian life, especially the pandemic that is endemic. So the issue of loyalty becomes a new concern. Is the doctrine of faithfulness still firmly engraved as before, or has there been disturbance or disruption of the faithful's loyalty to their beliefs or loyalty to service, especially loyalty to God. The author describes God's faithfulness in the context of the book of Joshua as a concern for today's believers. By using descriptive qualitative method, in a literature study approach, it can be concluded that the problem in the book of Joshua is not a prophetic book. This book is more historical. But this Book has important theological value both for Israel and for the Church. The inheritance of the Land of Canaan is not only a theological and literal issue for Israel in the past and present, but also a symbolic issue for the Church futurist. The region of Canaanite heredity became a symbol of Christian hope, both spiritually and eschatologically. Thus this paper explains that the Lord God who is worshiped in the name of Jesus Christ is faithful. God is faithful in overcoming every situation and condition of His people no matter how difficult it is. AbstrakMelihat banyaknya kehidupan kekristenan saat ini terlebih adanya pandemi yang mewabah. Maka persoalan terhadap kesetiaan menjadi keprihatinan baru. Apakah ajaran tentang kesetiaan masih kokoh terpatri seperti semula, atau sudah mulai terjadi gangguan atau mendisrupsi kesetian orang beriman terhadap keyakinannya atau kesetiaan kepada pelayanan, utamanya kesetiaan kepada Tuhan. Penulis  mendeskripsikan kesetiaan Allah dalam kontek kitab Yosua menjadi perhatian bagi orang percaya masa kini. Dengan menggunakan metode kualitatif deskrtip, dalam pendekataan studi literature dapat disimpulkan bahwa persoalan di Kitab Yosua bukanlah kitab kenabian. Kitab ini lebih bersifat sejarah. Namun Kitab ini memiliki nilai teologi yang penting baik untuk Israel maupun untuk Gereja. Pewarisan Tanah Kanaan bukan hanya merupakan isu teologis dan literal bagi Israel pada masa lalu dan kini, tetapi juga isu simbolis bagi Gereja secara futuris. Wilayah hereditas Kanaan menjadi suatu lambang pengharapan Kristen, baik secara rohaniah maupun eskatologikal. Dengan demikian tulisan ini menjelaskan bahwa Tuhan Allah yang disembah di dalam nama Yesus Kristus adalah setia. Tuhan setia mengatasi setiap situasi dan kondisi umat-Nya sesulit apa pun.
Agama dan Teologi Kristen di Era Post-Truth dan Disrupsi: Sebuah Kritik Sosiologis Jefrie Walean
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2: Juni 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i2.31

Abstract

This paper wants to see the function of social criticism of religion, especially Christianity. This sociological criticism concerns the inconsistent terminology between the natural and the divine. The academic critique of the critics distinguishes between the uncorrelated nature of human naturalism and the universe. This study uses a qualitative-descriptive method that aims to describe social criticism of religions, especially Christianity. The function of criticism and sociological ideas in the post truth and disruptive era aims to place religion in a spiritual and divine position because the clash of religion with sociology creates social phenomena. Sociological criticism of religions, especially Christianity, concludes that religion and Christian theology are a necessity so that the role and function of religion are to maintain and build the integrity of relations in society. So, religion must be on the relevant doctrinal rails. Christianity must display the uniqueness of the post-ruth and disruption era.  AbstrakTulisan ini hendak melihat fungsi kritik sosial terhadap agama khususnya agama kristen. Kritik sosiologis ini menyangkut terminiologi yang tidak singkron antara hal natural dengan aspek ilahi. Kritik akademis dari para kritikus membedakan sifat naturalisme manusia dan alam semesta yang tidak bisa dikorelasikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan kritik sosial kepada agama-agama khususnya agama kristen. Fungsi kritik dan ide-ide sosiologis diera postruth dan disrupsi bertujuan agar agama menempatkan pada posisi spiritual dan ilahi karena benturan agama dengan sosiologis menimbulkan fenomena sosial. Kritik sosiologis kepada agama-agama khususnya kristen menyimpulkan bahwa agama dan teologi kristen merupakan keniscayaan sehingga peran dan fungsi agama untuk menjaga dan membangun keutuhan relasi-relasi dalam masyarakat. Jadi agama harus berada pada rel doktrin yang relevan. Khususnya agama kristen harus menampilkan keunikan diera post-truth dan disrupsi. 
Resiliensi Iman Kristen dalam Refleksi Kehidupan Habakuk Andreas Fernando; Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2: Juni 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i2.36

Abstract

The ministry and life of the prophet Habakkuk occurred in difficult times, but these conditions shaped the solidity of his faith in God. The prophet Habakkuk's response to the current situation can be a reflection and an example for God's people who live in today's era. This study aims to describe Habakkuk's experience of faith and provide his reflection on God's people so that they can have faith resilience when facing difficult situations and injustices in life. Qualitative methods are used in this study with a literature study approach and narrative excavation in the book of Habakkuk. The study yielded an understanding that all the problems, crushes, and burdens of life's questions actually led the prophet Habakkuk to seek and find God so that he obtained answers to questions, strength, guidance, and strength of faith from Him. This pattern can be applied in the lives of believers when faced with difficult situations and injustice through five steps of strengthening faith. First, open communication with God through the expression of the heart. Second, diligently waiting for God's answer by transforming the perspective from a human perspective to God's perspective. Third, to be His witness so that through the life experiences they go through, they can bring themselves and others to know God better. Fourth, patiently waiting for God's time for His help and acts of justice through prayer and thanksgiving. Fifth. Faith resilience will be formed when believers depend on God - rely on Him completely and make Him a source of strength.  AbstrakPelayanan dan kehidupan nabi Habakuk terjadi dalam masa yang sulit, namun justru kondisi itu membentuk kekokohan imannya di dalam Tuhan. Respons nabi Habakuk atas keadaan yang terjadi dapat menjadi refleksi dan teladan bagi umat Tuhan yang hidup di zaman ini. Kajian ini bertujuan mendeskripsikan pengalaman iman Habakuk dan memberikan refleksinya bagi umat Tuhan agar dapat memiliki resiliensi iman ketika menghadapi situasi sulit dan ketidakadilan dalam hidup ini. Metode kualitatif dipergunakan dalam kajian ini dengan pendekatan studi pustaka dan penggalian narasi pada kitab Habakuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa segala persoalan, himpitan dan beban pertanyaan kehidupan justru membawa nabi Habakuk mencari dan menemukan Tuhan sehingga diperolehnya jawaban pertanyaan, kekuatan, tuntunan dan kekuatan iman dariNya. Pola ini dapat diterapkan dalam kehidupan orang percaya ketika menghadapi situasi sulit dan ketidakadilan melalui lima langkah penguatan iman. Pertama, membuka komunikasi dengan Tuhan melalui ungkapan hati. Kedua, transformasi cara pandang dari perspektif manusia kepada perspektif Tuhan. Ketiga, menjadi saksiNya agar melalui pengalaman kehidupan yang dilalui dapat membawa diri dan orang lain lebih mengenal Tuhan. Keempat, bersabar menantikan waktu Tuhan atas pertolongan dan tindakan keadilanNya melalui doa dan ucapan syukur. Kelima, resiliensi iman akan terbentuk tatkala umat percaya bergantung kepada Tuhan-mengandalkanNya secara penuh dan menjadikanNya sumber kekuatan. 
Peran Ayah dalam Mengajarkan Anak Mencintai Firman Tuhan Kosma Manurung
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2: Juni 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i2.37

Abstract

The life of a believer cannot be separated from the truth of God's word and one of the best environments to learn God's word and love it is family. Because children spend most of their lives in the family, the role of a father is encouraged to the maximum in teaching children to love God's word. Loving God's word is important for children because God's word is a compass that directs children's lives in God's will and purpose. This article intends to explain the role that a father can play to maximally teach his child to love God's word. Through the method of description and scientific support from literature review, the researcher seeks to describe the picture of the Bible loving God's word, the importance of loving the word for children, and the maximum contribution of fathers in teaching children to love the word. It is concluded that fathers will contribute maximally if they form an environment that loves the word, teaches children from childhood, guides with love, becomes an example of love for the word. Kehidupan orang percaya tidak bisa dilepaskan dari kebenaran firman Tuhan dan salah satu lingkungan yang paling baik untuk belajar firman Tuhan dan mencintainya adalah keluarga. Karena anak-anak paling banyak menghabiskan hidup mereka di tengah keluarga untuk itu peran seorang ayah didorong maksimal dalam mengajarkan anak mencintai firman Tuhan. Mencintai firman Tuhan penting bagi anak karena firman Tuhan adalah kompas yang mengarahkan kehidupan anak dalam kehendak dan tujuan Tuhan selain itu firman Tuhan bisa memberikan inspirasi, motivasi, dan sebagai bekal hidup anak baik masa kini maupun nanti. Artikel ini bermaksud ingin menjelaskan peran yang seorang ayah bisa lakukan untuk maksimal mengajarkan anaknya cinta pada firman Tuhan. Melalui metode deskripsi dan dukungan ilmiah dari kajian literatur, peneliti berupaya menjabarkan gambaran Alkitab mencintai firman Tuhan, arti penting mencintai firman bagi anak, dan kontribusi maksimal ayah dalam mengajarkan anak cinta firman. Disimpulkan bahwa ayah akan berkontribusi maksimal jika membentuk lingkungan yang cinta firman, mengajari anak sejak kecil, membimbing dengan kasih, menjadi teladan cinta firman.  
Edukasi Teologis tentang Pernikahan Dini dalam Gereja Marta Regina; Martina Novalina
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2: Juni 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i2.39

Abstract

RI Law Number 16 of 2019 Article 7 paragraph 1 explains that marriage is allowed if the male and female parties have reached the age of 19 years. If the marriage is carried out below the minimum age stated in the law, then the marriage is classified as early marriage. There are so many problems that can arise due to early marriage, such as reproductive health problems, psychological problems and even early marriage can affect self-concept in adolescents. In developing this paper, the author uses qualitative research methods with a literature study approach to further review the phenomenon of early marriage in adolescents. That way, the church as a representation of God has responsibility for the reality that is happening. The church, especially the youth pastor, must make young people aware of the importance of finding a life partner according to God's will. As believers, Christian youth not only have to struggle with their soulmate before God but also have to struggle with whether God wants them to get married or not. Because the principle of truly Christian life is to marry for the glory of God.  AbstrakUU RI Nomor 16 Tahun 2019 pasal 7 ayat 1 menerangkan bahwa perkawinan diperkenankan jika pihak laki-laki dan perempuan sudah menginjak usia 19 tahun. Jika perkawinan dilakukan di bawah usia minimum yang tertera pada hukum, maka perkawinan tersebut tergolong ke dalam perkawinan dini. Terdapat begitu banyak masalah yang dapat timbul akibat perkawinan dini, seperti: masalah kesehatan reproduksi, masalah psikologis, bahkan perkawinan dini dapat memengaruhi konsep diri pada remaja. Dalam mengembangkan tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan untuk meninjau lebih jauh fenomena perkawinan dini pada remaja. Dengan begitu, gereja sebagai representasi Tuhan memiliki tanggung jawab terhadap realitas yang terjadi. Gereja, terkhusus pembina remaja, harus menyadarkan para remaja akan pentingnya menemukan pasangan hidup sesuai kehendak Tuhan. Sebagai orang percaya, remaja Kristen bukan saja harus menggumuli jodohnya di hadapan Tuhan, tetapi harus menggumuli apakah Tuhan menghendakinya untuk menikah atau tidak. Sebab, prinsip hidup orang Kristen yang benar adalah menikah untuk meninggikan Tuhan. 
Cultivating Spiritual Intelligence as an Effort to Build Student Leadership Spirituality in Theological College Yusak Tanasyah; Bobby Kurnia Putrawan
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 3, No 2: Juni 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v3i2.40

Abstract

The purpose of this study is to seek the growth of spiritual intelligence in Christian universities which is shown by the spirituality of student leadership. Students are future leaders in organizations, both in church, community, and other public fields. During the four years, students spend pursuing undergraduate programs at Christian higher education institutions, students learn and experience many types of leadership either through their capacity as leaders or as team members. Qualitative research observing the growth of students in Christian universities in the fields of theology and Christian religious education found that spiritual intelligence through student group activities both in coursework and extracurricular activities students can develop spiritual intelligence in growing their leadership spirituality. Therefore, the role of educators in pursuing student leadership spirituality in guiding and fostering student leadership is very necessary.
Makna Naadang Adatia sebagai Pendampingan Pastoral dalam Perkawinan di Masyarakat Dadibira Hesty Marlena Datemoli
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 4, No 1: Desember 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v4i1.50

Abstract

This article aims to analyze the meaning of “naadang adatia” in the marriage context in the Dadibira community Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur. In the tradition of the Dadibira community, there is a concept known as naadang adatia. Naadang adatia is a tradition and a meal after the wedding. Naadang adatia has a meaning: First, the togetherness value can be seen from the community involvement in every aspect of life, both joy and sorrow. Next, Naadang adatia for the value of pooling and sustainer; this value shows us how the family supports each other, so this can create harmony in the middle of the community. And last, the meaning of Naadang adatia is for peace that contains hope and prayer so that in carrying out “naadang adatia”, the people in the community can avoid conflict and live happily and in harmony in the community life. This method of research used descriptive analysis with a qualitative approach. This approach will describe naadang adatia as cultural heritage values used as a marriage counseling assistance in the Dadibira community. This article aims to understand the sacred importance of naadang adatia as a companion assistant in the pastoral approach to see local knowledge as the approach pattern. AbstrakTujuan penulisan artikel ini, untuk menganalisisi makna naadang adatia pada konteks perkawinan di Masyarakat Dadibira Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur.  Tradisi perkawinan di masyarakat Dadibira terdapat konsep yang di kenal sebagai naadang adatia. Naadang adatia merupakan tradisi makan adat yang dilakukan setelah melangsungkan acara perni-kahan. Naadang adatia memiliki makna sebagai berikut yaitu: Pertama, nilai kebersamaan terlihat dari masyarakat yang melibatkan diri dalam setiap aspek kehidupan baik dalam suka cita maupun duka-cita. kedua naadang adatia sebagai nilai penyatuan dan penopang, nilai ini memperlihatkan bagai-mana keluarga saling menopang satu sama lain sehingga tercipta kerukunan di tengah masyarakat. Ketiga makna dari naadang adatia sebagai perdamaian yang mengandung harapan dan doa agar dalam melaksanakan naadang adatia masyarakat terhindar dari konflik dan hidup bahagia serta harmonis dalam kehidupan bermasyarakat. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptis dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini akan mendeskripsikan naadang adatia sebagai nilai-nilai warisan budaya yang digunakan sebagai pendampingan konseling dalam perkawinan di masyarakat Dadibira. Tujuan dari penulisan artikel ini, untuk memahami nilai kesakralan naadang adatia sebagai pendekatan pendampingan dalam pastoral dengan melihat kearifan lokal sebagai pola pendekatan.  
Refleksi Kehidupan melalui Tripusat Iman Hana dalam Narasi 1 Samuel 1:1-28 Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto; Samuel Purdaryanto
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 4, No 1: Desember 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v4i1.52

Abstract

The stability of faith is a vital necessity in human life, especially when facing difficult or complex situations. This study aims to describe Hana's steadfast belief in living a stressful life and outline her theological reflections on the lives of today's believers. The method used in this study is descriptive qualitative with a narrative analysis approach to the Bible text 1 Samuel 1:1-28. The study results show that Hana's faith is built by the tri-center synergy of faith: first, remain grateful for whatever happens. Second, keep earnestly hoping and trusting God fully. Third, stay focused and faithful to do your part.   AbstrakKekokohan iman merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan manusia, terlebih ketika menghadapi situasi sulit atau berat. Kajian ini bertujuan memberikan deskripsi tentang keteguhan iman Hana dalam menjalani  hidup yang penuh tekanan dan menguraikan refleksi teologisnya bagi kehidupan umat percaya masa kini. Metode yang dipergunakan dalam kajian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis naratif terhadap teks Alkitab 1 Samuel 1:1-28. Hasil kajian menunjukkan bahwa iman Hana dibangun oleh sinergitas tripusat iman yaitu: pertama, tetap bersyukur atas apapun yang terjadi. Kedua, tetap bersungguh-sungguh berharap dan percaya penuh kepada Tuhan. Ketiga, tetap fokus dan setia melakukan bagiannya.