cover
Contact Name
Muh Nadzirin Anshari Nur
Contact Email
nadzirin@gmail.com
Phone
+6281342713802
Journal Mail Official
ujmpps@uho.ac.id
Editorial Address
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo, Kampus Abdullah Silondae, Jl. Mayjend. S. Parman, Kemaraya - Kendari 93121 Sulawesi Tenggara - Indonesia
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Jurnal Penelitian Budaya
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : -     EISSN : 25023268     DOI : http://dx.doi.org/10.33772/jpeb.v6i2.16156
Jurnal Penelitian Budaya (JPeB) adalah jurnal yang mempublikasikan hasil-hasil penelitian mahasiswa, dosen dan pemerhati masalah-masalah kebudayaan dan Masyarakat
Articles 76 Documents
TRANSFORMASI RITUAL MOSEHE WONUA DI KABUPATEN KOLAKA Arifin, Munaser; Dirman, La Ode; Aso, La
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.623 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i1.13074

Abstract

Abstract: Cultural transformation becomes wide open in the midst of society to be investigated. The people of Kolaka Ethnic Mekongga District have a mosehe wonua ritual as a space of cultural expression that grows over a long period of time and then undergoes transformation. The formulation of the problem in this study are: 1) how are the forms of transformation of the Wonua Mosehe ritual in Kolaka Regency, and 2) What are the factors that cause the transformation of the Mosehe Wonua ritual in the Kolaka Regency. This study aims to describe and analyze the forms of transformation of the Wonua mosehe ritual in Kolaka District, and describe and analyze the factors that cause the transformation of the Wonua Mosehe ritual in Kolaka District. As a basis for analysis, this study uses the theory of cultural transformation. This study uses a qualitative approach with data collection methods using observation techniques, in-depth interviews, and documentation. The results of this analysis show that the forms of mosehe wonua ritual transformation include three things, namely: 1) transformation in aspects of knowledge, 2) transformation in technological aspects, and 3) transformation in aspects of ritual presentation. While the factors causing the transformation are caused by three things, namely: 1) educational factors, 2) ideological factors of community religiosity, and 3) cultural innovation factors.Keywords: Transformation, Ritual, Mosehe Wonua
Performansi Ritual Poitolu pada Masyarakat Etnik Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara Aso, La
Jurnal Penelitian Budaya Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.137 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v4i2.8981

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan prosesi dan kelengkapan kelengkapan isi haroa turuntana (dulang) dalam ritual poitolu (memperingati malam ke-3 setelah penguburan mayat yang diritualkan) pada etnik Muna, dan (2) menganalisis makna yang terkandung pada kelengkapan isi haroa turuntana dalam ritual poitolu pada etnik Muna. Teori yang digunakan untuk menganalisis makna yang terkandung pada kelengkapan isi haroa turuntana dalam ritual poitolu pada etnik Muna adalah teori semiotika. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan jenis dataprimer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara mendalam. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan interpretatif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)Prosesi pelaksanaan ritual poitolu pada etnik Muna dimulai dengan kabubusino koburu (penyiraman bumbungan timbunan kuburan mayat yang diritualkan) dilakukan oleh lebe (pegawai syarah agama) pada sore hari, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa haroa turuntana pada ritual poitolu di rumah tempat meninggalnya mayat yang diritualkan. (2) Makna yang terkandung pada kelengkapan isi haroa turuntana  ritual poitolu pada etnik Muna merupakan simbol anggota tubuh manusia, misalnya: pisang raja sebagai simbol kaki dan jari-jarinya, satu piring besar nasi putih yang dicampur dengan beras merah sebagai simbol kepala, lapa-lapa sebagai simbol lengan, kue cucur sebagi simbol daun telinga, wadhe sebagai simbol daging, pisang goreng sebgai simbol lidah, dan seterusnya.Kata kunci:Ritual, po itolu, etnik Muna
KETERLIBATAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA(STUDI PADA BURUH BANGUNANDI KELURAHAN BENUA NIRAE, KECAMATAN ABELI, KOTA KENDARI) Ramsia, Wa Ode; Taena, La; Ali Basri, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.461 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v3i1.7787

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1)mendeskripsikan dan menganalisis  ketelibatan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh bangunan dalam meningkaatkan ekonomi keluarga,(2)menganalisis motivasi keterlibatan ibu rumah tangga bekerja sebagai buruh bangunan.Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan  observasi partisipan dan wawancara mendalam, dengan unit penelitian ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh bangunan. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, diverifikasi, dan kesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan ibu rumah tangga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Kelurahan Benua Nirae, yang bekerja sebagai buruh bangunan dilakukan dengan cara: (1) Bekerja paruh waktu, membuat ia harus menjalankan tugas domestiknya yaitu mengurus rumah (mencuci, memasak, mengurus suami, dan mengurus anak) yang dilakukan sebelum berangkat bekerja, lalu pada saat pulang pun ia kembali menjalankan perannya sebagai ibu. (2) Mengatur penggunaan uang belanja secara proporsional, yakni dengan bekerja sebagai buruh bangunan yang penghasilannya digunakan untuk membantu suami memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan sekolah anak. Faktor-faktor yang memotivasi ibu rumah tangga bekerja sebagai buruh bangunan yaitu: faktor ekonomi, kurangnya pendapatan suami mendorong istri untuk bekerja, dan keinginan hidup layak layak serba berkecukupan sehingga mendorong ibu rumah tangga untuk bekerja.Kata kunci: keterlibatan, ibu rumah tangga, ekonomi keluarga.
PERGESERAN IDENTITAS SUKU MUNA KE IDENTITAS ETNIS BUGIS DI KELURAHAN ALOLAMA KECAMATAN MANDONGA KOTA KENDARI Ibrahim, Maulana; Suardika, I Ketut; Topo Jers, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.053 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i2.14911

Abstract

Abstrak: Identitas merupakan suatu konstruksi sosial budaya. Identitas seseorangataupun kelompok bisa rentan terhadap setiap perubahan atau pergeseran nilaikebudayaan, seperti adanya kelompok dominasi, minoritas, kesamaan ataukemiripan nilai budaya (orientasi nilai budaya), faktor sosial ekonomi (orientasiekonomi), maupun faktor kawin-mawin (Genoligis). Kehidupan etnis Muna diAlolama mengalami pergeseran nilai budaya yang diakibatkan oleh beberapafaktor kondisi sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktorfaktorpenyebab pergeseran identitas etnis Muna ke identitas Bugis di KelurahanAlolama Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Penelitian ini menggunakanpendekatan etnografi dengan metode kualitatif yakni data dikumpulkan melaluiobservasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian ini, menunjukkanbahwa Etnis Muna di Kelurahan Alolama Kecamatan Mandonga Kota Kendarilebih cenderung dianggap sebagai orang Bugis dan lebih mengusai bahasa daerahBugis dari pada bahasa daerah Muna. Sebagian dari mereka, sekalipun denganmenggunakan bahasa daerah Muna namun dalam penggunaan bahasa atau dialekpengucapannya sangat menyerupai dialek orang Bugis pada umumnya. Prosesperubahan identitas etnis Muna ke identitas orang Bugis di Kelurahan AlolamaKecamatan Mandonga Kota Kendari disebabakan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: (a) Kemiripan Nilai budaya (Orientasi Nilai Budaya) (b)Terjadinya kawin mawin (Genologis) (c) Faktor Sosial Ekonomi (Orientasiekonomi). dan (d) Faktor pergeseran identitas budaya tersebut terjadi secaraevolusi atau puluhan tahun lamanya.Kata kunci: Pergeseran, Identitas, suku Muna suku Bugis
PERAN DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA (PMD) DALAM PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT DESA DI KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN Ruslan, Ruslan; Taena, La; Alim, Abdul
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.583 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i2.21289

Abstract

The purpose of this study is to determine and analyze the role of the PMD Service in Empowering Traditional Institutions in Konawe Kepulauan Regency. The type of data used in this study is descriptive-qualitative research. The technique of determining informants is done by purposive sampling. Data collection techniques are through observation, in-depth interviews and documentation studies. Data analysis techniques are data reduction, data presentation, and verification or conclusion. The results of the study show that the role of the Community and Village Empowerment Service regarding the empowerment of traditional institutions through village funds is still very limited and some of the obstacles experienced, especially during the current pandemic. The formation of customary institutions in Konawe Kegunungan has only formed 5 villages. By seeing the importance of customary institutions, the Community and Village Empowerment Service seeks to develop and facilitate the formation of customary institutions in the Konawe Islands Regency.Keywords: The Role of the Community and Village Empowerment Service, Traditional Institutions
PERAN KEPEMIMPINAN INFORMAL PU’UTOBU DALAM PENYELESAIAN SENGKETA SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SUKU TOLAKI Suarni, Suarni; Moita, Sulsalman; Syahrun, Syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.413 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v4i1.6612

Abstract

Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui peran informal Pu’utobu dalam peneyelesaian sengketa sosial budaya masyarakat Suku Tolaki di Kecamatan Meluhu kabuapaten konawe. Peran informal kepemimpinan Pu’utobuadalah sebagaipemerintahan wilayah yang masing-masing  wilayah ini dikuasai dan bertanggung jawab kepada pemerintahan Siwole Mbatohu yaitu empat penjuru pemerintahan daerah yang telah diuraikan sebelumnya. Pemerintahan Pu’utobu ini merupakan pemerintahan perantara antara pemerintahan wonua melalui Siwole Mbatohu kemudian diteruskan kepada pemerintahan desa (napo) yang disebut o’napo. Pemerintahan Pu’utobu berkewajiban menyambaikan segala perintah dari pemerintahan wonua kepada pemerintahan o’napo yang berada di wilayah kekuasaannya.Pu’utobu mempunyai kewajiban untuk meneruskan segala usul permintaan dari pemerintahan napo kepada pemerintahan siwole mbatohu, dan diteruskan lagi kepada pemerintahan wonua yang dipimpin oleh seorang mokole (kepala negeri).Seorang Pu’utobu sebagai kepala wilayah mempunyai aparat pemerintahan di tingkat wilayahnya, yaitu tingkat pabitara, tolea, posudo dan tamalaki yang ditunjuk dan diangkat dari salah seorang yang menonjol prestasinya dari aparat pemerintahan di bawahnya.Tugas-tugas yang dilaksanakan aparat pemerintahan Pu’utobu ini adalah segala masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan oleh pemerintahan onapo, dan atau segala perselisihan yang terjadi antara pemerintahan o’napo dalam wilayah kekuasaannya.Kata kunci: kepemimpinan, Pu’utobu, sengketa, sosial budaya, masyarakat
PROSES DEGALU (BERKEBUN) PADA ETNIK MUNA DI KABUPATEN MUNA BARAT Pomili, Hasriman Danaosa; Hafsah, Sitti; Alim, Abdul
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.941 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9097

Abstract

Tujuan Penelitian adalah: (1) untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan kegiatan degalu (berkebun) pada etnik Muna di Kabupaten Muna Barat; (2) untuk menganalisis nilai degalu yang terkandung pada etnik Muna di Kabupaten Muna Barat. Jenis jenelitian ini yaitu penelitain kualitatif. Informan penelitian ini dengan menggunkan unsur kesengajaan (purpose sampling) yaitu tokoh masyarakat serta anggota masyarakat yang berkebun. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi partisipasi), wawancara langsung, serta rekaman kejadian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) proses kegiatan degalu (berkebun) dimulai dari: (a) defelentu gholeo metaano, (b) detambori, (c) dewei, (d) detughori, (e) desula maka detotawu, (f) ghala/katondo, (g). kasalasa, (h) detisa kahitela bhe detisa rapo-rapo, (i) dekangkiri, (j) depasele, (k) demoghuri, (l) debuna, (m) dotongka; (2) Nilai-nilai yang terkandung dalam degalu (berkebun) pada etnik Muna antara lain: (a) nilai religi, (b) nilai pelestarian hutan dan lingkungan, (c) nilai sosial, dan (d) nilai kesejahteraan.Kata Kunci: degalu, nilai, etnik Muna
KONFLIK ANTAR KELAS MASYARAKAT BUTON DESA SAMPUABALO DAN DESA GUNUNG JAYA KECAMATAN SIOTAPINA KABUPATEN BUTON ARUPALAKA, LA ODE; DIRMAN, LA ODE; Aso, La
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.217 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i2.18444

Abstract

The objective of this study is to describe the causes of conflict intra society classes of Butonese, Sampuabalo Village and Gunung Jaya Village, Siotapina District of Buton Regency by using a qualitative descriptive approach to describe what are the backgound of the conflict problem. In analyzing the theoretical data it was used the Functional Theory of Coser and Pieree Felix Bourdieu's Social Interaction about Habitus, Capital and Domain to analyze the root causes of class conflict in the Buton community, Sampuabalo Village and Gunung Jaya Village, Siotapina District of Buton Regency. This research uses a qualitative approach. There are two types of data used in this study, namely primary data and secondary data. Collecting data in this study were done by using observation technique, interviews technique, and document study. Based on the results of data analysis, the results of this study showed  that: The backgroundof the problem of conflict intra society classes of the Butonese, Sampuabalo Village and Gunung Jaya Village, Siotapina District of Buton Regency were caused by several factors, namely: (1) the history of the two villages with different social classes (aristocrat and non-aristocracy, (2) ongoing individual and group conflicts, (3) educational factors, (4) identity factors, (5) incomplete conflict handling, (6) latent conflicts, (7) dysfunction of traditional institutions in society. , and (8) lack of employment.Keywords: conflict, class of society, Buton Regency
Kehidupan Ekonomi dan Sosial Budaya Buruh Bongkar Muat di Pelabuhan Fery Kendari-Wawonii (Studi Pada Buruh Etnis Muna) Ipo, Erlin; Suyyuti, Nasruddin; Aso, La
Jurnal Penelitian Budaya Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.161 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v4i2.9073

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menjelaskan kehidupan ekonomidan sosial budaya buruh bongkar muat di Pelabuhan Kendari-Wawonii,dan (2)untuk menganalisis strategi pemenuhan kebutuhan mereka. Penelitian ini berfokuspada buruh etnis Muna. Peneliti menganalisa data dengan metode desktiptifkualitatif dengan berkiblat pada tiga teori. Pertama teori hierarki kebutuhan yangdicetuskan Abraham Maslow, kedua teori pilihan rasional yang dipopulerkanJames Coleman. Teori ketiga yakni Fungsionalisme Struktural yang dipopulerkanoleh Malinowsky. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) buruh bongkarmuat Pelabuhan Fery Kendari Wawonii memiliki pendapatan rata-rataRp.4.000.000 hingga Rp.6.000.000 perbulan. Pendapatan mereka digunakan untukmemenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari,pos pengeluaran terbesar buruh juga ada pada kehidupan sosial budaya mereka.Buruh juga tetap mencari penghasilan tambahan di luar pekerjaan rutinnyasebagai buruh di pelabuhan, (2)buruh etnis Muna memiliki dua tradisi budayadalam bermasyarakat yakni tolong menolong yang dikenal dengan nama pokaduludan persatuan yang dikenal dengan sebutan kaseise.Kata kunci :Ekonomi, Sosial budaya, Buruh, Pelabuhan dan Etnis Muna.
MAKNA SIMBOLIK PAKAIAN ADAT (KABHANTAPI) PEREMPUAN PADA MASYARAKAT ETNIK MUNA DI KECAMATAN KECAMATAN KATOBU KABUPATEN MUNA sara, afnita Fitria; dirman, la ode; syahrun, syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.487 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i1.17711

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis makna simbolik pakaian adat kabhantapi pada masyarakat etnik Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif dengan menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce. Informan dalam penelitian ini terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat etnik Muna, orang yang memiliki pengetahuan tentang pakaian adat kabhantapi, dan Pemerintah setempat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap, yakni; (a) tahap klasifikasi data, (b) reduksi data, (c) interpretasi data, dan (d) pendeskripsian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakaian adat kabhantapi memiliki banyak makna simbolik. Pakaian adat Kabhantapi sebagai simbol status perempuan yang menjadi pembeda bagi perempuan yang belum menikah dengan yang sudah menikah. Pakaian adat kabhantapi juga memiliki makna simbol status sosial, serta bentuk, warna dan motifnya memiliki makna simbolik yang sangat khas.