cover
Contact Name
Muh Nadzirin Anshari Nur
Contact Email
nadzirin@gmail.com
Phone
+6281342713802
Journal Mail Official
ujmpps@uho.ac.id
Editorial Address
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo, Kampus Abdullah Silondae, Jl. Mayjend. S. Parman, Kemaraya - Kendari 93121 Sulawesi Tenggara - Indonesia
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Jurnal Penelitian Budaya
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : -     EISSN : 25023268     DOI : http://dx.doi.org/10.33772/jpeb.v6i2.16156
Jurnal Penelitian Budaya (JPeB) adalah jurnal yang mempublikasikan hasil-hasil penelitian mahasiswa, dosen dan pemerhati masalah-masalah kebudayaan dan Masyarakat
Articles 76 Documents
PELESTARIAN KERAJINAN PERAK (KENDARI WERK): Studi di Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sulawesi Tenggara Hayunira, Sasadara; Suyuti, Nasruddin; Taena, La
Jurnal Penelitian Budaya Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.823 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v3i1.7861

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pembuatan Perak Kendari, dan untuk menganalisis pelestarian dan hambatan Perak Kendari yang dihadapi oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan teori adaptasi dengan menerapkan pendekatan berorientasi tindakan untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian.Data utama dari penelitian ini adalah perak dan pemangku kepentingan terkait, sedangkan data pendukung adalah perak yang digunakan di Perak Kendari. Peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan cara reduksi data, penyajian data, dan sampai pada kesimpulan, berdasarkan akumulasi data dan bukti yang valid untuk menganalisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses kerajinan perak melewati tahap-tahap berikut: perencanaan, menyiapkan bahan dan alat, membuat pola, mengisi pola menggunakan teknik kerawang, menyolder, memotong, membentuk, dan menyelesaikan. Upaya pelestarian yang telah dilakukan oleh Dekranasda Sultra meliputi pelatihan, kerja sama, pemasaran dan peragaan produk, menjadi fasilitator, dan ikut serta dalam pameran dan kontes perhiasan. Di antara kendala yang ditemukan dalam pelestarian adalah kurangnya pengrajin perak, permintaan akan modal besar, dan perkembangan tren perhiasan yang cepat. Kata kunci: Pengembangan, kerajinan perak Kendari, perak                   Kendari
BUDAYA TEPOROMBUA PADA MASYARAKAT TOLAKI DI DESA BAO-BAO, KECAMATAN SAMPARA, KABUPATEN KONAWE Syukri, Muhammad; Ali Basri, La Ode; Syahrun, Syahrun
Jurnal Penelitian Budaya Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (667.552 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v3i2.6615

Abstract

Penelitian ini berjudul “Budaya Teporombua pada Masyarakat Tolaki di Desa Bao-Bao Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe”. Penelitian ini mengkaji tentang budaya teporombua pada masyarakat Tolaki di Desa Bao-Bao Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.Fokus permasalahan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu bagaimana bentuk-bentuk teporombua pada masyarakat Tolaki dan bagaimana fungsi serta nilai budaya yang terkandung didalam budaya teporombua.             Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk serta fungsi dan nilai budaya yang terkandung dalam teporombua.Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori solidaritas sosial dan teori struktural fungsional.Secara metodologi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk teporombua yang sering dilakukan dalam masyarakat Tolaki di Desa Bao-Bao yakni teporombua ronga pamarenda (pertemuan atau perkumpulan antara masyarakat dengan pemerintah) guna membicarakan program-program pemerintah yang berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat, teporombua pepakawia (p
PENGETAHUAN ORANG BAJO TENTANG PAMALI DALAM BIDANG EKOLOGI LAUT DI WILAYAH TIWORO Said, Taufiq; Niampe, La; Sifatu, Wa
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.52 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9094

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengetahuan orang Bajo tentang pamali di bidang ekologi laut, dan bentuk pergeseran pengetahuan masyarakat Bajo di bidang ekologi kelautan. Teori yang digunakan untuk membaca data mengacu pada Geertz, C, (1973) yang berpikir tentang sudut pandang asli. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan orang Bajo tentang pamali di bidang ekologi kelautan di wilayah Tiworo, ada 21 jenis pamali yang menjadi pandangan masyarakat Bajo dalam berinteraksi dengan lingkungan laut. Sementara bentuk pergeseran pengetahuan orang Bajo tentang pamali disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor agama, faktor struktur dan agen, faktor diskriminasi orang-orang seperti, kebijakan pemerintah.Kata kunci: Pengetahuan Pamali, orang Bajo, ekologi kelautan
KETERLIBATAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENCEGAHAN KONFLIK ATAS KEHADIRAN ALFAMIDI DI KABUPATEN KOLAKA Muhammad, Alamsyah; Wa Ode, Sifatu; Elvianus Koodoh, Erens
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.251 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i2.19757

Abstract

This study aims to describe the conflict prevention efforts between UMKM retailers and Alfamidi in Kolaka Regency by the Kolaka Regency Government. The theory used in this research refers to Marx's concept, which focuses on conflicts that occur due to interactions that occur in the economic system; production sub-system, distribution sub-system, trade sub-system and consumption sub-system, then the solution is to harmonize these interactions by building new relationships that need each other and last a long time, in order to stem the factors that cause conflicts that can occur. . The method used in this research is descriptive qualitative method, with data collection techniques through observation, in-depth interviews and instrumentation. Based on the results and discussion, basically the types of conflicts that occur are goal and personal, where the factors that cause conflict are (1) communication, and (2) structure. And then the factors causing the conflict are dammed by; (1) Memorandum of Understanding is drawn up between the Local Government of Kolaka Regency and PT. Midi Utama Indonesia Tbk, (2) holding Alfamidi Exposure Socialization and (3) implementing promo prices for MSME retail owners as well as presenting Member Relation Officer by Alfamidi.Keywords: Alfamidi, conflict, economy, MSMEs, retail.
Muna Local Food Defense Post-Arrival of Transmigrants in South Tiworo Subdistrict West Muna Regency Mursin, Mursin; Suyyuti, Nasruddin; Sifatu, Wa Ode Sifatu
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.874 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9086

Abstract

The purpose of this study was to reveal the pattern of Muna's local food sustainability, and the response of transmigrant communities to Muna's local food. The theory used in this research was Geertz's mindset, Clifford (1973) about ethos, world-view, and the Analysis of sacred symbols with ethnographic methods . Research Results showed that: 1) The pattern of local food security of the Muna community through: at least every planting season there are three types of plants: rice, corn, sweet potatoes, cassava, and vegetables. Every day, there are at least five types of food: rice, processed corn, processed cassava, vegetables, and side dishes, as well as completing the life cycle ceremony. Local food of the Muna community can disappear if it eliminates the life cycle ceremony because of the influence of the new Islamic religion. In the development of leaves as the staple of vegetables, they have health functions. Muna's local food that still survives today is cahitela, paewuna, mafusau, midawa, ghofa, mafu, tonea, rapo-rapo, bhanggai, romedawa, popasa, ghontoghe, usa, ghoenu, lembeghu, wuragha, robu, foo, paranggi, sirikaea, bubuno, katapi, kahawa, pumpkin, ghotimu, conduru, pariah, tereka, kula, lawue, kentanooemorindi, kenta we tehi ,, kaliwuoemorindi, kaliwu we tehi. 2) Transmigrants also participate in consuming local Muna food. Conclusion: The work ethic and farming patterns that are still maintained up to the new Islamic religious school faced by the Muna community in maintaining local food. As a result, a relative of the Muna community could have a conflict just because of the implementation of a life cycle ceremony. The government should be able to revive the use of local food in a scientific way. Keywords: Defense, Local Food, Transmigrants
POHON KELAPA SEBAGAI MAHAR PERKAWINAN PADA MASYARAKAT WAWONII DI KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN Dauliyah, Syahri; Jamiludin, Jamiludin; Ali Basri, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.168 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i1.13077

Abstract

Abstract: This research aims at analyzing the use of coconut trees as dowry, analyze how to count coconut trees as dowry and change the shape of dowry of coconut trees as marriage dowry in the Wawoni community. The data used are qualitative data. The technique of data collection in this research were observation, interview and documentation. The research method used is a descriptive analysis method that focuses on the interpretation and opinions of informants obtained from interviews and research at the research location and then discussed in the study. The results of the research showed that 1) Coconut trees as a dowry are closely related to natural resources and philosophy in developing households in the Wawonii community, 2) Coconut trees that can be used as the dowry in marriage, namely 1 tree that has been bearing fruit for one puu, a coconut tree that will fruiting the first time talking about 2 trees for 1 puu, a new coconut tree that has a segment on the trunk of 4 trees to escape 1 puu. Keywords: coconut tree, dowry, marriage, Wawoni community.
NILAN-NILAI TRADISI POSEPA’A PADA MASYARAKAT LIYA DI KABUPATEN WAKATOBI Setiawan, Wawan; Suardika, I Ketut; Ali Basri, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.644 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v2i2.7889

Abstract

Tujuan peneliotian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Posepa’a pada masyarakat Liya di Kabupaten Wakatobi. Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan konsep nilai dan teori fungsionalisme. Desain penelitian menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian di Kabupaten Wakatobi khususnya di Desa Liya sebagai satu-satunya pemilik tradisi Posepa’a. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Posepa’a pada masyarakat Liya adalah nilai religius, nilai kepatuhan, nilai kesabaran, nilai kepemimpinan, nilai perjuangan, nilai kebersamaan, nilai sportivitas, dan nilai estetika. Nilai tersebut sudah menjadi jati diri yang telah mengakar pada masyarakat Liya yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena pada proses pembentukan tradisi Posepa’a sebagai permainan rakyat telah terjadi yang selama berabad-abad yang mengindikasikan bahwa tradisi Posepa’a dalam  kelangsungannya diyakini telah membawa nilai yang sengaja diberikan secara langsung untuk menguatkan eksistensinya sebagai adat kebiasaan yang positif pada masyarakat Liya. Kata kunci: Tradisi Posepa,a, nilai, Desa Liya
THE CHANGE OF CULTURAL IDENTITY IN TORETE ETHNIC AT SORUE JAYA VILLAGE, SOROPIA SUBDISTRICT, KONAWE REGENCY Setiawati, Indra Rahayu; Taena, La; Ali Basri, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.379 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v3i1.7765

Abstract

Salah satu kelompok etnis yang hidup berkembang di Sulawesi Tenggara adalah kelompok etnis Torete dengan populasi yang relatif lebih kecil atau minoritas dibandingkan dengan kelompok etnis atau etnis lain. Dibandingkan dengan etnis asli, seperti Bugis, Jawa, Bali, Toraja, Lombok, dan yang dikategorikan sebagai kelompok etnis asli seperti Tolakin, Buton, Munan, dan Moronenen. Pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah: “Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan identitas budaya pada etnis Torete di desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perubahan identitas budaya pada etnis Torete di desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dikumpulkan dengan observasi yang terlibat dan wawancara mendalam dengan informan terpilih. Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah berikut: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Bentuk-bentuk perubahan identitas budaya suku Torete di desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe dapat dilihat dari perubahan bahasa, perubahan sistem mata pencaharian, dan perubahan sistem kepercayaan . (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan identitas budaya pada etnis Torete di desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe adalah (a) akulturasi budaya, (b) keberadaan orientasi sosial dan ekonomi, (c) keberadaan perkawinan antar etnis, (d) kehadiran kelompok etnis, dan (e) loyalitas kelompok etnis berkurang.Kata kunci: Perubahan, identitas budaya, dan etnis Torete
RAGAM DAN FUNGSI PANTUN PADA MASYARAKAT SUKU BAJO DI DESA BOKORI KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE Abidin, Marwan; Suyuti, Nasruddin; Ali Basri, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.652 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i2.14910

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan ragam dan fungsipantun pada masyarakat Bajo di Desa Bokori Kecamatan Soropia, KabupatenKonawe. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakanmetode deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini adalah di Desa BokoriKecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Data dari informan langsung dilapanganyang menguasai atau pembicara asli pantun yang menjadi objek penelitian ini.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti instrumen utama,wawancara, alat perekam dan dokumentasi Teknik analisis data adalah denganmenggunakan teknik pendekatan struktural. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa Pantun pada masyarakat Bajo memiliki ragam: (a) Pantun bertema nasihat,(b) Pantun berhubungan dengan kepercayaan/agama, dan (c) pantun tentangpercintaan. Fungsi pantun itu sendiri adalah:(a) sebagai hiburan, (b) sebagai mediamengungkapkan perasaan, (c) sebagai nasihat, dan (d) sebagai pelestariantradisi/budayaKata Kunci: Ragam, fungsi, pantun, masyarakat Bajo
PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA MASALILI KECAMATAN KONTUNAGA KABUPATEN MUNA Julada, Wa Ode; Sifatu, Wa Ode; Alim, Abdul
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.275 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i2.19953

Abstract

This study aims to describe and analyze the role of government and society in the development of tourist villages in Masalili Village, Kontunaga District, Muna Regency. The theory used to read the data is the theory of Economic, Social and Cultural Capital (The Forms of Capital) Pierre Bourdieu (1986). The method used is a qualitative descriptive method, which is obtained through observation, interviews and documentation on matters relating to the role of government and society in the development of tourist villages in Masalili Village. The results of the research on the role of the government in the development of the Masalili tourist village in terms of economic capital are seen in the use of village funds as the main capital in the development of the Masalili peak tourist attraction. In addition, in terms of social capital, it can be seen from the cooperative relationship between the village government and the district government as well as investors such as Bank Indonesia, by providing assistance in the form of facilities and infrastructure for the development of the Masalili tourist village in the future. Meanwhile, in terms of cultural capital, the village government participates in expressing creative ideas for the development of the Masalili tourist village through the availability of spots that can increase the attractiveness of tourists to visit the tourist village. Furthermore, an analysis of the community's role in the development of the Masalili tourism village can be seen from the cultural capital and social capital which includes cooperation between communities in terms of preserving the Muna weaving which is the icon of the tourist village. Meanwhile, in terms of cultural capital provided by the community in the form of creating unique design motifs in each weaving produced and also creating new creations in the form of accessories that can be used as souvenirs for tourists. The conclusion is that the role of the government and the community is very influential in the development of the Masalili tourism village. This can be seen by the combination of capital owned by the government and the community to support the sustainable development of the Masalili tourism village.Keywords: Tourism Village, Capital, Masalili Village.