cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 107 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO" : 107 Documents clear
PERBEDAAN POTENSI ANTIBAKTERI BAWANG PUTIH TUNGGAL DENGAN BAWANG PUTIH MAJEMUK TERHADAP SALMONELLA TYPHI Adhuri, Iesha Kinanthi; Kristina, Tri Nur; Antari, Arlita Leniseptaria
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.209 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20670

Abstract

Latar Belakang: Salmonella typhi, bakteri patogen yang dapat menimbulkan demam tifoid pada manusia, pernah menunjukkan resistensi terhadap antibiotika yang digunakan sebagai first line drugs seperti kloramfenikol, kortimoksazol, tetrasiklin, dan ampisilin.  Sehubungan dengan besarnya masalah resistensi obat, beberapa peneliti telah memilih untuk mengembangkan strategi alternatif. Salah satunya adalah pemanfaatan bawang putih yang mempunyai efek antimikroba. Sebagai obat, belakangan ini, masyarakat mempercayai bawang putih tunggal lebih berkhasiat daripada bawang putih majemuk.Tujuan: Membandingkan potensi anteribakteri bawang putih tunggal dan majemuk terhadap S. typhi.Metode: Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Uji aktivitas antibakteri bawang putih tunggal dan majemuk dengan pelarut etanol 96% dan aquades dilakukan dengan metode difusi dan dilusi.Hasil: Dengan metode difusi, bawang putih tunggal dengan pelarut etanol 96% maupun aquades lebih unggul dibandingkan dengan bawang putih majemuk. Pada metode dilusi, dengan pelarut aquades, bawang putih tunggal juga lebih unggul dibandingkan dengan bawang putih majemuk.  Namun demikian, pada satu pengulangan metode dilusi dengan pelarut etanol 96%, bawang putih majemuk lebih unggul dibandingkan bawang putih tunggal.Simpulan: Bawang putih tunggal memiliki kecenderungan lebih unggul dibandingkan dengan bawang putih majemuk sebagai agen antibakteri terhadap S. typhi.
PENGARUH KEMORADIASI KANKER KEPALA LEHER TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ SERUM Iqhbal, Rahmadonal Muhammad; Ningrum, Farah Hendara; Prihharsanti, CH Nawangsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.82 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20742

Abstract

Latar belakang : Salah satu modalitas kemoterapi pada kanker kepala leher adalah kombinasi kemoterapi dan radioterapi. Pemberian kemoterapi neoadjuvant menjadi pilihan terapi. Penggunaan regimen kemoterapi dan tindakan radioterapi tidak hanya membunuh sel-sel kanker, akan tetapi dapat menimbulkan toksisitas pada tubuh penderita. Cisplatin merupakan golongan obat kemoterapi berbasis platinum yang memiliki efek samping penurunan fungsi ginjal.Tujuan : Mengetahui pengaruh kemoradiasi kanker kepala leher terhadap fungsi ginjal pada kadar ureum dan kreatinin dalam darah.Metode : Penelitian observasional cross sectional (non-komparatif) yang dikaji menggunakan data rekam medik di RSUP Dr Kariadi Semarang tahun 2012-2016. Sampel merupakan pasien dengan kanker kepala leher yang mendapat kemoterapi neoadjuvant yang dipilih berdasarkan consecutive sampling. Penilaian fungsi ginjal diambil dari hasil laboratorium kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah kemoradiasi. Uji statistik dilakukan menggunakan Uji Wilcoxon.Hasil: Didapatkan 21 sampel yang merupakan pasien karsinoma nasofaring yang telah menjalani kemoterapi neoadjuvant yang terbagi dalam pemberian sebanyak IV siklus, V siklus, VI siklus dengan 33x radioterapi.Data yang diperoleh dalam persentase yaitu kadar ureum meningkat 90,5% dan kadar kreatinin meningkat 90,5%. Hasil analisis data menunjukkan terdapat pengaruh yang bermakna pada kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah pemberian kemoterapi neoadjuvant p<0,05 (p=0,01).Kesimpulan :  Ditemukan peningkatan antara kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah kemoradiasi kanker kepala leher
GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS TIKUS WISTAR AKIBAT LUKA BAKAR TERMAL SELUAS 30% TOTAL BODY SURFACE AREA (TBSA) PADA FASE INTRAVITAL, PERIMORTEM DAN POSTMORTEM Naufaldi Dary Hartanto; Intarniati Nur Rohmah; Ika Pawitra Miranti
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.371 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21193

Abstract

Latar Belakang  : Luka bakar merupakan salah satu cedera yang mengakibatkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi di dunia. Luka bakar dapat digunakan untuk mengaburkan penyebab kematian seseorang apakah luka bakar terjadi saat korban masih hidup, sesaat setelah korban meninggal, atau saat korban sudah meninggal. Adanya temuan infiltrasi leukosit dan vasodilatasi vaskular pada usus halus ketika terjadi luka bakar akan digunakan sebagai pembeda luka bakar pada fase intravital, perimortem dan postmortem.Tujuan : Mengetahui perbedaan gambaran histopatologi (infiltrasi leukosit dan vasodilatasi vaskular ) usus halus tikus wistar akibat luka bakar pada fase intravital, perimortem dan postmortem.Metode : Penelitian eksperimental dengan Post Test-Only Control Group Design. Sampel terdiri dari 24 tikus wistar jantan yang terbagi menjadi 4 kelompok. Kelompok K tidak diberi perlakuan. Kelompok P1 diberi paparan luka bakar intravital. Kelompok P2 diberi paparan luka bakar perimortem yaitu 10 menit sejak waktu kematian. Kelompok P3 diberi paparan luka bakar postmortem yaitu 3 jam sejak waktu kematian. Setelah dilakukan intervensi, dilakukan pembuatan preparat usus halus dan pemeriksaan gambaran mikorskopis. Uji analisis menggunakan Kruskall Wallis dan Mann Whitney untuk paramter infiltrasi leukosit dan menggunakan uji Chi-Square untuk parameter vasodilatasi.Hasil : Pada paramteter infiltrasi leukosit uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna dengan nilai p = 0.003 pada seluruh kelompok, dilanjutkan dengan uji Mann Whitney antar kelompok didapatkan perbedaan bermakna pada kelompok K dengan P1, K dengan P2, K dengan P3 dan P1 dengan P3 dan didapatkan perbedaan tidak bermakna pada kelompok P1 dengan P2, dan P2 dengan P3. Pada parameter vasodilatasi, tidak didapatkan perbedaan pada seluruh kelompok sehingga tidak mengeluarkan hasil ketika diuji dengan Chi-Square.Kesimpulan : Infiltrasi leukosit tertinggi terdapat pada kelompok intravital, kemudian perimortem, postmortem dan tidak didapatkan pada kontrol. Tidak didapatkan vasodilatasi vaskuler pada seluruh kelompok.
DOMINASI ASUPAN PROTEIN NABATI SEBAGAI FAKTOR RISIKO STUNTING ANAK USIA 2-4 TAHUN Dedes Swarinastiti; Galuh Hardaningsih; Rina Pratiwi
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.217 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21465

Abstract

Latar Belakang: Stunting telah menjadi prioritas masalah kesehatan global akibat morbiditas dan mortalitas yang besar. Indonesia termasuk negara dengan prevalensi kejadian stunting yang tinggi sekitar 37,2 % berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Defisiensi protein berperan menyebabkan stunting. Dominasi asupan protein nabati dapat menjadi salah satu faktor risiko kejadian stunting akibat kandungan asam amino esensialnya yang tidak lengkap.Tujuan: Menganalisis dominasi asupan protein nabati sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4 tahun.Metode: Rancangan penelitian bersifat analitik observasional dengan desain kasus-kontrol, dilakukan di Semarang periode Mei-Agustus 2017 dengan subyek penelitian adalah anak usia 2-4 tahun. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Fisher’s Exact, sedangkan uji multivariat dengan uji Regresi Logistik.Hasil: Responden 114 anak, yang terbagi menjadi 2 kelompok kasus dengan 57 anak stunting dan kelompok kontrol dengan 57 anak berperawakan normal. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan untuk asupan jenis protein nabati kedelai (p=0,047; OR = 4,49) dan tingkat pendapatan keluarga (p=0,032; OR = 2,35) sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4. Hubungan tidak signifikan ditemukan pada kejadian stunting dengan faktor lain seperti : dominasi asupan protein nabati, tingkat pendidikan ibu, riwayat pemberian ASI, serta faktor demografi. Hasil uji multivariat didapatkan tidak ada variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat, stunting (p>0,05).Simpulan: Dominasi asupan protein nabati tidak merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4 tahun
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR PASIEN TALASEMIA MAYOR ANAK Laurentia Julia Wijaya; Yetty Movieta Nency; Helmia Farida
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.892 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20719

Abstract

Latar belakang: Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor internal adalah faktor kesehatan, dimana anak yang sakit lebih sukar belajar. Talasemia merupakan penyakit genetik kelainan darah akibat kekurangan produksi hemoglobin. Kualitas hidup anak talasemia pada aspek edukasi masih kurang.Tujuan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pasien talasemia mayor anak. Menganalisis hubungan frekuensi transfusi darah, rata-rata kadar hemoglobin sebelum transfusi, kepatuhan terapi kelasi besi, tingkat penghargaan diri, serta tingkat dukungan keluarga dengan prestasi belajar pasien talasemia mayor anak.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang. Subjek penelitian adalah 24 pasien talasemia mayor usia 8-15 tahun yang menjalani transfusi di Semarang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juli 2017 menggunakan data catatan medik, wawancara, kuesioner Coopersmith Self-Esteem Inventory School Form dan kuesioner tingkat dukungan keluarga, serta nilai rapor. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square.Hasil: Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara frekuensi transfusi darah (p=0,408), rata-rata kadar hemoglobin sebelum transfusi (p=0,098), kepatuhan terapi kelasi besi (p=0,264), tingkat penghargaan diri (p=1,000), serta tingkat dukungan keluarga (p=1,000) dengan prestasi belajar. Ditemukan hubungan yang bermakna antara frekuensi transfusi darah dengan rata-rata kadar hemoglobin (p=0,035). Hubungan frekuensi transfusi darah dengan tingkat penghargaan diri menunjukkan perbedaan signifikan (p=0,032). Adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan kepatuhan terapi kelasi besi (p=0,046).Kesimpulan: Frekuensi transfusi darah, rata-rata kadar hemoglobin sebelum transfusi, kepatuhan terapi kelasi besi, tingkat penghargaan diri, serta tingkat dukungan keluarga bukan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pasien talasemia mayor anak.
PERBANDINGAN EFEK OLAHRAGA INDOOR DAN OUTDOOR TERHADAP TINGKAT STRES MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Aditya Dwiki Adiono; Yuriz Bakhtiar; Yuswo Supatmo; Muflihatul Muniroh; Titis Hadianti
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.753 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21183

Abstract

Latar Belakang: Stres merupakan salah satu reaksi atau respons psikologis manusia saat dihadapkan pada hal-hal yang telah melampaui batas untuk dihadapi. Olahraga yang teratur dapat menurunkan insiden dan keparahan gangguan suasana hati yang berkaitan dengan stres. Aktivitas olahraga dapat dilakukan di indoor (dalam ruangan) dan outdoor (luar ruangan).Tujuan: Mengidentifikasi perbedaan antara tingkat stres olahraga indoor ataupun olahraga outdoor.Metode: Penelitian ini adalah penelitian  kuasi-eksperimental dengan desain pre-test and post-test sample group design. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro berusia 18-22 tahun (n=40). Dikelompokkan menjadi: kelompok perlakuan olahraga indoor (n=20) yang melakukan olahraga di dalam gedung olahraga dan kelompok perlakuan olahraga outdoor (n=20). Penelitian dilaksanakan selama 6 minggu. Skor tingkat stres diukur sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan kuesioner Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS-42). Analisis statistik yang digunakan adalah uji t-tidak berpasangan dan uji min rerata.Hasil: Rerata tingkat stres  (skor DASS) sebelum dan sesudah perlakuan olahraga indoor  mengalami penurunan secara tidak bermakna dari rerata 17,5 menjadi 14,8 (p=0,214). Rerata tingkat stres (skor DASS) sebelum dan sesudah perlakuan olahraga outdoor mengalami penurunan secara bermakna dari rerata 20,2 menjadi 11,2 (p=0,000). Selisih penurunan tingkat stres (skor DASS) sebelum dan sesudah antara kedua kelompok secara statistik tidak bermakna (p=0,095) walaupun kelompok olahraga outdoor didapatkan selisih skor yang lebih tinggi dibanding kelompok olahraga indoor (2,7 vs 9,0).Simpulan: Penurunan skor tingkat stres pada kelompok olahraga outdoor lebih baik dibanding kelompok olahraga indoor tapi tidak bermakna .
PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM L),KITOSAN DAN YOGURT SINBIOTIK PISANG TANDUK TERHADAP PROFIL LIPID TIKUS SPRAGUE-DAWLEY HIPERKOLESTEROLEMIA Yanuarius Alvin Pratama Budianto; Nyoman Suci Widyastiti; Ariosta Arisota
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.549 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20703

Abstract

Latar Belakang : Dislipidemia merupakan abnormalitas metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam serum. Berbagai penelitian terdahulu membuktikan bawang putih (Allium sativum L), kitosan dan yogurt sinbiotik pisang tanduk mempuyai efek memperbaiki profil lipid.Tujuan : Menganalisis perbandingan pengaruh pemberian ekstrak bawang putih, kitosan dan yogurt sinbiotik pisang tanduk terhadap profil lipid tikus Sprague-Dawley hiperkolesterolemia.Metode : Penelitian eksperimental dengan disain Post Test Control Group Design. Jumlah sampel 30 tikus Sprague-Dawley jantan, terbagi dalam 5 kelompok, terdiri dari kelompok kontrol normal (K1), kontrol hiperkolesterolemia (K2)dan kelompok perlakuan P1,P2,P3 yang masing-masing diberi ekstrak bawang putih, kitosan atau yogurt sinbiotik pisang tanduk. Analisis statistik yang digunakan adalah uji One Way Anova dan Post Hoc Bonferroni.Hasil : Rerata kadar kolesterol total K1,K2,P1,P2,P3 adalah 83,67 ± 3,68; 207,79 ± 5,36; 105,11 ± 3,03; 117,64 ± 4,17; 128,35 ± 3,85 mg/dL;. Rerata kadar trigliserida K1,K2,P1,P2,P3 adalah 73,68 ± 4,20;130,59 ± 3,03; 82,22 ± 1,94; 92,33 ± 3,21; 103,51 ± 3,11mg/dL;. Rerata kadar kolesterol HDL K1,K2,P1,P2,P3  adalah 89,06 ± 1,99; 25,23 ± 1,52; 74,13 ± 3,09; 62,42 ± 2,04; 56,63 ± 2,11 mg/dL;. Rerata kadar kolesterol LDL K1,K2,P1,P2,P3 adalah 24,57 ± 2,04; 77,02 ± 1,64; 35,46 ± 2,35; 45,15 ± 1,72; 56,18 ± 1,49 mg/dL.Kesimpulan : Terdapat perbedaan pengaruh pemberian ekstrak bawang putih ,kitosan dan yogurt sinbiotik pisang tanduk terhadap profil lipid tikus Sprague-Dawley  hiperkolesterolemia.Ekstrak bawang putih menunjukkan efek paling baik dalam memperbaiki profil lipid , diikuti oleh kitosan dan yogurt sinbiotik pisang tanduk.
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA LAKI-LAKI PEKERJA SWASTA STUDI PADA KARYAWAN PERUSAHAAN SWASTA DI WILAYAH KOTA SEMARANG Josephine Christina Djunarko; Retno Indar Widayati; Hari Peni Julianti
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.997 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20848

Abstract

Latar Belakang. Akne vulgaris adalah penyakit dari unit pilosebasea rongga rambut di kulit yang berhubungan dengan kelenjar minyak.1 Salah satu faktor yang berperan terhadap terjadinya akne vulgaris adalah meningkatnya sekresi sebum akibat adanya sekresi hormon androgen yang tinggi.2 Sintesis hormon androgen dapat ditekan oleh adanya hormon melatonin.3 Hormon melatonin berfungsi untuk menginduksi tidur dan dapat meningkatkan kualitas tidur.4 Salah satu tindakan pencegahan untuk mengatasi akne vulgaris adalah dengan memperbaiki kualitas tidur yang sudah terbukti pada penelitian-penelitian sebelumnnya bahwa mempertahankan kualitas tidur yang baik dapat menekan produksi hormon androgen yang berperan dalam timbulnya akne vulgaris.5–7Tujuan. Mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris pada laki-laki pekerja swasta.Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional cross-sectional yang dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2017 di beberapa perusahaan yang berada di wilayah kota Semarang. Subjek penelitian diambil secara purposive sampling dan didapatkan jumlah total 97 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak masuk kriteria eksklusi. Kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner PSQI. Analisis data menggunakan uji chi square.Hasil. Kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris pada laki-laki pekerja swasta memiliki hubungan yang bermakna dengan p=0,028 (p<0,05) dan PR=4,50 ; 95% CI=1,27±15,89. Mayoritas dari subjek penelitian memiliki kualitas tidur yang buruk(61,9%) dan menderita akne vulgaris(86,6%) dengan derajat sedang(60,7%).Kesimpulan. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris pada laki-laki pekerja swasta.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA L.) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSII FORMALIN Taufik Setiawan; Neni Susilaningsih; Fanti Saktini
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.49 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21283

Abstract

Latar Belakang: Kelor memiliki zat yang bermanfaat sebagai  gastroproteksi, antiulkus, dan antioksidan. Salah satu penyebab  kerusakan gaster adalah akibat paparan formalin yang merupakan zat iritatif dan karsinogenik yang sering disalahgunakan sebagai pengawet makanan. Kelor berpotensi mencegah kerusakan gaster yang disebabkan oleh paparan formalin.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dosis bertingkat pada gambaran histopatologis mukosa gaster tikus wistar yang dinduksi formalin.Metode: Jenis penelitian ini adalah true eksperimental laboratorik dengan Post Test Only with Control Group Design. Sampel sebanyak 25 ekor tikus wistar jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan dan minum standar. Kelompok kontrol negatif  tidak diberi perlakuan apapun, kontrol positif diberikan aquadest selama 5 hari dan dilanjutkan formalin peroral 100 mg/kgBB/hari selama 21 hari. Kelompok P1, P2, dan P3 diberi ekstrak daun kelor pada 5 hari pertama, dengan dosis 200, 400, dan 800 mg/kgBB/hari. Selanjutnya diberi formalin 100 mg/kgBB/hari dan ekstrak daun kelor sesuai dengan dosis awal selama 21 hari. Setelah 26 hari,tikus wistar diterminasi, diambil organ gaster, dan  dilakukan pemeriksaan histopatologi mukosa gaster berupa ulserasi, erosi, dan deskuamasi menggunakan skor Barthel Manja.Hasil: Rerata kerusakan mukosa gaster tertinggi terdapat pada kelompok kontrol positif. Uji Mann-whitney menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara rerata kelompok Kontrol (+) dengan rerata kelompok P1, P2, P3 dan Kontrol (-).Simpulan: Pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dosis bertingkat berpengaruh terhadap gambaran histopatologis mukosa gaster tikus yang wistar diinduksi formalin. Semakin tinggi dosis ekstrak daun kelor maka semakin rendah derajat kerusakan pada gambaran mikroskopis gaster tikus wistar jantan yang diinduksi formalin.
HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER Sagita, Tiffany Christine; Setiawan, Andreas Arie; Hardian, Hardian
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.431 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20689

Abstract

Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu komplikasi gagal ginjal kronik (GGK). Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti hubungan antara gagal ginjal kronik (GGK) dengan kalsifikasi pada arteri koroner namun hubungan antara derajat keparahan gagal ginjal kronik (GGK) dan dampak terhadap atherosklerosis masih belum jelas.Tujuan: Menilai hubungan antara derajat keparahan gagal ginjal kronik dengan penyakit jantung koroner.Metode:  Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik cross sectional di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode 2013-2016. Subyek penelitian adalah 146 pasien GGK. Data yang dikumpulkan adalah usia, jenis kelamin, diganosis kerja, gula darah, profil lipid, tekanan darah, dan riwayat merokok.Hasil: Derajat keparahan GGK adalah derajat I 6 orang (4,11%), II 12 (8,22%), III 29 (19,86%), IV 21 (14,38%), dan V 78 orang (53,42%). Kejadian PJK dijumpai pada 72 orang (49,32%). Hasil uji korelasi terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian PJK dengan derajat keparahan GGK (p<0,001). Rasio Prevalensi untuk kejadian PJK pada GGK II 1,2 (95% IK=0,1 s/d10,7), III 2,3 (95% IK= 0,3 s/d 15,5), IV 4,7 (95% IK =1,3 s/d 16,7), V 4,0 (95% IK =1,2 s/d 14,0).Kesimpulan:  Semakin berat derajat gagal ginjal kronik maka semakin tinggi kejadian penyakit jantung koroner.

Page 6 of 11 | Total Record : 107


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue