cover
Contact Name
Rendy Anggriawan
Contact Email
bipfapertaunej@gmail.com
Phone
+6285946410007
Journal Mail Official
bipfapertaunej@gmail.com
Editorial Address
Jl. Kalimantan, Sumbersari, Universitas Jember.
Location
Kab. jember,
Jawa timur
INDONESIA
Berkala Ilmiah Pertanian
Published by Universitas Jember
ISSN : -     EISSN : 23388331     DOI : https://doi.org/10.19184
Berkala Ilmiah PERTANIAN (BIP) is an electronic journal (e-journal) that established in August 2013 and publishes scientific articles, especially research results of students in the University of Jember in agriculture in general which includes Agriculture (Fields of Cultivation, Soil and Pests and Plant Diseases), Agricultural Technology (Agricultural Engineering and Technology) and Agricultural Socio-Economics. In addition, BIP also receives manuscript of research-based articles from outside the University of Jember through the OJS acceptance system (Open Journal System). The submitted article should not been submitted or published in any other scientific journals or is being review by a reviewer. This e-journal (BIP) publishes quarterly for August, November, February, and May.
Articles 159 Documents
KEMAMPUAN DOSIS PUPUK ZA DAN WAKTU PEWIWILAN TUNAS LATERAL TERHADAP HASIL DAN KUALITAS CABAI BESAR Taufik, Imam; Soeparjono, Sigit; Mudjiharjati, Arie
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 1, No 1: AGUSTUS 2013
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.167 KB)

Abstract

[ENGLISH]Chili is one of the horticultural commodities which have high economic value and have a large export opportunities. The development of technology makes great chili farming business will be more profitable. The purpose of research to determine the interaction between fertilizer dosing ZA and pruning time of lateral shoots that are most influential to the outcome and quality of hot pepper. Factorial (3 x 3) research carried out using Random Design Group. The first factor is the fertilizer doses studied with 3 threshold ZA covers: N1, N2, and N3, respectively 14, 28, and 42 grams per plant. The second factor is the time of pruning with 3 degrees include: W1, W2, and W3, each for 0, 15, and 25 days after planting. The results showed that the combination treatment of ZA 28 gram per plant and prunning of lateral shoots in 15 dat tend to the best result on the yield and quality of chilli. Keywords: Chilli; ZA Fertilizer Dose; Nitrogen; Pruning.  [INDONESIAN] Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta memiliki peluang eksport yang besar. Perkembangan teknologi menjadikan usaha pertanian cabai besar akan semakin menguntungkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui interaksi antara pemberian dosis pupuk ZA dan waktu pewiwilan tunas lateral yang berpengaruh paling baik terhadap hasil dan kualitas cabai besar. Penelitian faktorial (3x3) dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama yang diteliti adalah dosis pupuk ZA dengan 3 taraf yang meliputi: N1, N2, dan N3 ,masing-masing 14, 28, dan 42 gram per tanaman. Faktor kedua adalah waktu pewiwilan dengan 3 taraf meliputi: W1, W2, dan W3, masing- masing untuk 0, 15, dan 25 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan ZA 28g/tanaman dan pewiwilan tunas lateral umur 15 hari setelah tanam cenderung memberikan hasil terbaik terhadap hasil dan kualitas cabai besar. Kata Kunci: Cabai Besar; Dosis Pupuk ZA; Nitrogen; Pewiwilan.How to citate: Taufik I, S Suparjono, A Mudjiharjati. 2013. Kemampuan dosis pupuk za dan waktu pewiwilan tunas lateral terhadap hasil dan kualitas cabai besar. Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): 1-3.
PERAN ASOSIASI Synechococcus sp. TERHADAP PROTEIN DAN PRODUKSI BIJI TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI DOSIS BOKASHI Setia, Abadi Darma; Soedradjad, Raden; Syamsunihar, Anang
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 1, No 1: AGUSTUS 2013
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.529 KB)

Abstract

[ENGLSIH]Seed of soybean is known contained proteins that are good to consume. Soybean is able to live in mutualistic symbiosis with Rhizobium bacteria and non-symbiotic association with photosynthetic bacteria of Synechococcus sp. This bacteria can be a biofertilizer for plants even in unfavorable environmental conditions these bacteria can still contribute nutrients N from N2 fixation in the air. The conducted research aims to study substance of seed protein, and also the plant productions (Glycine max. L. Merill) which is associated with Synechococcus sp. strain Situbondo in various dosages of bokashi. To address this aim, a research was conducted at the Agrotechnopark field Jember University. The research was based on Split-split plot design with two factors, those are bacterium innoculation, and Bokashi rates. The Standard Error of Mean (SEM) was used as different mean test among treatments. The results of this research show that: (1) association of Synechococcus sp. in soybean plant tend to increase seed weight per plant by 34,61% and seed protein by 1,9% only in 0 kg/ha dosages of bokashi, however the effect of Synechococcus sp. was linier with the increasing dosages of bokashi. (2) Dosages of bokashi tend to increase seed protein content and seed weight per plant. Keywords: Glycine; Synechococcus sp.; Bokashi [INDONESIAN] Biji kedelai diketahui memiliki kandungan protein yang baik untuk dikonsumsi. Tanaman kedelai dapat bersimbiosis mutualisme dengan bakteri Rhizobium dan non simbiotik dengan bakteri fotosintetik Synechococcus sp. Bakteri ini dapat menjadi biofertilizer bagi tanaman bahkan dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan bakteri ini masih dapat menyumbang unsur hara N dari hasil fiksasi N2 di udara. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kandungan protein biji serta produksi tanaman kedelai yang berasosiasi dengan bakteri fotosintetik Synechococcus sp. Strain situbondo pada berbagai dosis bokasi. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Agrotechnopark Universitas Jember. Penelitian ini menggunakan Split Plot dengan dua faktor yaitu faktor bakteri dan faktor bokashi. Nilai rerata masing-masing perlakuan setiap parameter dibandingkan dengan nilai SEM (Standard error of the mean). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Asosiasi Synechococcus sp. pada tanaman kedelai (Glicine max L. Merrill) cenderung meningkatkan berat biji per-tanaman sebesar 34,61% dan protein biji sebesar 1,9% hanya pada dosis 0 kg/ha bokashi, namun pengaruh Synechococcus sp. tidak nyata seiring dengan meningkatnya dosis bokashi. (2) Dosis bokashi cenderung meningkatkan kandungan protein biji serta berat biji per-tanaman. Kata Kunci: Kedelai; Synechococcus sp.; Bokashi   How to citate: Setia AD, R Soedradjad, A Syamsunihar. 2013. Peran asosiasi Synechococcus sp. terhadap protein dan produksi biji tanaman kedelai pada berbagai dosis bokashi . Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): 4-6.
PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KUBIS DENGAN SISTEM TANAM TUMPANGSARI Kristanto, Seto Pandu; ,, Sutjipto; ,, Soekarto
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 1, No 1: AGUSTUS 2013
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.407 KB)

Abstract

[ENGLISH]The research of pest control at cabbage plant by inter cropping system was done at Semboro village, Semboro town, Jember Regency. The aim of this research is to find out the most effective inter cropping system to overcome the cabbage plant’s pest problem. This research uses randomized block design (RBD) with six treatments and each treatment is repeated five times. The treatments are planting monoculture cabbage, inter cropping cabbage with chili, inter cropping cabbage with marigold, inter cropping cabbage with sweet basil, inter cropping cabbage with eggplant, and inter cropping cabbage with tomato. The results shows that none of the treatments are sufficienly effective to reduce the population of both caterpillar pest, Crociodolomia binotalis or Plutella xylostella. The average population of Crociodolomia binotalis at cabbage with sweet basil’s inter cropping is lower than monoculture cabbage that is 0,89 tail/plant. The average population of Plutella xylostella for each treatment did not give a substantial different. The inter cropping of cabbage with sweet basil produces the highest weight per crop, that is 1,11 Kg/krop with grade II crop quality. Keywords: Cabbage; Crocidolomia binotalis; Plutella xylostella; inter cropping  [INDONESIAN] Penelitian pengendalian hama pada kubis dengan sistem tanam tumpangsari dilakukan di desa Semboro Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis tumpangsari yang efektif dalam mengendalikan hama tanaman kubis. Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan dan diulang sebanyak lima kali. Perlakuan yang digunakan yaitu penanaman kubis monokultur, kubis tumpangsari dengan cabai rawit, kubis tumpangsari dengan kenikir, kubis tumpangsari dengan selasih, kubis tumpangsari dengan terung, dan kubis tumpangsari dengan tomat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan tidak efektif dalam menekan populasi hama ulat Crocidolomia binotalis maupun ulat Plutella xylostella. Rata-rata populasi Crocidolomia binotalis pada tumpangsari kubis dan selasih hasilnya lebih rendah dibandingkan kubis monokultur yaitu 0.89 ekor/tanaman. Rata-rata populasi Plutella xylostella pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata. Perlakuan tumpangsari kubis dan selasih menghasilkan berat per krop paling tinggi, yaitu 1.11 Kg/krop dengan kriteria mutu II. Kata Kunci: Kubis; Crocidolomia binotalis; Plutella xylostella; tumpangsari  How to citate: Kristanto SP, Sutjipto, Soekarto. 2013. Pengendalian hama pada tanaman kubis dengan sistem tanam tumpangsari. Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): 7-9.
KARAKTERISASI BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN EDAMAME DI JEMBER Masnilah, Rachmi; Abadi, Abd Latif; Astono, Tutung Hadi; Aini, Luqman Qurata
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 1, No 1: AGUSTUS 2013
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.477 KB)

Abstract

[ENGLISH] One among important diseases in Edamame soybean is bacterial bligh. The disease is relatively new and causes significant loss of soybean yield. This research was aim to know the characterize the pathogen of bacterial blight in Jember. Survey was one in several soybean field in Jember and the plant sample was culture on Kings B medium to grow the pathogen. Identification was done through pysiological and biochemistry assay. The result showed that the pathogen of bacterial blight disease on Edamame soybean di Jember (Panti, Sukorambi, Wirolegi, Ajung, and Sumbersari) was Pseudomonas syringae pv. glycinea with properties as Gram negative, produce fluorescent pigment on Kings B medium, grew on 20-40O C, pH range of 4.5-8.5, tolerant on 0.5-2% NaCl and also pathogenic and virulent on Edamame while reinoculated to Edamame. Keywords: Edamame, bacterial blight, soybean  [INDONESIAN] Salah satu penyakit penting pada kedelai khususnya edamame ialah hawar daun bakteri, penyakit ini merupakan penyakit yang relatif baru dan menyebabkan kerugian yang cukup signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bakteri penyebab penyakit hawar daun edamame di daerah Jember. Penelitian diawali dengan pengamatan gejala di lapangan di beberapa lokasi di daerah Jember. Bagian tanaman yang sakit dibawa ke laboratorium, selanjutnya dilakukan isolasi pada medium King B. Identifikasi dilakukan dengan serangkaian pengujian fisiologi dan biokimia. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa bakteri penyebab penyakit hawar daun edamame di Jember (Panti, Sukorambi, Wirolegi, Ajung, dan Sumbersari) ialah Pseudomonas syringae pv. glycinea yang bersifat gram negatif, mampu membentuk pigmen fluoresen pada medium king B, mampu tumbuh baik pada kisaran suhu 20-400 C, mempunyai kisaran pH 4,5-8,5, toleran pada kandungan NaCl 0,5-2%, serta bersifat patogenik dan virulen pada tanaman edamame. Keywords: Edamame; Hawar Daun; Kedelai How to citate: Masnilah R, AL Abadi, TH Astono, LQ Aini. 2013. Karakterisasi bakteri penyebab penyakit hawar daun edamame di Jember. Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): 10-14.
ISOLASI DAN SELEKSI PSEUDOMONAD FLUORESCENS PADA RISOSFER PENYAMBUNGAN TOMAT Nurcahyanti, Suhartiningsih Dwi; Arwiyanto, Triwidodo; Indradewa, Didik; Widada, Jaka
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 1, No 1: AGUSTUS 2013
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.592 KB)

Abstract

[ENGLISH] Fluorescen pseudomonad had been isolated from the rhizosphere of grafting tomato with resisten rootstock (H 7996 and EG 203 from Asian Vegetable Research Development Center). Tomato varieties Permata and Fortuna were used as scion in grafting. Fluorescen pseudomonad was isolated on King’S B medium and used phosphate buffer 0,1 M + 0,1 % pepton. About 230 isolates of P. fluorescens were isolated from tomato rhizosphere at 14 HST and about 454 isolates at 28 HST. All isolates were tested for their capability to suppress the growth Ralstonia solanacearum in vitro. All isolates inhibited the growth of R. solanacearum with an inhibition zone of 1 mm to 7 mm or more. The mechanism growth of inhibition was bacteriostatic. About Ten isolates of P. fluorescens which had large inhibition zone, were not inhibit each other and inhibition against R. solanacearum due to nutrient competition. Keywords : tomato; grafting; Fluorescens pseudomonad [INDONESIAN] Pseudomonad fluorescens diisolasi dari risosfer tomat hasil penyambungan dengan batang bawah tahan yaitu tomat H 7996 dan terung EG 203 dari Asian vegetebles Research Development Center (Taiwan). Sebagai batang atas digunakan varietas Permata dan Fortuna. Isolasi dilakukan pada media King’s B dan menggunakan buffer phospat 0,1 M + pepton 0,1 %. Sejumlah 230 isolat P. fluorescens berhasil diisolasi dari risosfer pada 14 HST dan 454 isolat pada 28 HST. Semua isolat diuji kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan Ralstonia solanacearum secara in vitro. Semua isolat P. fluorescens mampu menghambat R. solanacearum dengan zona hambatan antara 1 mm sampai dengan lebih dari 7 mm. Semua isolat mempunyai mekanisme penghambatan bakteriostatik. Sebanyak sepuluh isolat P. fluorescens yang mempunyai daya hambat besar, tidak saling menghambat satu dengan yang lain dan penghambatan terhadap R solanacearum yang terjadi karena adanya kompetisi nutrisi. Kata kunci: Tomat; Penyambungan; Pseudomonad fluorescens  How to citate: Nurcahyanti SD, T Arwiyanto, D Indradewa, J Widada. 2013. Isolasi dan seleksi pseudomonad fluorescens pada risosfer penyambungan tomat. Berkala Ilmiah Pertanian 1(1): 15-18
KARAKTERISTIK PERUBAHAN PROTEIN BIJI MELINJO (GNETUM GNEMON) PADA AWAL PERKECAMBAHAN Siregar, Adrian Syawaluddin; Siswoyo, Tri Agus; Sukowardojo, Bambang
Berkala Ilmiah Pertanian (e-ISSN: 2338-8331) Vol 1, No 2: NOVEMBER
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian (e-ISSN: 2338-8331)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.072 KB)

Abstract

[ENGLISH] Protein was one of macromolecule in seed which played an important role in the process of germination. Storage protein in seed was hydrolyzed to amino acid which are then used in the translation process for a genetic message interpretating and protein building in pre-germination process. Pre-Germination was the first step of germination that have many biochemical changes. The objectives of this research was to know biochemical characteristic of soluble protein and protein pattern of melinjo seed during pre-germination. Two varieties of melinjo seed Gentong and Kerikil was used in this research with three stages of treatment (initial seed, 3 weeks warm stratification seed and 1 month seed seedling). Seed samples are extracted to determine total soluble protein and protein pattern with 15 % SDS-PAGE. The results showed that total soluble protein have a change different at each stage of the treatment. Protein patterns analysis indicates band protein with molecular weight 66 kDa and 14 kDa change during pre-germination. Keywords: Melinjo Seed; Pre-Germination; Protein; SDS-PAGE [INDONESIAN] Protein merupakan salah satu makromolekul dalam biji yang berperan penting pada proses perkecambahan. Protein yang tersimpan pada biji dihidrolisis menjadi asam amino yang kemudian digunakan dalam proses translasi untuk menginterpretasi suatu pesan genetik dan membentuk protein dalam proses awal perkecambahan. Awal perkecambahan adalah tahapan pertama dari proses perkecambahan dimana perubahan biokimia telah banyak terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik perubahan kandungan protein terlarut dan pola protein biji tanaman melinjo pada awal perkecambahan. Penelitian ini menggunakan 2 varietas biji melinjo yaitu varietas Gentong dan Kerikil dengan tiga tahap perlakuan yaitu biji awal, biji setelah perlakuan stratifikasi hangat selama 3 minggu dan biji setelah 1 bulan semai. Sampel biji melinjo diekstrak untuk menentukan kandungan protein terlarut dan pola protein menggunakan 15% SDS-PAGE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein terlarut mengalami perubahan yang berbeda pada setiap tahap perlakuan. Analisa pola protein menunjukkan adanya 2 jenis pita protein yang mengalami perubahan pada awal perkecambahan yaitu protein dengan berat molekul 66 kDa dan 14 kDa. Kata Kunci: Biji Melinjo; Awal Perkecambahan; Protein; SDS-PAGE How to citate: Siregar AS, TA Siswoyo, B Sukowardojo. 2013. Karakteristik perubahan protein biji melinjo (Gnetum gnemon) pada awal perkecambahan. Berkala Ilmiah Pertanian 1(2): 24-26.
KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIBUAT DARI KOMPOSIT TEPUNG GEMBOLO (Dioscorea bulbifera L.) Windaryati, Tutik; Herlina, .; Nafi, Ahmad
Berkala Ilmiah Pertanian (e-ISSN: 2338-8331) Vol 1, No 2: NOVEMBER
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian (e-ISSN: 2338-8331)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.445 KB)

Abstract

[ENGLISH] Gembolo bulbs were an inferior crop which development has not been optimal. Gembolo bulbs rich in bioactive components such as glucomannan which were a water-soluble dietary fiber because it can absorb 200 times its weight of water. Brownies is a very popular food and flour composites research gembolo on making brownies has never been done, so the presence of composite flour in making gembolo brownies expected to improve the quality and flavor of brownies as a product that safe and good for consumers. The purpose of this study was to determine the influence of the type and percentage of composite gembolo flour physical chemical properties and organoleptic brownies generated. Parameters measured were ash content, moisture content, protein content, fat content, carbohydrate content, overrun, texture, baking loss, stanleness, sliced appearance and WHC. Data were analyzed by ANOVA. The best treatment of compsite treatment is A2B2 treatment (composite flour soaking gembolo 5% citric acid for 24 hours at 20%). Brownies of treatment had 0.68% ash content, water content of 16.83%, 5.15% protein, 23.78% fat content, carbohydrate content of 53.57%, 39.76% flower power, texture 77, 67%, baking loss 5.02%, and 33.96% WHC. Keywords: Brownies; Composite; Gembolo flour [INDONESIAN] Umbi gembolo merupakan tanaman inferior yang pengembangannya belum optimal. Umbi gembolo kaya akan kandungan komponen bioaktif berupa glukomanan yang merupakan serat pangan larut air karena dapat menyerap 200 kali berat air. Brownies merupakan makanan yang sangat digemari dan  penelitian komposit tepung gembolo pada pembuatan brownies belum pernah dilakukan, sehingga dengan adanya komposit tepung gembolo dalam pembuatan brownies diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan citarasa brownies sebagai produk yang aman dan baik untuk konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis dan persentase komposit tepung gembolo terhadap karakteristik fisik, kimia dan organoleptik brownies yang dihasilkan. Parameter yang diamati adalah kadar abu, kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, daya kembang, tekstur, baking loss, stanleness, kenampakan irisan, dan WHC. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA. Perlakuan terbaik dari perlakuan komposit adalah perlakuan A2B2 (komposit tepung gembolo perendaman asam sitrat 5% selama 24 jam sebesar 20%).  Brownies dari perlakuan tersebut memiliki  kadar abu 0,68%, kadar air 16,83%, kadar protein 5,15%, kadar lemak 23,78%, kadar karbohidrat 53,57%, daya kembang 39,76%, tekstur 77,67%, baking loss 5,02%, dan WHC 33,96%. Kata Kunci: Brownies; Komposit; Tepung Gembolo How to citate: Windaryati T, Herlina, A Nafi. 2013. Karakteristik brownies yang dibuat dari komposit tepung gembolo (Dioscorea bulbifera L). Berkala Ilmiah Pertanian 1(2): 25-29.
PENGENDALIAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae) PADA TEMBAKAU NA OOGST SECARA IN-VIVO DENGAN EKSTRAK DAUN GULMA KIPAHIT (Tithonia diversifolia) Apriyadi, Aditya Reza; Wahyuni, Wiwiek Sri; Supartini, Victoria
Berkala Ilmiah Pertanian (e-ISSN: 2338-8331) Vol 1, No 2: NOVEMBER
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian (e-ISSN: 2338-8331)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.002 KB)

Abstract

[ENGLISH] Frog eyes diseases or leaf spot caused by Cercospora nicotinae that can reduce the quality of tobacco leaves, especially when used as a cigar deckblad. Affected leaves was easyly torn and the syhmptoms developed rapidly when processed in the storage. Therefore the alternative control of plant is by mexico sun flower leaf extracts. Mexico sunflower belonging to the broadleaf weeds. It suggested contains flavonoids, tannins, terpenoids, and saponins. The results showed mexico sunflower leaf extract concentration 50 g / L was effective to control this diseases, when compared mexico sunflower leaf extract concentration 25 g / L. However, there was no different between plant sprayed with mexico sun flower extract at concentration of 50 g/L and 75 g/L. Keywords: Mexico Sunflower leaf extract; Cercospora nicotianae; Tobacco. [INDONESIAN] Penyakit patik atau bercak daun Cercospora yang disebabkan oleh jamur Cercospora nicotinae dapat mengurangi mutu daun tembakau, terutama apabila digunakan sebagai daun pembalut cerutu. Biasanya penyakit ini dikendalikan dengan pestisida kimia tetapi karena ada batasan residu kimia maksimum sebesar 2,0 ppm, maka dicari alternatif pengendaliannya. Kipahit merupakan gulma berdaun lebar yang mempunyai potensi sebagai anti jamur patogen tanaman, karena mengandung senyawa flavonoid, tannin, terpenoid, dan saponin. Dengan penyemprotan empat kali dalam interval 15 hari, diketahui ekatrak daun kipahit dengan konsentrasi 50 g/l dan 75 g/L dapat menurunkan tingkat keparahan penyakit 1% sejak 60 hst sampai 70 hst. Akan tetapi, nilai insiden penyakit diketahui 100% pada semua perlakuan ekstrak daun kipahit. Ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 50 g/L sudah efektif mengendalikan penyakit patik jika dibandingkan dengan ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 25 g/L. Namun ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 75 g/L tidak berbeda efektifitasnya dengan ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 50 g/L. Kata Kunci: Ekstrak daun kipahit; Cercospora nicotianae; Tembakau How to citate: Apriyadi AR, WS Wahyuni, V Supartini. 2013. Pengendalian penyakit patik (Cercospora nicotianae) pada tembakau na oogst secara in-vivo dengan ekstrak daun gulma kipahit (Tithonia diversifolia). Berkala Ilmiah Pertanian 1(2): 30-32.
PEMANFAATAN BIJI KAKAO INFERIOR CAMPURAN SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI Kusuma, Yulianto Tri Chandra; Suwasono, Sony; Yuwanti, Sih
Berkala Ilmiah Pertanian (e-ISSN: 2338-8331) Vol 1, No 2: NOVEMBER
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian (e-ISSN: 2338-8331)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.574 KB)

Abstract

[ENGLISH] There are about 30% of cocoa beans still classified as inferior or low quality beans due to diseases. Low-quality cocoa beans can be used as the source of polyphenolic substances. The purpose of this study was to determine the potency of inferior cocoa beans with various particle sizes as raw materials for polyphenol extraction, and the use of polyphenol-rich cocoa extracts as antioxidant and antibacterial substances. The research was conducted in two stages, namely preliminary research and primary research. This preliminary study aimed to obtain polyphenol-rich cocoa bean extract and to examine antioxidant activity using DPPH method. The next research was to conduct antibacterial test against Escherichia coli and Bacillus subtilis using well diffusion method treated using polyphenols of each type of various particle size (16 mesh, 25 mesh, 35 mesh) with concentrations of 0 ppm, 25.000 ppm, 50.000 ppm, 75.000 ppm, 100.000 ppm. The plates were incubated at 37°C for 24 hours and the inhibition power against bacteria was observed. The results showed that the greater the concentration of polyphenol extracts and the smaller size of the filter powder cocoa resulted in the increase of bacterial growth inhibition area. Keywords: Polyphenol; Cocoa beans; Escherichia coli; Bacillus subtilis [INDONESIAN] Biji kakao inferior merupakan biji buah kakao bermutu rendah karena terserang penyakit dan belum termanfaatkan secara maksimal. Biji kakao berkualitas rendah dapat dimanfaatkan dengan cara mengekstrak kandungan polifenolnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi ekstrak polifenol biji kakao inferior dengan variasi ukuran partikel sebagai bahan yang memiliki aktivitas antioksidan dan penghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh esktrak polifenol dari biji kakao inferior campuran yang terserang penyakit. Esktrak polifenol hasil penelitian pendahuluan berpotensi sebagai senyawa antioksidan dan antibakteri. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Sedangkan pengujian antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Daya penghambatannya terhadap bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis menggunakan esktrak polifenol dari variasi ukuran partikel (16 mesh, 25 mesh, 35 mesh) yaitu sebanyak 0 ppm, 25000 ppm, 50000 ppm, 75000 ppm, 100000 ppm dan dilakukan secara triplo. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C dan diamati daya penghambatan terhadap bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak polifenol dan semakin kecil ukuran saringan bubuk biji kakao, menghasilkan luasan diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang semakin besar. Kata kunci: Polifenol; Kakao; Escherichia coli; Bacillus subtilis How to citate: Kusuma YTC, S Suwasono, S Yuwanti. 2013. Pemanfaatan biji kakao inferior campuran sebagai sumber antioksidan dan antibakteri. Berkala Ilmiah Pertanian 1(2): 33-37.
PERUBAHAN KANDUNGAN ANTIOKSIDAN, POLIFENOL DAN PROFIL PROTEIN SELAMA PRA-PERKECAMBAHA PADA BIJI KAKAO Ulfaniah, Kiki; Handoyo, Tri; Sakdiyah, Zahratus
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 1, No 3: FEBRUARI
Publisher : Berkala Ilmiah Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.406 KB)

Abstract

[ENGLISH] Cocoa proven as food source that rich in bioactive compounds, especially polyphenols that have a role as an antioxidant because it can stop the free radical reactions. As the change in lifestyle of the people and the development of technology, various ways have been made to improve the nutrition quality of the cocoa beans with pre-germination methods. This research aimed to study the effect of pre-germination methods that change the content of antioxidants, polyphenols and protein profiles of cocoa beans. The research was conducted in the Laboratory of Genetics and Plant Breeding, Faculty of Agriculture, University of Jember, held from January 28 until April 30, 2013. Metodology research used Sulawesi cocoa beans type 1 beans without skin and with the seed coat, which is done with a completely randomized design (CRD) in the old pre-germination 0, 1, 2, 3, 4, 5 days and repeated 4 times. The results showed that pre-germination methods provide a very real effect on the polyphenol content and antioxidant cocoa beans without without and the seed coat. The highest antioxidant content of cocoa beans without the skin of 0.47 µg/mg at the old pre-germination for 3 days and cocoa beans with the seed coat by 0.41 µg/mg in the old pre-germination 5 days. Polyphenol content of cocoa beans without skin and with the best seed coat that is in the control treatment had the highest content of 2.67 µg/mg for cocoa beans without skin and 2.46 µg/mg for cocoa beans with the seed coat. Keywords: Cocoa; Polyphenols; Antioxidants; Free Radicals; Pre-Germination [INDONESIAN] Kakao terbukti sebagai sumber makanan kaya senyawa bioaktif terutama polifenol yang mempunyai kasiat sebagai antioksidan karena mampu menghentikan reaksi radikal bebas. Seiring perubahan pola hidup masyarakat dan berkembangnya teknologi, berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas nutrisi pada biji kakao dengan metode pra-perkecambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pra-perkecambahan terhadap perubahan kandungan antioksidan, polifenol dan profil protein biji kakao. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Jember, dilaksanakan mulai tanggal 28 Januari sampai 30 April 2013. Metode penelitian menggunakan biji kakao jenis Sulawesi 1 tanpa kulit dan dengan kulit biji, yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada lama pra-perkecambahan 0, 1, 2, 3, 4, 5 hari dan diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode pra-perkecambahan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kandungan polifenol dan antioksidan biji kakao tanpa kulit dan dengan kulit biji. Kandungan antioksidan tertinggi untuk biji kakao tanpa kulit biji sebesar 0,47 µg/mg pada lama pra-perkecambahan 3 hari dan untuk biji kakao dengan kulit biji sebesar 0,41 µg/mg pada lama pra-perkecambahan 5 hari. Kandungan polifenol biji kakao tanpa kulit dan dengan kulit biji terbaik yaitu pada perlakuan kontrol memiliki kandungan tertinggi sebesar 2,67 µg/mg untuk biji kakao tanpa kulit dan 2,46 µg/mg untuk biji kakao dengan kulit biji. Kata kunci: Kakao; Polifenol; Antioksidan; Radikal Bebas; Pra-Perkecambahan How to citate: Ulfaniah K, T Handoyo, Z Sakdiyah. 2014. Perubahan kandungan antioksidan, polifenol dan profil protein selama pra-perkecambaha pada biji kakao. Berkala Ilmiah Pertanian 1(3): 43-46.

Page 1 of 16 | Total Record : 159