cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 24067489     EISSN : 24069337     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis (JITRO) adalah jurnal ilmiah mempublikasikan hasil penelitian dan review bidang peternakan.
Arjuna Subject : -
Articles 44 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022" : 44 Documents clear
Efektifitas Hormon TDZ (Thiadiazuron) pada Multiplikasi Kultur In-Vitro Terhadap Pertumbuhan Mutan Lamtoro Varietas Tarramba (Leucaena lucochephala) Teradaptasi Asam Muhklisani Muhklisani; Panca Dewi Manuhara Karti; Iwan Prihantoro
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.138 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.19166

Abstract

ABSTRAK Leucaena leucocephala merupakan tumbuhan pakan ternak kelompok leguminosa yang memiliki nutrisi yang baik untuk ternak. pemuliaan tumbuhan pakan ternak merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan pemenuhan pakan  dalam segi kualitas,kuantitas dan kontinuitas. Teknik kultur jaringan merupakan langkah untuk memperoleh tanaman pakan yang yang seragam, waktu yang relatif cepat dan bibit yang dihasilkan memiliki kemampuan adaptasi terhadap berbagai cekaman dengan treatment yang diberikan pada media tanam sehingga dihasilkan bibit yang unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas hormon TDZ pada tumbuhan pakan ternak Leucaena leucocephala dengan teknik kultur jaringan (pembiakan in-vitro). Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah RAL dengan eksplan tanaman lamtoro sebanyak 13 galur yaitu M1-M11 (mutan+MS+1ppm TDZ), K0 (kontrol+MS+0ppm TDZ), K1 (kontrol+MS+1ppm TDZ), masing masing 15 ulangan. Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji tukey. Variable yang diamati adalah pertambahan tinggi vertikal tanaman, diameter batang,  jumlah daun majemuk, persentase kerontokan daun dan jumlah tunas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian hormon TDZ konsentrasi 1ppm pada media tanam Leucaena leucocephala cv. Tarramba berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap pertumbuhan mutan. pertambahan tinggi vertikal tanaman menunjukkan hasil terbaik pada galur M9, diameter batang menunjukkan hasil terbaik pada galur M3, jumlah daun majemuk menunjukkan hasil terbaik pada galur M3, jumlah tunas menunjukkan hasil terbaik pada M9 dan persentase kerontokan daun majemuk tertinggi pada K0.Kata Kunci: TDZ, mutan, Leucaena leucocephala, kultur jaringan.The Effectiveness of TDZ (Thidiazuron) Hormone in In-Vitro Culture Multiplication on the Growth of Lamtoro (Leucaena leucocephala) Mutant Tarramba Varieties Acid AdaptedABSTRACT Leucaena leucocephala is a legume group of animal feed plants that has good nutrition for livestock. Breeding forage plants is one strategy to increase feed fulfilment in quality, quantity, and continuity. The tissue culture technique is a step to obtain uniform feed plants, relatively fast time. The resulting seeds can adapt to various stresses with the treatment given to the growing media to produce superior seeds. This study aims to determine the effectiveness of the TDZ hormone in animal feed plants Leucaena leucocephala using tissue culture techniques (in vitro culture). The design used in this study was RAL with 13 lines of lamtoro plant explants, namely M1-M11 (mutant+MS+1ppm TDZ), K0 (control+MS+0ppm TDZ), K1 (control+MS+1ppm TDZ), each 15 repetitions. The treatment that had a significant effect was continued with the Tukey test. The observed variables were the increase in vertical height of the plant, stem diameter, the number of compound leaves, the percentage of leaf loss, and the number of shoots. The results showed that gave the concentration of TDZ hormone 1 ppm to the growing media of Leucaena leucocephala cv. Tarramba had a significant effect (p<0.05) on the growth of the mutant. The increase in vertical height showed the best results on the M9 line; stem diameter showed the best results on the M3 line, the number of compound leaves showed the best results on the M3 line, the number of shoots showed the best results on M9 and the highest percentage of compound leaf loss on K0.Keywords: TDZ, mutant, Leucaena leucocephala, tissue culture
Penentuan Lokasi Basis Komoditas Kambing Menggunakan Analisis LQ dan DLQ di Kabupaten Lampung Timur Anhar Faisal Fanani; Asnath Maria Fuah; Komang Gede Wiryawan; Salundik Salundik; Sri Rahayu
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.16 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.20030

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui kecamatan basis komoditas kambing supaya pemerintah dapat mengembangkan secara maksimal sektor pertanian, khususnya komoditas kambing di Kabupaten Lampung Timur. Data pemotongan dan populasi ternak sepanjang tahun 2016-2020 diperoleh dari instansi terkait yang selanjutnya dianalisis menggunakan Location Quotient (LQ) yang digunakan untuk mengetahui kecamatan basis di Kabupaten Lampung Timur, analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) digunakan untuk menentukan kecamatan basis berdasarkan pertumbuhan komoditas kambing di Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan unggulan komoditas kambing ditentukan berdasarkan nilai LQ dan DLQ >1 yang memberi kontribusi besar terhadap daerah karena memungkinkan ekspor serta potensi pengembangan komoditas berkembang dengan cepat. Hasil analisis kecamatan unggulan komoditas kambing yakni Kecamatan Marga Tiga, Sekampung Udik, Jabung, Labuhan Maringgai, Mataram Baru, Way Jepara, dan Sukadana. Setelah didapat kecamatan unggulan diharapkan dapat membantu fokus pengembangan komoditas kambing agar tepat sasaran pada kecamatan yang berpotensi berkembang dengan baik.Kata Kunci: DLQ, kambing, komoditas basis, LQ.Determining the Location of Goat Commodity Base Using LQ and DLQ Analysis in East Lampung RegencyABSTRACTThis study aims to determine the sub-district of the goat commodity base so that the government can optimally develop the agricultural sector, especially the goat commodity in East Lampung Regency. Slaughter and livestock population data during 2016-2020 were obtained from relevant agencies which were then analyzed using Location Quotient (LQ) which was used to determine the base sub-district in East Lampung Regency, Dynamic Location Quotient (DLQ) analysis was used to determine the base sub-district based on the growth of the goat commodity in East Lampung Regency. The superior sub-districts for goat commodities are determined based on the LQ and DLQ values >1 which make a major contribution to the region because it allows exports and the potential for developing commodities to develop quickly. The results of the analysis of the leading sub-districts for goat commodities are Marga Tiga District, Sekampung Udik, Jabung, Labuhan Maringgai, Mataram Baru, Way Jepara, and Sukadana. After obtaining the superior sub-districts, it is hoped that it can help focus the development of goat commodities so that it is right on target in sub-districts that have the potential to develop well.Keywords: DLQ, goat, base commodity, LQ
Kualitas Nutrien Jerami Padi yang Difermentasi Menggunakan EM-4 dan Berbagai Level Dedak Padi Hardiana Hardiana; Ali Bain; Deki Zulkarnain; Widhi Kurniawan; Nur Santy Asminaya; Fuji Astuti Audza; Syamsuddin Syamsuddin
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.663 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.16507

Abstract

ABSTRAK Pemanfaatan jerami padi sebagai bahan pakan ternak belum optimal karena memliki beberapa faktor pembatas antara lain kandungan serat kasarnya yang tinggi khususnya  lignin. Fermentasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan nilai manfaat dari jerami padi. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik nutrien jerami padi yang difermentasi menggunakan EM-4 dengan level dedak padi berbeda.  Penelitian di desain menggunakan  rancangan acak lengkap (RAL) sederhana untuk menguiji 4 jenis perlakuan dalam 4 ulangan.  Perlakuan yang digunakan adalah penambahan jerami padi sebagai starter dalam proses fermenetasi yaitu P1 (0% dedak padi), P2 (10% dedak padi), P3 (15% dedak padi), dan P4 (20% dedak padi). Parameter penelitian yang diukur  adalah karakteristik kandungan nutrien jerami padi fermentasi yang terdiri atas : kadar bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jerami padi yang difermentasi menggunakan EM-4 dengan penambahan starter berupa dedak padi level berbeda berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap karakteritik kandungan nutrien jerami (kadar bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar). Kadar bahan kering, bahan organik dan lemak kasar jerami padi yang difermentasi dengan EM-4 menggunakan starter dedak padi lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tanpa menggunakan starter dedak padi).  Kandungan serat kasar dedak padi menurun seiring dengan peningkatan level dedak padi yang digunakan. Penggunaan dedak padi sebagai starter dalam proses fermentasi jerami padi menggunakan EM-4 mampu meningkatkan kualitas nutrien jerami padi sebagai pakan ternak.Kata Kunci: jerami padi, fermentasi, karakteristik nutrienNutrients Quality of Fermented Rice Straw Using EM-4 and Various Levels of Rice BranABSTRACT The high content of lignin could limiting the rice straw utilization as feed ingredient. Fermentation is one of the efforts that can optimize to increase the utilization of rice straw as feed. The aim of the study was to evaluate the nutritional characteristics of fermented rice straw using EM-4 and different levels of rice bran. The research was designed using completely randomized design (CRD) to test 4 treatments in 4 replications. The treatments used were the addition of rice bran as fermentation starter process (P1:0% rice bran, P2: 10% rice bran, P3: 15% rice bran, and P4: 20% rice bran). The research parameters measured were the characteristics of the nutrient content of fermented rice straw which consisted dry matter, organic matter, crude protein, crude fiber and crude fat content. The results showed that fermented rice straw using EM-4 with the addition of a starter in the form of rice bran at different levels had a very significant effect (p<0.01) on the characteristics of the nutrient content of the straw (dry matter content, organic matter, crude protein, crude fiber and fat). rough). The dry matter, organic matter and crude fat content of rice straw fermented with EM-4 using rice bran starter was higher compared to control. The crude fiber content of rice bran decreases in line the increase of the level of rice bran used. The use of rice bran as a starter in the rice straw fermentation process using EM-4 was able to improve the nutritional quality of rice straw as animal feed.Keywords: rice straw,fermentation,nutrient characteristic
Penggunaan Tepung Maggot dan Cangkang Kepiting dalam Ransum Terhadap Produksi dan Kualitas Telur Puyuh Muhammad Daud; Muhammad Aman Yaman; Fajar Gunawan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.656 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.20233

Abstract

ABSTRAK Produksi dan kualitas telur puyuh sangat dipengaruhi oleh nutrisi pakan, salah satu sumber nutrisi pakan dapat diperoleh dari tepung maggot (Hermetia illucens) dan cangkang kepiting. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi potensi tepung maggot dan cangkang kepiting sebagai sumber protein dan mineral dalam ransum puyuh terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. Penelitian menggunakan 208 ekor puyuh betina Coturnix coturnix japonica yang dipelihara sampai umur 90 hari (3 bulan). Penelitian dilakukan secara  eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan ransum terdiri atas: P1 (ransum kontrol/ransum komersial), P2 (ransum mengandung 3% tepung maggot dan 1% cangkang kepiting, P3 (ransum mengandung 6% tepung maggot dan 1% cangkang kepiting, dan P4 (ransum mengandung 9% tepung maggot dan 1% cangkang kepiting. Variabel yang diamati adalah: produksi telur harian, bobot telur, massa telur, bobot kerabang telur, persentase kerabang telur, ketebalan kerabang telur, indek telur, bobot kuning telur, persentase kuning telur, indek kuning telur, warna kuning telur, bobot putih telur, persentase putih telur, indek putih telur, dan haugh unit (HU). Data yang diperoleh dianalisis  dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.   Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung maggot dan cangkang kepiting dalam ransum secara signifikan (p<0,05) meningkatkan kualitas telur puyuh (bobot kuning telur, bobot kerabang telur, persentase kuning telur, dan indek kuning telur), namun tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap produksi telur. Disimpulkan bahwa penggunaan tepung maggot 3-9% dan cangkang kepiting 1% dalam formulasi ransum dapat memberi pengaruh positif terhadap produksi dan kualitas telur puyuh.Kata Kunci: Maggot, cangkang kepiting, ransum, kualitas telur puyuhUse of Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) and Crab Shells in Ration on Egg Quality and Production of QuailABSTRACT The production and quality of quail eggs is strongly influenced by feed nutrition, one source of feed nutrition can be obtained from black soldier fly (BSF) (Hermetia illucens) and crab shells. The aim of the study was to evaluate the potential of BSF and crab shells as a source of protein and minerals in quail rations on the production and quality of quail eggs. The study used 208 female quail which were reared until the age of 90 days. The study was conducted experimentally, using a completely randomized  design with 4 treatments and 4 replications. The ration treatments: P1 (control ration), P2 (ration containing 3% BSF and 1% crab shell, P3 (ration containing 6% BSF and 1% crab shell), and P4 (ration containing 9% BSF and 1% crab shell). The variables observed were: daily egg production, egg weight, egg mass, egg shell weight, egg shell percentage, egg shell thickness, shape index, egg yolk weight, egg yolk percentage, yolk index, yolk color, albumen weight, albumen percentage, albumen index, and haugh unit (HU). The data obtained were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and continued with Duncan's multiple distance test. The results showed that the use of BSF and crab shells in the ration significantly (p<0.05) improved the quality of quail eggs (egg yolk weight, egg shell weight, egg yolk percentage, and yolk index), but did not have a significant effect on egg production. It was concluded that the use of 3-9% BSF and 1% crab shells in the ration formulation could have a positive effect on the production and quality of quail eggs.Keywords: black soldier fly, feed, crab shell, quail egg quality
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Friesian Holstein di KPBS Pangalengan Kabupaten Bandung Ajat Sudrajat; Nur Rasminati; Setyo Utomo; Yusuf Subagyo; Asep Rahmat Khaerudin; Raden Febrianto Christi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.49 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.19776

Abstract

ABSTRAKPenelitian inibertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu. Metode penelitian menggunakan metode survey, pengambilan data dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria sapi perah yang sudah laktasi dan melakukan sampling pada 47 responden anggota KPBS Pangalengan, Bandung. Variabel yang dianalisa adalah produksi susu sebagai variabel dependen (Y), dan variabel independen (X) meliputi pakan hijauan, pakan konsentrat, masa laktasi, masa kering, umur sapi, umur pertama estrus, umur petama beranak, days open dan service per conception. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis statistik mengunakan persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu yaitu faktor X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8 dan X9 secara bersama-sama berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi susu. Kinerja produksi susu dapat dipengaruhi olehfaktor-faktor independen sebesar 60,1% sedangkan 39,9% disebabkan oleh faktor lain diluar penelitian. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap produksi susu adalah masa laktasi sedangkan faktor yang mempunyai pengaruh yang rendah adalah masa kering. Kata Kunci: Sapi Friesian Holstein, produksi susu, Masa Laktasi, masa kering KPBS PangalenganFactors Affecting the Production of Friesian Holstein Dairy Cow at KPBS Pangalengan, Bandung RegencyABSTRACT This study aims to analyze the factors that affect milk production. The research method uses a survey method, data collection is carried out by purposive sampling with the criteria of lactating dairy cows and sampling on 47 respondents from KPBS Pangalengan, Bandung. The variables analyzed were milk production as the dependent variable (Y), and the independent variable (X) included forage feed, concentrate feed, lactation period, dry period, age of cows, age at first estrus, age at first calving, days open and service per conception. Data analysis was carried out descriptively and statistical analysis using multiple linear regression equations. The results showed that the factors that affect milk production, namely factors X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, and X9 together had a significant effect (p<0.05) on milk production. Milk production performance can be influenced by independent factors by 60.1% while 39.9% is caused by other factors outside the study. It can be concluded that the factor that has a very strong influence on milk production is the lactation period, while the factor that has a low influence is the dry period.
Penggunaan Bawang Putih (Allium sativum L) sebagai Desinfektan pada Proses Penetasan Telur Itik Aam Gunawan; Sugiarti Sugiarti; Raga Samudera; Muhammad Irwan Zakir; Tursiah Tursiah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.426 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.18214

Abstract

ABSTRAKRendahnya daya tetas telur dapat diakibatkan oleh kontaminasi mikroorganisme ke dalam pori-pori telur. Bawang putih (Allium sativum L) mengandung bahan aktif antibakteri dan antijamur yang berfungsi sebagai desinfektan alami untuk sterilisasi telur tetas.  Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan bawang putih yang terbaik sebagai desinfektan untuk sterilisasi telur tetas itik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari (A0) larutan bawang putih 0%, (A1)larutan bawang putih 5%, (A2) larutan bawang putih 10% dan (A3) larutan bawang putih 15%. 400 butir telur tetas itik Mojosari dibagi ke dalam 20 unit satuan percobaan, setiap unit percobaan menggunakan 20 butir telur. Hasil analisis ragam diperoleh bahwa konsentrasi larutan bawang putih sampai dengan 15% tidak berpengaruh terhadap fertilitas, daya hidup embrio, mortalitas embrio, dan daya tetas telur itik.Kata kunci: Bawang putih, daya tetas, fertilitas, Telur tetas ItikUse of Garlic (Allium Sativum L.) as a Disinfectant in the Hatching Process of Duck EggsABSTRACTThe low hatchability of eggs can be caused by the contamination of microorganisms into the egg pores. Garlic (Allium sativum L) contains antibacterial and antifungal active ingredients that function as natural disinfectants for sterilization of hatching eggs. This study aims to determine the best concentration of garlic solution as a disinfectant for sterilizing duck eggs. The study used a completely randomized design with 4 treatments and 5 replications. The treatments consisted of (A0) 0% garlic solution, (A1) 5% garlic solution, (A2) 10% garlic solution and (A3) 15% garlic solution. 400 Mojosari duck eggs were divided into 20 experimental units, each experimental unit using 20 eggs. The results showed that the concentration of garlic solution up to 15% did not affect fertility, embryo viability, embryo mortality, and hatchability of duck eggs.Keywords: garlic, hatchability, fertility, hatching duck eggs
Evaluasi Kualitas Eksterior dan Interior Telur Ayam Ras di Pasar Moderen Kota Makassar Sulawesi Selatan Anas Qurniawan; Suci Ananda; Khaifah Asgaf; Handayani Indah Susanti; Nurfaisah Baharuddin
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.671 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.17745

Abstract

ABSTRAKTelur merupakan suatu produk peternakan yang mengandung zat gizi baik, telur merupakan bahan pangan sempurna yang berperan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari. Telur dapat kita diperoleh diberbagai tempat salah satunya di pasar modern. Kelemahan dari produk peternakan ini mudah rusak dan daya simpannya pendek. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengevaluasi secara interior dan eksterior kualitas telur ayam ras di pasar modern Kota Makassar. Pengambilan data penelitian dimulai dari 10 September – 1 Oktober 2020, tempat penelitian 4 pasar moderen di Kota Makassar Sulawesi Selatan. Sampel sebanyak 180 butir telur ayam ras diambil secara acak dari 4 pasar moderen di Kota Makassar di beri kode (A, B, C dan D), dengan jumlah ulangan sebanyak 3 kali. Telur ayam ras yang diambil berumur 1-14 hari yang memiliki packaging mengikuti syarat SNI. kemudian dilakukan pemeriksaan kualitas telur di Laboratorium Terpadu Jurusan Ilmu Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Pemeriksaan kualitas telur berupa Eksterior dan Interior merujuk pada SNI 3926: 2008. Eksterior terdiri dari pemeriksaan kondisi kerabang telur (bentuk, kehalusan, keutuhan dan kebersihan). Interior terdiri dari pemeriksaan kondisi kantung udara, (kebebasan bergerak dan bau), kualitas putih telur (kebersihan dan kekentalan), kualitas kuning telur (bentuk, posisi, penampakan dan kebersihan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur ayam ras yang beredar di pasar moderen Kota Makassar masih ditemukan variasi nilai mutu eksterior dan interior telur, mulai mutu I, mutu II, dan mutu III. Pada kualitas eksterior telur ayam kisaran 90-100 % mutu I. Pada kualitas interior mutu I lebih sedikit dibanding mutu II dan mutu III.Kata Kunci: kualitas ekterior, kualitas interior, pasar moderen, telur ayamEvaluate the Quality of Interior and Exterior of the Purebred Chicken Eggs in the Modern Market of Makassar CityABSTRACTResearch has been conducted to evaluate the quality of the interior and exterior of the purebred chicken eggs in the modern market of Makassar City. Collecting data started from 10 September to 1 October 2020, when 4 modern markets were researched in Makassar City, South Sulawesi. as many as 180 purebred chicken eggs were taken randomly from 4 modern markets in Makassar City with a code (A, B, C, and D) and repetitions as many as 3 times. The purebred chicken egg taken was 1-14 days old which has packaging based on the SNI requirements. Then examined the quality of the eggs at the Integrated Laboratory of the Animal Science Department, State Islamic University, Alauddin, Makassar. Examination of the quality of the eggs neither exterior nor interior refers to SNI 3926: 2008. The exterior consists of an Examination of the eggshell condition (shape, smoothness, wholeness, and cleanliness). The interior consists of an examination of the air pocket condition, (freedom of movement and smell), The quality of albumin (cleanliness and viscosity), and yolk quality (shape, position, appearance, and cleanliness). The results showed that purebred chicken eggs that circulate in the modern market of Makassar City were still found in variations of the value of the exterior and interior quality, ranging from the quality I, quality II, and quality III. On the exterior quality of chicken eggs ranged from 90-100% of quality I. In interior quality, the quality I was less than quality II and quality III.Keywords: eksterior quality, interior quality, modern market, chicken egg
Pengaruh Pakan Daun Mengkudu Terhadap Konsumsi dan Pertambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Etawah Fajar Syadik; Salawati Salawati; Simpra Ulit Tajang
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.349 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.20575

Abstract

ABSTRAK Kambing tergolong sebagai ternak pemakan berbagai macam daun, pemberian rumput alami tanpa campuran daun-daunan akan berdampak pada pertumbuhannya. Daun mengkudu berpotensi untuk dijadikan pakan ruminansia karena merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah marginal dan tanaman ever green. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Pakan daun Mengkudu terhadap konsumsi pakan dan bobot badan kambing peranakan etawa (PE). Penelitian dilaksanakan di Kota Palu selama 2 (dua) bulan dari bulan Maret-Mei 2019. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kambing jantan peranakan Etawa umur 1,5-2 tahun sebanyak 12 ekor, rumput raja dengan umur potong 45-50 hari, hijauan jagung dengan umur potong 2 bulan, daun mengkudu segar dari pohon yang tumbuh di lembah Palu, yang berasal dari daun dewasa, dimana 3 daun bagian bawah dan 4 daun bagian pucuk tidak digunakan. Menggunakan rancangan acak lengkap 1 faktor dua taraf perlakuan. Perlakuan pertama (P0) berupa 50 % rumput raja dan 50 % hijauan jagung, taraf  2 (P1) berupa 100% daun hijauan segar daun mengkudu. semua bahan pakan dicacah. Pengamatan dilakukan selama satu bulan penuh, data yang didapatkan dianalisis menggunakan Uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberian daun mengkudu sebagai pakan pada kambing PE, berpengaruh terhadap konsumsi dan pertambahan bobot badan.Kata Kunci: daun mengkudu, kambing PE, konsumsiEffect of Noni Leaf Feed on Consumption and Body Weight Gain of   Crossbreed Goats EtawahABSTRACT Goats are classified as livestock that eat a variety of leaves, giving natural grass without a mixture of leaves will have an impact on their growth. Noni leaves have the potential to be used as food for ruminants because they are plants that can live in marginal areas and are evergreen plants. This study aims to determine the effect of noni leaf feed on feed consumption and body weight of etawah crossbreeds. The research was carried out in Palu City for 2 (two) months from March-May 2019. The materials used in this study were: 12 male Etawa crossbreed goats aged 1.5-2 years, king grass with a cutting age of 45-50 days, forage maize with 2 months cut-off age, fresh noni leaves from a tree growing in the Palu valley, derived from mature leaves, where 3 lower leaves and 4 upper leaves were not used. Using a completely randomized design with 1 factor two treatment levels. The first treatment (P0) was 50% king grass and 50% corn forage, level 2 (P1) was 100% fresh forage leaves of noni leaves. all feed ingredients are chopped. Observations were made for one full month, the data obtained were analyzed using the t test. The results showed that the provision of noni leaves as feed for crossbreed goats etawah had an effect on consumption and body weight gain.Keywords: noni leaves, consumption, crossbreed goats etawah
Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Hijauan yang Berbeda terhadap Produktivitas Ternak Kambing Saanen Engkus Ainul Yakin; Sri Sukaryani; Ludfia Windyasmara
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.98 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.20200

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi kambing saanen dengan perlakuan pakan hijauan dengan cara mengatur frekuensi pemberiannya (frekuensi pemberian pakan perhari). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing saanen jantan sebanyak 12 ekor umur 6 bulan, penelitian dilakukan dengan 3 perlakuan  masing-masing 4 ulangan, dengan bobot badan awal 15-17 kg. Kambing penelitian diberikan pakan BK (bahan kering) sesuai dengan kebutuhannya (3% x bobot badan). Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrat dan rumput gajah dengan perbandingan konsentrat: rumput gajah adalah 70% : 30% dari total bahan kering ransum. Perlakuan yang ditetapkan terdiri dari 3 perlakuan (P1, P2 dan P3) dan 4 kali ulangan (kambing) yaitu frekuensi pemberian pakan hijauan: P1 = frekuensi 1 kali perhari (pukul 08.00), P2 = frekuensi 2 kali perhari (pukul 08.00 dan 11.00 WIB) dan P3 = frekuensi 3 kali perhari (pukul 08.00; 11.00 dan 14.00 WIB). Variabel pengamatan yaitu konsumsi pakan, pertambahan berat badan harian dan konversi pakan. Data dianalisis menggunakan analisis variansi (ANOVA) pola searah dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) bila terdapat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan rerata konsumsi pakan berturut-turut adalah P1=426,36±7,91; P2=433,56±3,43 dan P3= 431,13±6,72 gr/ek/hari berbeda tidak nyata. Pertambahan berat badan harian berturut-turut P1=59,14±4,73; P2=60;42±3,08 dan P3=58,35±2,54 gr/ekor/hari menunjukkan berbeda tidak nyata. Konversi pakan berturut-turut P1=7,34±0,62; P2=7,38±0,45 dan P3=7,46±0,35 menunjukkan tidak berbeda nyata. Kesimpulan pada penelitian yaitu pemberian pakan hijauan pada waktu yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produktivitas kambing saanen.Kata kunci: pakan hijauan, frekuensi, kambing, produktivitasThe Effect of Different Forage Feeding Frequency on Saanen Goat's Livestock ProductivityABSTRACTThis study aims to determine the appearance of saanen goat production with forage treatment by adjusting the frequency of feeding (frequency of feeding per day). The material used in this study were 12 male saanen goats aged 6 months, the study was conducted with 3 treatments each with 4 replications, with an initial body weight of 15-17 kg. The research goats were given dry matter based feed according to their needs (3% x body weight). The feed used in this study was concentrate and elephant grass with a ratio of concentrate: elephant grass is 70%: 30% of the total dry matter of the ration. The treatment set consisted of 3 treatments (P1, P2 and P3) and 4 replicates (goats), namely the frequency of forage feeding: P1 = Frequency 1 time per day (at 08.00), P2 = Frequency 2 times per day (at 08.00 and 11.00 WIB) ) and P3 = Frequency 3 times per day (at 08.00; 11.00 and 14.00 WIB). Observation variables were feed intake, average daily gain and feed conversion. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) in a unidirectional pattern and continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT) if there were differences. The results showed that the average of feed intake was P1=426.36±7.91; P2=433.56±3.43 and P3= 431.13±6.72 g/head/day were not significantly different. Average daily gain P1=59.14±4.73; P2=60.42±3.08 and P3=58.35±2.54 g/head/day showed no significant difference. Feed conversion P1=7.34±0.62; P2=7.38±0.45 and P3=7.46±0.35 showed no significant difference. The conclusion of this study were that feeding forage at different times does not have a significant effect on the productivity of saanen goats.Keywo rds: forage feed, frequency, goats, productivity
Seleksi In Vitro Mutan Alfalfa Hasil Iradiasi Sinar Gamma pada Cekaman Asam Desima Natalia Harianja; Panca Dewi Manuhara Karti; Iwan Prihantoro
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.625 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.19445

Abstract

ABSTRAKAlfalfa  (Medicago sativa L.) telah digunakan sebagai makanan ternak yang efektif dan bergizi. Kondisi cekaman asam membatasi pertumbuhan dan produksi alfalfa dalam banyak sistem budidaya. Perbaikan genetik melalui iradiasi sinar gamma dan seleksinya dengan AlCl3+ dihasilkan keragaman genetik toleran cekaman asam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mutan alfalfa hasil iradiasi sinar gamma yang diberi AlCl3+ sebagai simulasi cekaman asam. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah dosis iradiasi sinar gamma yaitu 0Gy, 100Gy, 200Gy, 300Gy, 400Gy dan 500Gy. Faktor kedua adalah level AlCl3+ yaitu 100ppm, 200ppm, 300ppm, 400ppm dan 500ppm. Variabel yang diamati meliputi viabilitas, tinggi vertikal, jumlah daun, kelayuan daun, penyusutan media, bobot basah, warna daun dan perubahan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutan alfalfa teriradiasi sinar gamma memberikan karakteristik terbaik dibanding alfalfa tanpa iradiasi sinar gamma terhadap peningkatan level AlCl3+. Hingga abang batas tertentu peningkatan dosis sinar gamma dapat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan alfalfa pada kondisi tercekam asam. Dapat di simpulkan bahwa induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma dapat dihasilkan mutan alfalfa yang tahan pada kondisi tercekam asam hingga level AlCl3+ 500ppm, dengan dosis iradiasi sinar gamma terbaik pada dosis 400Gy.Kata Kunci: alfalfa, sinar gamma, alcl3+, in vitroIn Vitro Selection of Mutants Alfalfa Result in Gamma-Ray Irradiation in Acid StressABSTRACTAlfalfa (Medicago sativa L.) has been used as an effective and nutritious animal feed. Acid stress conditions limit alfalfa growth and production in many cultivation systems. Genetic improvement through gamma-ray irradiation and its selection with AlCl3+ resulted in acid stress-tolerant genetic diversity. This study aims to determine the characteristics of alfalfa mutants resulting from gamma irradiation given AlCl3+ as a simulation of acid stress. The design used in this study was a completely randomized design (CRD) with a factorial pattern. The first factor is the gamma-ray irradiation dose, namely 0Gy, 100Gy, 200Gy, 300Gy, 400Gy, and 500Gy. The second factor is the level of AlCl3+, namely 100ppm, 200ppm, 300ppm, 400ppm and 500ppm. The variables observed included viability, vertical height, number of leaves, leaf wilting, media shrinkage, wet weight, leaf color, and changes in pH. The results showed that the alfalfa mutant irradiated with gamma rays gave the best characteristics compared to alfalfa without gamma irradiation to increase the level of AlCl3+. Up to a certain threshold, increasing the dose of gamma rays can increase the growth and resistance of alfalfa under acid stress conditions. It can be concluded that mutation induction with gamma-ray irradiation can produce alfalfa mutants that are resistant to acid stressKeywords: alfalfa, gamma rays, alcl3+, invitro