cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
JURNAL PHARMASCIENCE
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Pharmascience memuat naskah hasil penelitian dan artikel review bidang kefarmasian. Naskah dapat berasal dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan lembaga riset. Setiap naskah yang diterima redaksi Jurnal Pharmascience akan ditelaah oleh Mitra Bebestari dan Anggota Redaksi. Jurnal Pharmascience terbit 2 (dua) kali dalam setahun yaitu Februari dan Oktober. Redaksi menerima pemesanan Jurnal Pharmascience untuk berlangganan atau pembelian setiap terbitan. ISSN-Print : 2355-5386. ISSN-Online : 2460-9560. Telp. (0511) 4773112. Fax. (0511) 4782899. CP: 0852-924-65264. Email: jps@unlam.ac.id
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue " Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE" : 10 Documents clear
Pengaruh Pemberian Gel Kuersetin Terhadap Jumlah Neutrofil dan Limfosit dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar Derajat II A Pada Tikus Jantan Galur Wistar Erlia, Eva; Cahaya, Noor; Rahmawanty, Dina
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakLuka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan. Data Badan Litbang Departemen Kesehatan, luka bakar terbanyak adalah luka bakar derajat II. Luka bakar derajat II A mengalami kerusakan pada bagian epidermis dan sebagian dermis. Kuersetin memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Pemberian gel kuersetin dapat membantu proses penyembuhan luka bakar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pemberian gel kuersetin terhadap penurunan jumlah neutrofil dan limfosit pada luka bakar derajat II A. Metode : Penelitiaan ini menggunakan 45 ekor tikus jantan wistar yang diberi perlakuan luka bakar pada bagian punggung. Empat puluh lima ekor dibagi masing-masing 15 tikus berdasarkan lamanya hari perlakuan yaitu perlakuan 5, 11 dan 21 hari. Masing-masing lamanya hari perlakuan dibagi menjadi 3 kelompok kecil masing-masing 5 tikus berdasarkan perawatan yang diberikan yaitu kelompok kontrol positif, uji dan negatif. Punggung tikus diinduksi dengan logam berdiameter 2 cm dengan suhu 100°C yang dipanaskan 3 menit dan ditempelkan selama 10 detik. Perawatan luka dilakukan dua kali sehari. Pengamatan dilakukan secara mikroskopik dengan parameter neutrofil dan limfosit. Hasil uji Mann Whitney berdasarkan lamanya perlakuan pada kelompok kontrol positif, uji dan negatif, menunjukkan penggunaan gel kuersetin dapat menurunkan jumlah neutrofil dan limfosit secara signifikan (p<0,05). Sehingga disimpulkan gel kuersetin berpengaruh dalam penurunan jumlah neutrofil dan limfosit dalam penyembuhan luka bakar derajat II A pada tikus jantan galur wistar. Kata kunci : kuersetin, limfosit, luka bakar, neutrofil. AbstractBurns is a form of damage or loss tissue. Based on data from the Ministry of Health Development Agency, most burns are II degree burns. II A degree burns suffered damage on the part of the epidermis and the dermis partially. Quercetin has the antioxidant activity and antiinflamasi. The provision of quercetin gel can help in the process of healing of burns. The study was intended to determine the effectiveness of the quercetin gel against the decrease on the number of neutrophils and lymphocytes in the treatment of II A degree burns. This research used 45 male wistar rats who were given the treatment of burns on the back. Forty five of rats were devided into 3 group consisted of is rats based on treatment that is inflicted by 5, 11 and 21 days. Each day’s treatment group is divided into 3 small groups consisted each of 5 rats based on the treatment provided control group positive, test and negative. The back of a rat has induced by metal diameter of 2 cm with the temperature of 100°C, which was heated for 3 minutes and affixed for 10 seconds. The treatment burn was done twice a day. Microscopic observation was conducted with burn parameters of neutrophils and lymphocytes. The result of Mann Whitney test based on the time of treatment of the control group positive, test and negative, showed the use of gel quercetin can lower the number of neutrophils and lymphocytes significantly (p<0,05). So thus it can be concluded that quercetin gel has the effect in decreasing the number of neutrophils and lymphocytes  in healing II A degree burns on wistar strain male rats.Key words : quercetin, lymphocytes, wound healing, neutrophils
Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Daun Kajajahi (Leucosyke capitellata Wedd) Nainggolan, Dokmauli; Dewi, Maria; Fadlilaturrahmah, Fadlilaturrahmah
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Daun kajajahi digunakan oleh masyarakat Loksado Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk memperoleh data fitokimia dari senyawa kimia dari daun kajajahi asal Loksado Hulu Sungai Selatan berupa data kromotografi lapis tipis, spektra ultraviolet sinar tampak, spektra inframerah, spektra resonansi magnetik inti 1H dan 13C. Isolasi senyawa dilakukan melalui ekstraksi maserasi dengan pelarut etanol dilanjutkan fraksinasi dengan pelarut kloroform dan etil asetat secara bertahap. Isolasi fraksi etil asetat dengan kromatografi kolom menghasilkan fraksi A-D. Fraksi A dipilih untuk isolasi selanjutnya karena memiliki bobot yang lebih besar dan pemisahan noda terlihat lebih jelas. Fraksi A diisolasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif menghasilkan isolat A1, A2 dan A3. Isolat A3 mempunyai nilai Rf 0,5 dengan eluen n-heksana : etil asetat (1:1) dan positif dengan FeCl3 1%. Identifikasi isolat A3 dilakukan dengan spektrofotometri UV, IR, 1H-RMI, dan 13C-RMI. Spektra UV menunjukkan panjang gelombang maksimum 213 nm. Spektra IR menunjukkan adanya gugus C=O, -OH, C-O, C-H streching, spektra 1H-NMR menunjukkan pergeseran kimia δH (ppm) 1 unit -CH3 yang tidak memiliki tetangga proton, 2 unit -CH2-yang berada pada lingkungan simetris dan unit -CH3-CH2- yang terikat pada oksigen. Hasil analisis 13C-NMR menunjukkan pergeseran kimia khas δC (ppm) 173;09 (C=O), 61;64, 64;48 (C-OH) dan 14;56, 20;96, 30;85, 33;17 (C-C). Berdasarkan data spektra UV, IR, 1H-RMI, dan 13C-RMI maka isolat A3 disarankan sebagai senyawa 3-Etoksi-4-Hidroksi-3,3 Hidroksimetilen-Butana-2-on. Kata kunci: Leucosyke capitellata Wedd, fraksi etil asetat, 3-Etoksi-4-Hidroksi-3,3-Hidroksimetilen-Butana-2-on, isolasi. Abstract The leaves of kajajahi is used by loksado society as herbal medicine for diarrhea on South Hulu Sungai in South Kalimantan. This research aimed to get the phytochemical data from chemical compounds of kajajahi leaves derived on loksado in South Hulu Sungai. The data was in the form of thin layer chromatographic data, ultraviolet spectra of visible light, infrared spectra, and nuclear magnetic resonance of 1H & 13C. Isolation of compounds conducted through maceration extraction with ethanol, fractination by chloroform and ethyl acetate gradually. Isolation of ethyl acetate fraction by column chromatographic produced the A-D fraction. The fraction A selected for futher isolation because it had greater weight and clearer separation stains. The fraction A was isolated by preparative thin-layer chromatographic (TLC) and produced the isolate A1, A2, and A3. The isolate A3 has a Rf value of 0,5 with n-heksane : ethyl acetate eluent (50%:50%) and positive with FeCl3 1%. Identification of isolate A3 wasdone with spectrophotometry UV, IR, 1H-NMR & 13C-NMR. The UV spectra showed the maximum wavelength at 213 nm. IR spectra indicated the presence of clusters C=O, -OH, C-O, and C-H stretching. 1H-NMR spectra showed the chemical δH (ppm) 1-unit –CH3 doesn’t have neighboring protons 2 units -CH2- which are symmetrical environment and –CH3-CH2- unit bound to oxygen. The result of analysis 13C-NMR showed the typical chemical shift δC (ppm) 173;09 (C=O), 61;64, 64;48 (C-OH) dan 14;56, 20;96, 30;85, 33;17 (C-C). Based on spectra of data UV, IR, 1H-NMR & 13C-NMR then the isolate  A3 is recommended as a compound named 3-etoxy-4-hydroxy-3,3-Hydroxymetilen-butane-2-one. Keywords: Leucosyke capitellata Wedd, Ethyl acetat, Isolation, and 3-etoxy-4-hydroxy-3,3-Hydroxymetilen-butane-2-one.
Perbandingan Daya Hambat Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Kasturi (Mangifera casturi Kosterm) dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans 2302-Unr Secara In Vitro Syarifuddin, Nur Indriyani; Badruzsaufari, Badruzsaufari; Ni’mah, Malikhatun
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penyakit infeksi bakteri pada rongga mulut, seperti karies gigi memiliki prevalensi yang tinggi di Indonesia. Salah satu bakteri flora normal pada rongga mulut manusia adalah Streptococcus mutans (S. mutans). Bakteri tersebut berperan dalam pembentukan karies gigi dan dapat menginfeksi organ lain seperti jantung, ginjal, otot, mata, dan kulit. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan daya hambat yang dihasilkan dari ekstrak kulit batang kasturi dan ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan S. mutans. Kasturi (Mangifera casturi Kosterm) adalah flora khas Kalimantan Selatan yang memiliki aktivitas antibakteri seperti daun sirih. Senyawa antibakteri yang terkandung pada kulit batang kasturi yaitu saponin, steroid, dan tanin. Pada penelitian ini telah dilakukan uji perbandingan daya hambat antibakteri ekstrak kulit batang kasturi dan ekstrak daun sirih. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram Kirby bauer untuk menentukan minimum inhibitory concentration (MIC). Hasil MIC ekstrak kulit batang kasturi sebesar 0,94% sedangkan MIC ekstrak daun sirih sebesar 0,9%. Berdasarkan penghitungan statistik uji t antara MIC ekstrak kulit batang kasturi dan ekstrak daun sirih, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit batang kasturi memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan S. mutans yang sama besar dengan daya hambat ekstrak daun sirih, sehingga ekstrak kulit batang kasturi dapat dijadikan alternatif antibakteri S. mutans dalam sediaan farmasi. Kata kunci : Antibakteri, Daun sirih (Piper betle L.), Karies gigi, Kulit batang kasturi (Mangifera casturi Kosterm), Streptococcus mutans. Abstract Bacterial infectious diseases of the oral cavity, such as dental caries has a high prevalence in Indonesia. One of the bacteria flora normal in the human oral cavity is Streptococcus mutans (S. mutans). The bacteria play a role in the formation of dental caries and can infect other organs such as the heart, kidneys, muscles, eyes, and skin. This study was conducted to compare the inhibitory power generated from the stem bark extract kasturi and betel leaf extract on the growth of S. mutans. Kasturi (Mangifera casturi Kosterm) is the typical flora of South Kalimantan which has antibacterial activity such as betel leaf. Antibacterial compounds contained in the kasturi bark are saponins, steroids, and tannins. In this research, comparative tests were conducted inhibition of antibacterial kasturi bark extract and betel leaf extract. The test  used Kirby Bauer disc diffusion method for determining the minimum inhibitory concentration (MIC). MIC results kasturi bark extract of 0.94% while MIC of betel leaf extract 0.9%. Based on the calculation of the statisttic t-test between MIC kasturi bark extract and betel leaf extract, it can be concluded that the kasturi bark extract had inhibition on the growth of S. mutans which is equal to the inhibition of betel leaf extract, so that the stem bark kasturi extract can be used as an alternative antibacterial S. mutans in pharmaceutical products. Keyword : Antibacterial, Betel leaf (Piper betle L.), Dental Caries, Kasturi bark (Mangifera casturi Kosterm), Streptococcus mutans.
Pengujian Daya Cerna Protein Ikan Haruan (Channa striata) Asal Kota Banjarmasin Nurlely, Nurlely; Muslimah, Muslimah; Triyasmono, Liling
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak            Ikan haruan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kota Banjarmasin untuk membantu proses penyembuhan luka karena mengandung protein yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar protein tercerna secara in vitro daging ikan haruan asal kota Banjarmasin. Ikan haruan yang digunakan memiliki berat 250-400 g dengan panjang 25-38 cm. Serbuk daging ikan dibuat dengan pengeringan 40ºC. Hasil uji pendahuluan protein dengan metode millon dan xantoprotein dari serbuk daging ikan haruan menunjukkan hasil positif. Hasil analisis protein tercerna dari uji daya cerna protein secara in vitro adalah 98,486±0,1031% dengan %RSD 0,1047%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ikan haruan asal kota Banjarmasin memiliki daya cerna protein yang tinggi.Kata kunci: Ikan haruan (Channa striata),  daya cerna protein  AbstractSnakehead fish is so much used by the people in Banjarmasin in order to help the healing process due to possessing high protein content. The purpose of this study was to determine the digestible protein content by in vitro analysis in snakehead fish from Banjarmasin. Snakehead fish samples weighing 250-400 g with a length of 25-38 cm. Fillet powder was dried at 40ºC. Preliminary test results of protein from fillet powder using Millon and xantoprotein methods showed positive results. The result of the in vitro protein digestibility was 98.486±0.1031% with %RSD of 0.1047%. Therefore, it can be concluded that snakehead fish from Banjarmasin possesses high protein digestibility.Keywords: Snakehead fish (Channa striata), protein digestibility.
Pengaruh Edukasi Penggunaan OAINS Sebagai Terapi Dismenore Primer Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Siswi SMA Negeri Ngaglik Sleman Febrianti, Yosi; Ningrum, Vitarani Dwi Ananda; Maulana, Ishar
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak            Dismenore primer adalah menstruasi yang disertai dengan rasa nyeri. OAINS merupakan terapi farmakologi untuk menangani dismenore primer. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi penggunaan OAINS sebagai terapi pencegahan terhadap penurunan intensitas nyeri dan mengetahui pengaruh faktor pengganggu berupa kecemasan, dukungan keluarga, dan keletihan terhadap intensitas nyeri pada dismenore primer. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental semu yang bersifat non randomized control goup pretest postest design yang dilaksanakan pada bulan September sampai November 2013. Data diperoleh dari pengisian kuesioner dan wawancara langsung dengan responden. Metode edukasi yang diberikan dengan lisan dan tulisan selama 15 menit. Penilaian skor intensitas nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Sebanyak 72 siswi yang bersedia mengikuti penelitian yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu siswi SMA Negeri 1 sebagai kelompok kontrol dan SMA Negeri 2 sebagai kelompok perlakuan. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa ada pengaruh edukasi terhadap penurunan intensitas nyeri. Faktor pengganggu yang memiliki hubungan signifikan terhadap peningkatan intensitas nyeri adalah kecemasan sedangkan dukungan keluarga dan keletihan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap peningkatan intensitas nyeri.Kata kunci: Dismenorea primer, Edukasi, Numeric Rating Scale (NRS) AbstractPrimary dysmenorrhea is menstrual periods accompanied by pain. NSAIDs are pharmacological therapy to deal with primary dysmenorrhea. The purpose of this study is to determine the effect of the education on the use of NSAIDs as a preventive therapy to decrease pain intensity and determine the effect of confounding factors such as anxiety, family support, and fatigue to pain intensity in primary dysmenorrhea. This study used a quasi-experimental design that are non- randomized control goup pretest posttest design conducted in September through November 2013. Data were obtained from questionnaires and interviews with the respondents. Educational methods were given by written and spoken for 15 minutes. Assessment of pain intensity scores use the Numeric Rating Scale ( NRS ). A total of 72 students who are willing to follow the study were divided into 2 groups: SMA Negeri 1 as a control group and SMAN 2 as the treatment group. Chi Square test results showed that there was the influence of education on the reduction of pain intensity. Confounding factors that have a significant relationship with the increase in the intensity of pain is anxiety and fatigue while family support did not have a significant relationship with pain intensity.Keywords: Primary Dysmenorrhea, Education,  and Numeric Rating Scale (NRS).
Pengaruh Pemberian Verapamil Terhadap Profil Farmakokinetika Rivaroxaban Lestari, Novita Dewi; Sari, Destria Indah; Kartinah, Nani
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPerkembangan polifarmasi dalam pengobatan saat ini dapat menyebabkan risiko interaksi obat. Penggunaan rivaroxaban dan verapamil secara bersamaan dalam terapi pencegahan stroke akibat fibrilasi atrium dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya interaksi farmakokinetika. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian verapamil terhadap nilai Cmaks, t1/2 dan AUC rivaroxaban. Penelitian ini menggunakan dua kelompok tikus, yaitu kelompok kontrol (rivaroxaban 10 mg/kgBB) dan kelompok perlakuan (rivaroxaban dan verapamil diberikan bersamaan; dosis masing-masing 10 mg/kgBB). Cuplikan darah diambil melalui vena lateralis ekor tikus pada waktu 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; 1,50; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00; 6,00 dan 7,00 jam. Kadar rivaroxaban ditentukan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis derivatif pertama yang telah divalidasi. Profil farmakokinetika dianalisis menggunakan SPSS dengan metode  t-test tidak berpasangan dan Mann-whitney dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Cmaks rivaroxaban meningkat tidak signifikan (p>0,05) dari 10,373 µg.mL-1 menjadi 11,317 µg.mL-1. Nilai t1/2 meningkat secara signifikan (p<0,05) dari 3,89 jam menjadi 4,46 jam. Nilai AUC meningkat secara signifikan (p<0,05) dari 36,821 µg.jam.mL-1 menjadi 52,032 µg.jam.mL-1. Kesimpulan dari penelitian adalah pemberian verapamil bersamaan dengan rivaroxaban dapat mempengaruhi profil farmakokinetika (Cmaks, t1/2 dan AUC) rivaroxaban. Kata kunci : Interaksi Farmakokinetika, Rivaroxaban, Verapamil AbstractThe development of polypharmacy in medical treatment can lead to the risk of drug interactions. Using rivaroxaban and verapamil simultaneously as therapy to prevent stroke due to atrial fibrillation can lead to the possibility of pharmacokinetic interactions. The aims of this study was to investigate the effect of verapamil on the value of Cmax, t1/2 and AUC of rivaroxaban. The study was conducted on two groups of rats, the control group (rivaroxaban 10 mg.kg-1) and treatment group (rivaroxaban and verapamil was given simultaneously; 10 mg.kg-1 for each group). Blood sample were from the vein of rat’s tail at 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; 1,50; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00; 6,00 and 7,00 hours. The concentration of rivaroxaban was determined using derivatives UV-Vis spectrophotometry that has been validated. The pharmacokinetic profiles were analyzed using SPSS ith a t-test and Mann-whitney method. The statistical results using 95% of confidence interval showed that verapamil increases the Cmax of rivaroxaban from 10.373 µg.mL-1 to 11.317 µg.mL-1 (p>0,05), the t1/2 of rivaroxaban increased from 3.89 hour to 4.46 hour (p<0,05). The AUC of rivaroxaban was significantly increased from 36.821 µg.hour.mL-1 to 52.032 µg.hour.mL-1 (p<0,05). The conclusion of this study was verapamil and rivaroxaban given simultaneously can affect the pharmacokinetic profiles (Cmax, t1/2 and AUC) of rivaroxaban. Keywords : Rivaroxaban, Verapamil, Pharmacokinetics Interactions
Kajian Potensi Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien Penderita Gagal Ginjal Kronik Stadium V Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari 2013 – Juni 2014 Fiqrianty, Amelia; Srikartika, Valentina Meta; Nurlely, Nurlely
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak            Penggunaan antihipertensi dengan obat lain pada pasien GGK dapat menimbulkan terjadinya potensi interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung potensi interaksi obat  antihipertensi  pada  pasien  GGK stadium V di RSUD Ulin Banjarmasin Periode  Januari  2013  –  Juni  2014. Potensi interaksi obat yang ditemukan menurut software online, diperoleh 390 kasus berpotensi interaksi obat, yaitu: 180 (27,7 %) minor, 270 (69,2%) moderate dan 12 (3,1 %) major. Menurut Drug Interaction Facts: The authority on drug interaction, diperoleh 112 kasus berpotensi interaksi obat, yaitu : signifikansi 1 sebanyak 8 (7,1%) , signifikansi 2 sebanyak 13 (11.6%), signifikansi 3 sebanyak 70 (62,5 %), signifikansi 4 sebanyak 1 (0,9%) dan signifikansi 5 sebanyak 20 (17,9%). Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring terhadap pasien dan komunikasi antara farmasis dan tenaga kesehatan lain dalam menentukan terapi untuk mencegah atau menghindari terjadinya interaksi obat. Kata kunci : Interaksi Obat, Antihipertensi, Gagal Ginjal Kronik. Abstract The use of antihypertensive drugs, alone and with combination, among patients with Cronic Kidney Disease can lead to potential drug interactions. The purpose of this research is to determine the potential interactions of antihypertensive drugs in five grade chronic kidney disease patients of RSUD Ulin Banjarmasin period January 2013-June 2014. According to the online software, it is found that 390 in cases of potential drug interactions, there are 180 cases (27,7%) of minor interactions, there are 270 cases (69,2%) of moderate interactions, there are 12 cases (3,1%) of major interactions. According to the Drug Interaction Facts: The authority on drug interactions (Tatro, 2008), it is obtained that in 112 cases of potential drug interactions, there are 8 cases (7,1%) of significance 1; 13 cases (11,6%) of significance 2; 70 cases (62,5%) of significance 3; 1 cases (0,9%) of significance 4 and 20 cases (17,9%) of significance 5. Hence, the patients need to be monitored and communications among pharmacists and health professionals need to be done in deciding appropriate treatment to avoid drug interactions.Keywords : drug interactions, antihypertensive drug, chronic kidney disease
Formulasi Tablet Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaja L.) dengan Bahan Pengikat Polyvinylpyrrolidone (PVP) Herawati, Mutiara; Syukri, Yandi; Chabib, Lutfi
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak             Selama ini daun pepaya (Carica papaja L.) hanya digunakan sebatas sebagai sayuran pelengkap makanan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dapat digunakan untuk pengobatan antikanker. Ekstrak daun pepaya diperoleh dari metode penyarian maserasi dengan menggunakan cairan penyari etanol. Sediaan tablet ekstrak daun pepaya diharapkan dapat menjadi alternatif pengobatan antikanker yang mudah dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi Polyvinylpirrolidone (PVP) sebagai bahan pengikat sehingga didapatkan formula sediaan tablet dengan karakterisktik tablet yang baik. PVP berperan dalam meningkatkan gaya kohesifitas serbuk atau granul, sehingga jika dikompresi akan membentuk massa yang kohesif dan kompak sebagai tablet. Tablet dibuat 3 formula variasi bahan pengikat PVP (4%; 6%; 8%) dengan metode granulasi basah. Granul diuji waktu alir, sudut diam, pengetapan, dan Carrs Index sedangkan tablet diuji keseragaman bobot dan ukuran, kerapuhan, kekerasan, dan waktu hancur. Hasil uji sifat fisik tablet menunjukkan bahwa meningkatnya variasi kadar pengikat PVP tidak berpengaruh pada kekerasan dan kerapuhan tablet, tetapi menyebabkan waktu hancur semakin lama. Formula I dengan bahan pengikat PVP 4% merupakan formula yang paling baik karena memiliki nilai kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur yang relatif lebih baik dibandingkan formula lain. Kata kunci : ekstrak daun pepaya, Carica papaja L., antikanker, PVP. AbstractThe use of papaya’s leaf (Carica papaja L.) is only consumed as vegetable to complete the main food. Based on previous research, the result showed that extract of papaya’s leaf can be used for anticancer treatment. That’s why the preparation tablet of extract of papaya’s leaf is hoped to be the alternative of anticancer treatment which are easily to the patients who consume it. The purpose of this research is to obtain the formulation of the tablet by knowing the optimal concentration of PVP as a binding material in producing the best physical characteristic of the tablet it self. PVP plays role in improving the cohesiveness, so as it is compressed, then it will form the cohesive and compact as a tablet. The tablets were made from 3 formula with the PVP binding-material variation (4%, 6%, 8%) using the wet granulation method. Granules obtained were tested in the flow time, angle of repose, tapping, and Carrs Index. Tablet that was finally processed then its physical properties included uniformity of weight and size, friability, hardness, and disintegration time. The result of the test shows the characteristic physical tablet indicated the raising of binding level of PVP variation does not affect the hardness and friability of the tablets, but giving an effect related to the longer the disintegration time. Formula I which contains combination of PVP 4% is the best tablet formula compare to the other formula. Key words : papaya’s leaf extract, Carica papaja L., anticancer, PVP.
Evaluasi Obat-Obatan Berpotensi Hepatotoksik pada Pasien Dengan Gangguan Fungsi Hepar di Ruang Rawat Inap RSUD Ulin Banjarmasin Cahaya, Noor; Safitri, Arita Rahmadani Mutia
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak            Kerusakan hati disebabkan oleh obat merupakan masalah klinis yang sangat berbahaya. Penggunaan obat yang berpotensi hepatotoksik pada pasien dengan gangguan fungsi hepar dapat meningkatkan resiko kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan menentukan persentase pasien dengan gangguan fungsi hepar yang diberikan obat yang berpotensi hepatotoksik, menentukan jenis obat yang berpotensi hepatotoksik pada pasien dengan gangguan fungsi hepar, dan menghitung persentase pasien dengan gangguan fungsi hepar yang mendapatkan perlakuan khusus ketika menggunakan obat yang berpotensi hepatotoksik di ruang rawat inap RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan cross-sectional dan analisis data secara deskriptif. Hasil dari penelitian diperoleh total dari 72 subjek penelitian diketahui sebanyak 70 orang (97,22 %) menggunakan obat yang berpotensi hepatotoksik. Obat yang berpotensi hepatotoksik yang paling banyak digunakan adalah ranitidin (82,86%), furosemid (38,57%), seftriakson (30,00%), ondansetron (17,14%), dan metoklopramid (17,14%). Subjek penelitian pengguna obat yang berpotensi hepatotoksik yang mendapatkan perlakuan khusus sebanyak 60 orang (85,71%) dan tidak mendapat perlakuan khusus sebanyak 10 orang (14,29%). Kesimpulan yang didapat dari penelitian adalah pasien dengan gangguan fungsi hepar yang diberikan obat berpotensi hepatotoksik sebesar 97,22% dengan jumlah terbanyak adalah obat ranitidin dan pasien gangguan fungsi hepar yang diberikan obat berpotensi hepatotoksik mendapatkan perlakuan khusus cukup besar yaitu sebesar 85,71%.Kata kunci: hepatotoksik, gangguan fungsi hepar AbstractDrug induced liver injury is clinical problem that extremely dangerous. The use of potentially hepatotoxic drugs in patients with hepatic function disorder increase the risk of liver injury. The studi was conducted to calculate the percentage of patients with hepatic function disorder who use potentially hepatotoxic drugs, determine potentially the kinds of hepatotoxic drugs that most widely used by patients with hepatic function disorders, calculate the percentage of patients with hepatic function disorder who get special treatment when using potentially hepatotoxic drugs in the inpatient general hospital Ulin Banjarmasin in 2013. Information were collected retrospective in 2013 from the patient’s medical record. A total of 72 patients research subjects were discovered 70 patients (97,22%) using potentially hepatotoxic drugs. Potentially hepatotoxic most widely used were ranitidine (82,86%), furosemide (38,57%), ceftriaxone (30,00%), ondansentron (17,14%), and metoclopramide (17,14%). Research subject user were potentially hepatotoxic drugs who get special treatment as many as 60 people (85,71%) and did not get it as many as 10 people (14,29%). Most patients of potemtially hepatotoxic drugs user decreased liver function parameters. Keyword : hepatotoxic drugs, hepatic disorders.
Analisis Kualitas Hidup Pasien Asma di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Sari, Chynthia Pradiftha; Saepudin, Saepudin; Hanifah, Suci
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak             Pengobatan yang diperoleh pasien asma tidak selamanya dapat memulihkan kondisi asma yang dialami. Biaya pengobatan yang dapat dikatakan tidak murah menyebabkan tidak semua pasien asma dapat menjangkau biaya pengobatan, sehingga pasien mengalami keterbatasan dalam beraktivitas serta meningkatnya frekuensi kekambuhan yang akan mempengaruhi kualitas hidup pasien asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien asma dan pengaruh terapi yang digunakan terhadap kualitas hidup pasien di BP4 unit Minggiran Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah pasien dewasa dengan diagnosa asma tanpa penyakit penyerta. Metode penelitian ini menggunakan metode cross sectional yang bersifat observatif, dari hasil wawancara serta pengisian Asthma Quality of Life Quessioner (AQLQ). Analisis data meliputi data kualitas hidup, terapi obat yang digunakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien asma. Hasil analisis kualitas hidup diolah dalam bentuk persentase dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian pada pasien dewasa di BP4 unit Minggiran Yogyakarta menunjukkan, sekitar 82,2% pasien memiliki kualitas hidup baik dan 17,8% pasien dengan kualitas hidup kurang baik. Berdasarkan hasil uji chi-square terapi antiasma yang digunakan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien asma. Kata kunci: asma, kualitas hidup,  chi-square, BP4 unit Minggiran Yogyakarta Abstract Obtained treatment of asthma patients are not always able to restore the condition of asthma is experienced. The cost of treatment that can be said is not cheap cause not all asthma patients can reach medical expenses, so that patients have limitations in activity and an increase in the frequency of recurrence that will affect the quality of life of asthma patients. This study aims to describe the quality of life of asthma patients and the effect of therapy that is used for quality of life patients asthma in BP4 unit Minggiran Yogyakarta. Samples were adult patients with a diagnosis of asthma without concomitant diseases. This research method using cross sectional observational, from interviews as well as charging the Asthma Quality of Life Quessioner (AQLQ). Data analysis included the data quality of life, therapeutic drugs used and the factors that affect the quality of life of asthma patients. The results of the analysis of the quality of life in the form of a percentage processed and presented in tabular form. The results of the study in adult, BP4 unit Minggiran Yogyakarta shows, approximately 82.2% of patients have a good quality of life and 17.8% of patients with a poor quality of life. Based on the results of chi-square test antiasma therapy is used to influence the quality of life of patients asthma.  Key words: asthma, quality of life, BP4 Minggiran unit Yogyakarta, logistic regression.

Page 1 of 1 | Total Record : 10