Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Karakteristik Pribadi Altruis Konselor Dalam Syair Lagu Madura (Kajian Hermeneutika Gadamerian) Syaifatul Jannah; M. Ramli; Andi Mappiare AT
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol 4, No 6: JUNI 2019
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.02 KB) | DOI: 10.17977/jptpp.v4i6.12479

Abstract

Abstract: The goal of this research to investigate the social values of Madura’s. The values are about love value and responsibility value and it can be personal concept of altruist conselor. This methode used qualitative approach with gadamerian hemeneutics. Gadamerian hemeneutics means to understand and interprete text by including interact between text and researcher. The outcome of this research told (1) there are nine characteristics as value are categorized as fair bearings that can be developed becom altruist personal characteristic that is willing to sacrifice, affection, kindheart and care. (2) there are nine characteristics of responbilities value that are categorized as four bearings that can be devolopedbecome altruist personal characteristic that is willing to sacrifice, not selfish, sensitive, and care.Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji nilai-nilai sosial di dalam syair lagu Madura, nilai-nilai tersebut yakni nilai ase (kasih sayang) dan nilai tangghung jawab (tanggung jawab) yang kemudian dapat diambil menjadi konsep pribadi altruis konselor. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis hermenutika Gadamerian. Hermeneutika Gadamerian bermaksud untuk memahami dan menafsirkan teks dengan melibatkan interaksi antara teks dan peneliti (penafsir). Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat sembilan ciri nilai ase yang dikategorikan menjadi empat sikap yang dapat dikembangkan menjadi karakteristik pribadi altruis yakni bersedia berkorban, penuh kasih sayang, murah hati, dan peduli. (2) terdapat sembilan ciri nilai tangghung jawab yang dikategorikan menjadi empat sikap yang dapat dikembangkan menjadi karakteristik pribadi altruis, yakni bersedia berkorban, tidak egois, peka, dan peduli.
KARAKTER IDEAL KONSELOR DALAM BUDAYA NGERENG DHABU DI MADURA Fadlilah, Syaifatul Jannah
Jurnal Al-Ulum : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ke-Islaman Vol 8 No 1 (2021): al- Ulum (Jurnal Pendidikan, Penelitian dan pemikiran ke Islaman)
Publisher : Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan tentang karakter ideal konselor dalam budaya Ngereng Dhabu, dengan maksud untuk menganalisis nilai pengabdian dan nilai ketulusan yang ada dalam budaya Ngereng Dhabu sebagai konsep karakter ideal konselor. Adapun metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif yang berusaha untuk mendeskripsikan keadaan yang ada yakni tentang nilai pengabdian dan nilai ketulusan dalam budaya Ngereng Dhabu. Adapun hasil penelitian ini adalah terdapat beberapa ciri dari nilai pengabdian dalam budaya Ngereng Dhabu di Madura yang diambil sebagai karakter ideal konselor meliputi kesetiaan, kasih sayang, menghormati dan tanggung jawab. Sedangkan nilai ketulusan dalam budaya Ngereng Dhabu yang diambil sebagai karakter ideal konselor meliputi ikhlas dan tidak riya’.
UPAYA KONSELOR DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN BELAJAR SISWA DI MTS AL-AMIEN 1 PRENDUAN (Kajian Kualitatif Deskriptif pada Sekolah yang Menerapkan Full Day School) RINDIANI & SYAIFATUL JANNAH
JURNAL KEISLAMAN TERATEKS Vol 6 No 1 (2021): APRIL
Publisher : STAI MIFTAHUL ULUM TARATE PANDIAN SUMENEP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini untuk mengetahui upaya konselor dalam meningkatkan ketahanan belajar siswa di MTs Al-Amien 1 Prenduan yang menerapkan full day school, serta apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh konselor. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, dan wawancara, kemudian dilanjutkan dengan teknik analisa data melalui tiga tahapan yaitu reduksi, display, dan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan teknik Triangulasi. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 3 upaya konselor dalam meningkatkan ketahanan belajar siswa di MTs Al-Amien 1 Prenduan, yakni melalui 1) konseling Individual, 2) konseling kelompok, 3) bimbingan sambil belajar. Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukkan bahwa memiliki ketahanan belajar dalam program full day school bagi siswa itu sangat penting karena dengan ketahanan belajar, siswa akan lebih siap untuk menerima pelajaran di sekolah sesuai apa yang dilakukan dari upaya konselor dalam meningkatkan ketahanan belajar dengan sentuhan motivasi yakni bimbingan sambil belajar oleh ibu Aminatus Sa’diyah seorang guru BK di MTs Al-Amien 1 Prenduan
Upaya Keluarga Dalam Menjaga Pertunangan Anak Perspektif Bimbingan Dan Konseling Keluarga Syaifatul Jannah
Dirosat : Journal of Islamic Studies Vol 6, No 2 (2021): Dirosat: Journal of Islamic Studies
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/dirosat.v6i2.375

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya keluarga dalam menjaga pertunangan anak perspektif BK keluarga di Desa Kaduara Barat Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kulitatif karena peneliti ingin menggali secara mendalam tentang upaya keluarga dalam menjaga pertunangan anak perspektif BK keluarga baik dari segi pelaksanaannya maupun hasil akhir dari upaya tersebut. Temuan penelitian ini adalah upaya keluarga untuk mempertahankan pertunangan anaknya di Desa Kaduara Barat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan keluarga ke dua belah pihak pada hari-hari besar Islam seperti hari raya Idul fitri dan Idul Adha dan pada saat pasangan yang bertunangan tersebut sedang dihadapkan pada suatu permasalahan atau pada kesempatan baik lainnya. Dalam perspektif BK keluarga, pelaksanaannya menggunakan metode eklektik dengan langkah-langkah yang peneliti kaitkan dengan langkah-langkah bimbingan dan konseling keluarga pada umumnya, yakni pengembangan rapport, pengembangan apresiasi emotional, pengembangan alternative modus perilaku, fase membina hubungan konseling, dan feed back. Pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga untuk menjaga pertunangan di Desa Kaduara Barat lebih ditekankan pada tahap pengembangan alternative modus perilaku dan fase membina hubungan konseling. Hasil akhir pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga yang dilakukan oleh anggota keluarga ke dua belah pihak ini dikategorikan berhasil, karena telah ada rencana bagi pasangan-pasangan yang bertunangan untuk menikah setelah menyelesaikan studi S-1 nya dan kini bagi pasangan suami istri itu menikah setelah melalui masa pertunangan yang lama. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa peran keluarga dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak mereka yang bertunangan untuk mempertahankan hubungan pertunangan hingga menikah ini sangat kuat dan memberikan pengaruh besar.
Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Syair Lagu Madura Untuk Pengembangan Pribadi Konselor Multikultural Syaifatul Jannah; Luthfatul Qibtiyah; Ahmadi Ahmadi
Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars Vol 6 No 1 (2022): AnCoMS, APRIL 2022
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/ancoms.v6i1.440

Abstract

This study aims to examine the values ​​of religious moderation contained in the Madura songs as an effort to develop the personal development of multicultural counselors. This is important so that the counselor can better appreciate the counselee's cultural differences, including religious differences. The research method used is a qualitative method with the type of Gadamerian hermeneutics, namely a method for interpreting the meaning in a text by involving the interaction between the text and the researcher. The results showed that there were six values ​​of religious moderation in the nine Madurese songs studied, namely anti-violence, national commitment, having a sense of brotherhood, reminding each other, and being sensitive.
Bimbingan Rohani: Strategi Konseling Islam untuk Meningkatkan Religiusitas di Lingkungan Pesantren Syaifatul Jannah; Ida
Edu Consilium : Jurnal Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam Vol. 3 No. 2 (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Neegri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ec.v3i2.6744

Abstract

This research is guidance given to mahasantri in the form of Islamic religious values ​​so that they become true Muslim women. The purpose of this study was to find out how the implementation and results of Islamic spiritual guidance were applied to new mahasanti. The research method used in this study is the descriptive qualitative method because it wants to describe and describe what data is about the implementation of Islamic spiritual guidance to increase the religiosity of new mahasantri. While the data collection tools used the method of observation, interviews, and documentation. The subjects of this study consisted of two subjects, namely the cleric of the worship department and the new mahasantri of the intensive program at the Institute of Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan. The results of the study show that Islamic spiritual guidance is provided in the form of spiritual guidance activities, namely: congregational prayers, prayer tasbih prayers, dzikir, tahajjud prayers, sunnah ba'diyah, and qobliyah prayers, and reading of the Qur'an. The method used is the ta'widiyah method (habituation), writing, mau'izhah (advice), demonstration, and imitation or Jibril. While the material used is in the form of faith. The results of the implementation of Islamic spiritual guidance are increasing faith and piety for new mahasantri, having an istiqamah attitude in carrying out Allah's commands, being able to take lessons from what is seen, increasing belief in Allah SWT, understanding the importance of religiosity for oneself and having the noble character in socializing
Desensitisasi Sistematis: Upaya Kuratif untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Seorang Konseli Penderita Glossophobia Syaifatul Jannah; Siti Azhara; Moh. Wardi
Jurnal Penyuluhan Agama (JPA) Jurnal Penyuluhan Agama (JPA) | Vol. 9 No. 2, 2022
Publisher : Islamic Extension Guidance Study Program (BPI) of the Faculty of Da'wah and Communication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jpa.v9i2.25243

Abstract

Abstract: This article is about behavior counseling with systematic desensitization techniques to increase confidence of a female student with glossophobia, which is described in two focuses, that is, how is the behavior counseling process with systematic desensitization techniques to increase confidence of a female student with glossophobia and what is the final result of behavior counseling with systematic desensitization technique to increase confidence in a female student with glossophobia. The research method uses a qualitative approach, with the type of case study, and the data collection methods used are interviews, observations, and documentations. The results of data collection were processed using data analysis techniques from Milles and Huberman, those are data reduction, data display, and conclusion. The subject in this study is a student who suffers from glossophobia. The results showed that there were five stages of counseling used, those are problem identification, diagnosis, prognosis, treatment, and evaluation and follow-up. In giving treatment, the researcher applied a systematic desensitization technique which was carried out for five meetings with the steps. First, developing a hierarchy of anxiety. Second, deal with the hierarchy of anxiety from the mildest to the most severe. Third, do relaxation. Fourth, conditioning. Fifth, conduct self-regulated learning. Sixth, give homework. Seventh, fill out a reflection questionnaire. While the final result of the implementation of counseling, which can be said to be successful, because the anxiety experienced by the counselee begins to decrease and looks more confidentAbstrak: Artikel ini tentang konseling behavior dengan teknik desensitisasi sistematis untuk meningkatkan kepercayaan diri seorang mahasiswi penderita glossophobia, yang dijabarkan dalam dua fokus yaitu, bagaimana proses konseling behavior dengan teknik desensitisasi sistematis untuk meningkatkan kepercayaan diri seorang mahasiswi penderita glossophobia dan bagaimana hasil akhir konseling behavior dengan teknik desensitisasi sistematis untuk meningkatkan kepercayaan diri seorang mahasiswi penderita glossophobia. Adapun metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus, dan metode pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara, observasi, serta dokumentasi. Hasil pengumpulan data kemudian diolah dengan menggunakan teknik analisis data dari Milles dan Huberman, yakni reduksi data, display data, dan conclusion. Subjek dalam penelitian ini yaitu seorang mahasiswi yang menderita glossophobia. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima tahapan konseling yang digunakan yaitu identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan evaluasi dan follow up. Dalam pemberian treatment peneliti menerapkan teknik desentisisasi sistematis yang dilakukan selama lima kali pertemuan dengan langkah-langkah, pertama, menyusun hierarki kecemasan. Kedua, menangani hierarki kecemasan dari yang paling ringan ke yang paling berat. Ketiga, melakukan relaksasi. Keempat, pengkondisian. Kelima, melakukan self regulated learning. Keenam, memberikan tugas rumah. Ketujuh, mengisi angket refleksi. Sedangkan hasil akhir dari pelaksanaan konseling, yaitu dapat dikatakan berhasil, karena kecemasan berbicara di depab public yang dialami oleh konseli mulai menurun dan terlihat lebih percaya diri
URGENSI BIMBINGAN PRA NIKAH DALAM MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH MAWADDAH DAN WARRAHMAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) PRAGAAN Shulfitrah Mahayuni Rmd; Heri Fadli Wahyudi; Syaifatul Jannah; Luthfatul Qibtiyah
Hudan Lin Naas: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3, No 2 (2022): Jurnal Hudan Linnaas Vol. 3 No. 2, 2022
Publisher : Al-Amien Prenduan for Islamic Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/hudanlinnaas.v3i2.829

Abstract

Islam adalah agama yang memberikan kebebasan kepada umatnya untuk memeluk agamanya. Dan tentu saja dalam islam juga dianjurkan untuk menyempurnakan separuh keimanannya salah satunya dengan menikah dan memiliki keturunan. Karena dalam pernikahan itu adanya tujuan-tujuan yang akan dicapai. Dari anjuran ini, pasti adanya hikmah atau pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya di dalam membangun rumah tangga kedepannya. Pada penelitian kali ini peneliti mendeskripsikan bahwa dengan adanya program bimbingan pranikah yang diadakan maka diharapkan akan menjadikan sebuah keluarga yang harmonis, keluarga yang aman, damai, dan yang terpenting adalah keluarga yang bisa mewujudkan pertahanan keluarganya supaya menjadikannya sebagai keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan terpenting dari pernikahan itu sendiri sebagaimana yang ada dalam Q.S ar-Rum ayat 21 dimana didalam ayat itu menjelaskan bahwa dari pernikahan itu kita dapat memperoleh yang namanya ketentraman, kenyamanan, rasa kasih sayang, cinta dan lain sebagainya.
Nilai moral dalam tradisi Asapoan sebagai potret kerukunan masyarakat Syaifatul Jannah
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 7 No. 1 (2023): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v7i1.24607

Abstract

Penelitian ini menguraikan tentang nilai-nilai moral dalam tradisi Asapoan sebagai potret kerukunan masyarakat desa Lancar. Asapoan  artinya menyapu. Asapoan  dalam tradisi ini ialah menyapu halaman rumah mertua pada keesokan hari setelah menggelar acara pernikahan. Kekhasan dan keunikan dari Asapoan adalah dilakukan oleh pengantin laki-laki walau hanya dengan tiga kali sapuan atau walau hanya dengan mengambil beberapa sampah dan dilakukan dipagi buta. Dari pelaksanaan tradisi Asapoan  terdapat nilai-nilai moral yang dapat dikaji lebih jauh. Nilai-nilai moral dalam tradisi Asapoan ini menjadi dasar pembentukan dan penggambaran masyarakat yang rukun yakni dilihat dari implementasi nilai-nilai moral tersebut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa Lancar. Fokus penelitian ini yaitu ingin mengetahui nilai-nilai moral yang terdapat dalam tradisi Asapoan dan identitas masyarakat desa yang tergambar dalam nilai-nilai moral tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan FGD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sembilan nilai moral yang dikaji yaitu menghormati, menghargai, disiplin, menjalin silatrrahmi, sopan dan santun, patuh, kasih sayang, bijaksana, dan hidup rukun. Implementasi nilai-nilai tersebut tergambar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa Lancar, yakni pola interaksi dengan orang tua, guru, dan antar tetangga. Adapun nilai-nilai moral yang diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat Lancar yang menggambarkan sikap kerukunan masyarakat desa Lancar dikategorikan menjadi tiga bentuk sikap rukun, yaitu toleransi, persaudaraan, dan perdamaian.     This research will describe the moral values ​​in the Asapoan tradition as a portrait of the harmony of the Lancar village community. Asapoan means to sweep. Asapoan in this tradition is sweeping the parents-in-law's yard the next day after holding a wedding. The peculiarity and uniqueness of the tradition in this tradition is that the bridegroom does Asapoan , even if it is only three sweeps or even if it is only by picking up some trash and doing it early in the morning. From the implementation of the Aspoan tradition, there are moral values ​​that can be studied further. The moral values ​​in the Aspoan tradition form the basis for the formation and depiction of a harmonious society, which is seen from the implementation of these moral values ​​in the daily life of the Lancar village community. The focus of this research is to find out the moral values ​​contained in the Asopoan tradition and the identity of the village community which is reflected in these moral values. The research method used is descriptive qualitative method with data collection techniques of interviews, observation, and FGD. The results of the study show that there are nine moral values ​​studied, namely respect, respect, discipline, establishing friendship, polite and courteous, obedient, affectionate, wise, and living in harmony. The implementation of these values ​​is reflected in the daily life of the Lancar village community, namely the pattern of interaction with parents, teachers, and between neighbors. The moral values ​​that are implemented in the life of the Lancar community which describe the harmonious attitude of the Lancar village community are categorized into 3 forms of harmonious attitude, namely tolerance, brotherhood, and peace.
The Character-Building Reconstruction Based on Local Wisdom (Adoption of Empathy Values in Sèsèt Jâmbul Song) Moh. Wardi; Syaifatul Jannah; Luthfatul Qibtiyah; Wardatus Syarifah; Khodijah
GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 5 No. 1 (2023)
Publisher : Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ghancaran.v5i1.8340

Abstract

This article examines the values ​​of empathy in the sèsèt jambul song as an effort to shape the character of students based on local wisdom. Observing the many cases of violence between children, it is undeniable that one of them is caused by a lack of empathy so that it is necessary to review the teaching and learning process that takes place in schools. In this case, the empathetic value contained in the Sèsèt Jambul song can be adopted by the teacher as an effort to build character. The research method uses a descriptive qualitative approach. Data collection techniques used are documents and in-depth interviews. The data source for this research is the book Collection of Madurese Songs composed by Adrian Pawitra. The process of data analysis used the Gadamerian hermeneutic analysis technique, namely the method of analyzing the interpretation of meaning in the text. The results showed that there were three values ​​of empathy in the sèsèt jambul song which could be adopted as an effort to shape the character of students, namely not being selfish, caring, and alert to help. Unselfish attitude of students who do not win alone. Caring is an attitude of compassion towards others. Alert to help is a light-hearted attitude to help others.