Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN INFASTRUKTUR PERDESAAN - Suwarseno; Nadjadji Anwar; Theresia Sri Sidarti
Jurnal Penataan Ruang Vol 1, No 2 (2006): Jurnal Penataan Ruang 2006
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v1i2.2346

Abstract

Sumberdaya air mempunyai peranan yang besar dalam menunjang kegiatan di bidang pertanian, khususnya di bidang irigasi. Keberlanjutan pengelolaan irigasi peran serta masyarakat petani pemakai air secara aktif khususnya di bidang operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi baik ditingkat jaringan tersier maupun jaringan utama, sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan lapangan. Analisa yang dipakai adalah Distribusi Frekuensi, Koefisien Korelasi Distribusi Bebas (Non Parametrik). Uji Chi-Kuadrat, sedangkan untuk mengetahui besarnya peran partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan tersier digunakan Analisa Kebutuhan Nyata operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) sebagai pembanding Hasil studi menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap pengelolaan irigasi akan dapat meningkatkan pendapatan dan ekonomi serta kelestarian lingkungan demi keberlanjutan sistem irigasi pernyataan setuju, sangat tinggi yaitu 84,00%, adapun partisipasi petani pengelolaan jaringan tersier di daerah irigasi 65,60% cenderung sedang, sedangkan kemampuan Masyarakat petani untuk ikut serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan tersier Daerah Irigasi tahun 2005 dibutuhkan dana sebesar Rp 792.430.940,00 perincian untuk biaya operasi sebesar Rp 112.862.919,97, biaya pemeliharaan rutin sebesar Rp. 107.058.368,30 dan biaya pemeliharaan berkala sebesar Rp. 572.509.651,80, peran serta petani membayar REPAIR untuk jaringan primer dan sekunder sebesar Rp. 341.038.800,00 Nilai lKH 43,04% Indek Kuatnya Hubungan Sedang, kemampuan petani membayar lPAIR untuk jaringan Tersier sebesar Rp. 171.531.840,00 Nilai lKH 21,65% dengan Indek Kuatnya Hubungan Rendah Kebutuhan dana Operasi dan Pemeliharaan jaringan Tersier sesuai dengan Analisa Kebutuhan Nyata untuk biaya operasi sebesar Rp. 11.579,25 ha/th, biaya pemeliharaan Rutin Rp. 10.983,73 /ha/th dan pemeliharaan Berkala Rp. 58.737,02 /ha/th, total Rp. 81.300,00 hal th kemampuan petani Rp. 17.598,42 /halth, dengan demikian kewenangan pendanaan di petani sebaiknya dikonsentrasikan pada tingkat tersier.
PERENCANAAN BENDUNG AMOHALO DI KECAMATAN BARUGA KOTA KENDARI Bagus Pramono Yakti; Edijatno Edijatno; Nadjadji Anwar
Jurnal Hidroteknik Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/jh.v3i2.14039

Abstract

Bendung Amohalo berlokasi di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Dengan luasan DAS (daerah aliran sungai) 38,63 km2. Adapun sungai yang dibendung adalah sungai Amohalo. Alasan yang mendasari perlunya dibangun bendung tersebut antara lain tingginya elevasi sebagian area sawah yang ada di DAS sungai Amohalo, sehingga tidak dapat langsung diairi. Maka dalam hal ini dengan adanya bendung tersebut, diharap areal sawah seluas 577 ha dapat terairi. Dampak sebelum adanya bendung berakibat buruk terhadap pertanian dan kondisi ekonomi penduduk.Perencanaan bendung didasarkan pada debit banjir rencana dengan periode ulang T=100 tahun, Dalam hal ini, pembahasan meliputi analisa hidrologi, perhitungan kebutuhan air sawah, perencanaan teknis tubuh bendung, dan perhitungan stabilitas bendung.Dari perhitungan digunankan metode Nakayasu yang kemudian didapat besar debit banjir periode ulang 100 tahun (Q100) = 149,368 m3/dtk, elevasi muka air banjir pada ketinggian +17,686 m, elevasi mercu bendung pada ketinggian +16,7 m, elevasi dasar sungai pada ketinggian +13,45 m, pola tanam padi-palawija-bero, kebutuhan air untuk lahan sebesar 1,0187 m3/dtk. Mercu bendung direncanakan tipe bulat, kolam olak tipe ambang ujung dan bangunan ukur yang digunakan adalah ambang lebar. Dari analisis stabilitas tubuh bendung dalam kondisi stabil terhadap geser, guling, retak dan bangunan tidak turun.
OPTIMASI PEMANFAATAN EMBUNG TLAMBAH DI KECAMATAN KARANG PENANG, KABUPATEN SAMPANG MADURA UNTUK JARINGAN IRIGASI DAN KEBUTUHAN AIR BAKU Mohamad Fajrin Hernata; Nadjadji Anwar; Nastasia Festy Margini
Jurnal Hidroteknik Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/jh.v3i1.14027

Abstract

Kecamatan Karang Penang merupakan salah satu  kecamatan  di  Kabupaten  Sampang-Madura  yang  selalu  mengalami banjir dan kekeringan tiap tahunnya. Berdasarkan  data tahun 2016, Kecamatan Karang Penang sendiri memiliki  luas wilayah 84,25 km2 dengan jumlah penduduk 67.549 jiwa  (BPS  Sampang,  2016).  Disisi  lain  peningkatan  jumlah  penduduk juga menuntut cukupnya ketersediaan air baku dan  irigasi baik dimusim penghujan terlebih dimusim kemarau.  Salah  satu  solusi  untuk  mengatasi  kekeringan  adalah  pembangunan  Embung  Tlambah  di  Kecamatan  Karang- Penang, Sampang-Madura. Dimana embung tersebut memiliki  volume tampungan sebesar 409.207 m3 , dengan luas genangan  air sebesar 0,98 ha. Sehubungan dengan adanya permasalahan  dalam pemenuhan kebutuhan irigasi dan air baku, maka perlu  adanya  optimasi  pemanfaaatan  Embung  Tlambah  untuk  kebutuhan irigasi dan air baku.Analisa awal yang dilakukan adalah menentukan debit  inflow Operasi Embung Tlambah yaitu debit hujan tersedia  metode FJ Mock, di DAS Embung Tlambah yang disesuaikan  terhadap  data  hujan  dari  stasiun  hujan  yang  berpengaruh  menggunakan  metode  Poligon  Thiessen.  Selanjutnya  debit  inflow tersebut dibangkitkan selama tahun proyeksi minimal  setengah  umur  operasi  embung  (Tahun  2016-2045)  menggunakan metode Data Bangkitan Inflow Thomas-Fiering.  Analisa berikutnya merupakan analisa debit outflow untuk  kebutuhan  air  baku  sesuai  dengan  jumlah  penduduk  yang  diproyeksikan menggunakan metode Geometrik. Sedangkan  untuk outflow kebutuhan irigasi disesuaikan dengan pola tanam  eksisting.  Kemudian  dilanjutkan  dengan  evaluasi  kondisi  tampungan Embung Tlambah yang mengacu pada pola operasi  water balance inflow-outflow selama tahun proyeksi.Hasil evaluasi pola operasi/ water balance kondisi  tampungan Embung Tlambah selama tahun proyeksi untuk  kebutuhan  air  baku  (kondisi  jam  puncak  sebesar  128,36  liter/detik) dan kebutuhan irigasi eksisting (padi sebesar 151,14  liter/detik;  polowijo  sebesar  5,86  liter/detik  dan  tembakau  sebesar  31,56  liter/detik)  menunjukkan  rasio  keandalan  pemenuhan kebutuhan air tiap periode operasi embung sebesar  63,89%.  Sehingga  untuk  meningkatkan  rasio  keandalan  pemenuhan  kebutuhan tersebut dilakukan optimasi  melalui  simulasi beberapa alternatif pola-tanam irigasi menggunakan  program bantu POM-QM for Windows 3 metode Program  Linier, dengan hasil terbaik pola tanam alternatif 2 (musim  hujan : polowijo-tembakau, musim kemarau I : padi-tembakau,  musim kemarau II : bero) yang menghasilkan keuntungan  pertanian  pertanian  terbesar  sebesar  Rp  7.914.367.550,  sehingga terjadi peningkatan keandalan sebesar 69,17%. Selain  itu dilakukan juga opsi optimasi melalui simulasi penambahan kapasitas volume embung/ peninggian tubuh embung setinggi 7 m dengan hasil volume baru embung sebesar 1.177.143 m3 dan luas  genangan baru sebesar 1,74 ha, sehingga terjadi  peningkatan rasio keandalan pemenuhan kebutuhan sebesar  84,54%.
SWOT Analysis of Formation of Modern Irrigation Management Unit in DI Kromong (Kromong Irrigation Area), Kabupaten Mojokerto Rochmad Afandi; Nadjadji Anwar; Theresia Sri Sidharti
Journal of Infrastructure & Facility Asset Management Vol 3, No 3 (2021): Journal of Infrastructure & Facility Asset Management
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/jifam.v3i3.14133

Abstract

Kromong Irrigation Area (Kromong Irrigation Area), is an irrigation area that already has readiness for the implementation of irrigation modernization (Sari, 2019). Hence, it is necessary to establish a Modern Irrigation Management Unit (UPIM), as an initial step to start the modernization of irrigation in the irrigation area. To find out the readiness for the establishment of UPIM, the data are needed for the existing irrigation management. The data were collected by firstly, interviewing irrigation officials in charge of the Kromong Irrigation Area. Secondly, distributing questionnaires to determine SWOT indicators to irrigation officials and the Association of Water Users Farmers Association (GHIPPA) in the Kromong Irrigation Area. Furthermore, the results of the SWOT indicators are weighted and rated to determine the Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) and External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) of each irrigation management agency. The study found that the readiness of mandatory functions in UPIM at Dinas PU PSDA Provinsi Jawa Timur had the highest value in the TOWS strategy quadrant graph (2.41 , 3.17), followed by UPT Pengairan Pugeran (1.89 , 2.24), and UPT PSDA Brantas Korwil Surabaya (0.78 , 1.86). All agencies have more strengths and opportunities than their weaknesses and threats. Therefore, DI Kromong is ready to establish an UPIM.
Pemanfaatan Potensi Kali Geruh Sebagai Sumber Energi Listrik Terbarukan untuk Mendukung Desa Wisata Terpadu (Studi Kasus: Lembah Mbencirang, Desa Kebontunggul, Kabupaten Mojokerto) Novi Andriany Teguh; Mahendra Andiek Maulana; Mohamad Bagus Ansori; Anak Agung Ngurah Satria Damarnegara; Nadjadji Anwar
Sewagati Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.565 KB) | DOI: 10.12962/j26139960.v6i2.195

Abstract

Lembah Mbencirang merupakan suatu kawasan wisata edukasi terpadu yang terletak di Desa Kebontunggul, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pembangunan kawasan wisata ini merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh Kepala Desa Kebontunggul demi terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan penduduk dengan meningkatkan perekonomian desa. Salah satu bentuk pengembangan yang direncanakan pada kawasan ini adalah pemanfaatan Kali Geruh sebagai pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) untuk desa wisata sebagai alternatif pengembangan sumber energi yang terbarukan. Pemanfaatan Kali Geruh sebagai PLTMH diharapkan dapat meminimalisir biaya suplai energi listrik untuk kawasan wisata Lembah Mbencirang, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata Lembah Mbencirang. Hasil perhitungan potensi daya listrik pada Kali Geruh sebagai sumber tenaga listrik masyarakat Desa Kebontunggul Mojokerto, dengan tinggi jatuh efektif direncanakan sebesar 8,764 m dan debit andalan 75% sebesar 0,785 m3/detik, dapat dihasilkan energi listrik per hari sebesar 1268,88 kWh atau 463141,2 kWh per tahun, setara dengan pemenuhan kebutuhan energi listrik sekitar 436 orang. Selanjutnya dilakukan sosialisasi dengan menyebarkan booklet mengenai tingginya potensi yang ada tersebut agar masyarakat Desa Kebontunggul memperoleh informasi dan timbul kesadaran untuk memanfaatkan Kali Geruh sebagai sumber energi listrik terbarukan.