Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Skrining Kualitatif Fitokimia Senyawa Antibakteri pada Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidiium guajava L.) Debora Handarni; Selly Harnesa Putri; Tensiska Tensiska
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2020.008.02.08

Abstract

Jambu biji merupakan jenis tanaman yang memiliki banyak khasiat terutama pada bagian daunnya. Daun jambu biji dikenal memiliki kandungan senyawa yang dapat digunakan sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah didalam daun jambu biji yang telah melewati proses ekstraksi maserasi mengandung senyawa antibakteri seperti saponin, tanin, dan flavonoid. Ekstraksi dilakukan selama 24 jam dan hasil maserasi dievaporasi menggunakan rotary evaporator untuk mendapatkan hasil ekstrak yang pekat. Rendemen ekstrak yang didapatkan dengan tiga kali pengulangan tanpa adanya pembeda adalah sebesar 4.57%, 4.52% dan 3.99%. Hasil pengujian fitokimia pada ekstrak daun jambu biji menunjukan bahwa ekstrak tersebut memiliki kandungan senyawa antibakteri yaitu saponin, tanin, dan flavonoid.
Pengaruh Penambahan Tepung Kacang Kedelai (Phaseolus radiatus L.) Pada Tepung Campuran Bonggol Pisang Batu (Musa bracycarph) Dan Tepung Jagung Terhadap Beberapa Karakteristik Cookies Hari Hariadi; Tensiska Tensiska; Debby M Sumanti
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.255 KB) | DOI: 10.33661/jai.v2i2.1175

Abstract

Tepung bonggol pisang batu merupakan komoditas lokal yang dapat digunakan untuk pembuatan cookies, sebagai pengsubtitusi tepung terigu.Tepung bonggol pisang batu memiliki rasa yang sepat sehingga diperlukan bahan tambahan lain untuk menguranginya dengan menambahkan tepung jagung dengan perbandingan 50 : 50. Penambahan tepung kacang kedelai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kadar protein cookies dari tepung bonggol pisang batu dan tepung jagung yang belum sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan jumlah tepung kacang kedelai yang ditambahkan pada tepung campuran bonggol pisang batu dan jagung sehingga dihasilkan cookies yang memiliki kadar protein sesuai SNI dan karakteristik yang disukai oleh panelis. Metode penelitian yaitu dengan metode deskriptif dengan 4 perlakuan. Perlakuan terdiri dari penambahan tepung kacang kedelai 15%b/b, 20%b/b, 25%b/b, 30%b/b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung kacang kedelai 30% memberikan karakteristik cookies terbaik yaitu : kadar air 3,15% , kadar abu 3,76%, kadar protein 8,63%, kadar lemak 45,65%, kadar serat 10,27%, dan kesukaan terhadap warna, rasa, aroma, kerenyahan dan penampakan keseluruhan yang disukai panelis.Kata kunci : Tepung bonggol pisang batu, tepung jagung, tepung kacang kedelai, cookies
Menentukan Kondisi Ketahanan Pangan Jawa Barat Wilayah IV Menggunakan Food Security Quotient (FSQ) Rakha Zahra Raihan; Roni Kastaman; Tensiska Tensiska
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2020.004.01.7

Abstract

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan mempunyai 3 indikator penting yaitu ketersediaan pangan, akses pangan serta mutu pangan. Ketersediaan pangan artinya pangan harus tersedia dari sumber alami baik melalui produksi pangan, penggarapan lahan atau peternakan, atau dengan cara lain untuk memperoleh pangan, seperti memancing, berburu atau mengumpulkan makanan. Akses pangan artinya akses ekonomi dan fisik kepada pangan harus dijamin. Aksesibilitas ekonomi berarti harga pangan harus terjangkau. Mutu pangan artinya pangan tersebut harus bergizi dan kondisi masyarakatnya yang dapat menyerap gizi dari pangan itu sendiri. Food security quotient (FSQ) merupakan modifikasi dari metode Location quotient (LQ) yang dapat mentukan komoditas basis agar dapat memilih memilah variabel yang diprioritaskan dan tidak diprioritaskan namun menggunakan variabel yang berpengaruh pada 3 indikator ketahan pangan tersebut. Rata – rata kondisi ketahanan pangan Jawa Barat Wilayah IV berada pada kondisi tahan pangan dengan nilai FSQ 0,951. Daerah dengan kondisi sangat tahan pangan yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang. Daerah dengan kondisi tahan pangan yaitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Pangandaran, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Namun jika ditilik lebih dalam, masih banyak variabel – variabel dari daerah – daerah tersebut yang masih butuh penanganan dan strategi untuk menunjang ketahanan pangan.
The Effect of Skim Milk Concentration on Sensory Quality and pH of Probiotic Yoghurt Added with Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) Asterias Hafiizha; Indira Lanti Kayaputri; Tensiska Tensiska; Nur Risma Amalia
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak (JITEK) Vol. 15 No. 1 (2020)
Publisher : Faculty of Animal Science Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jitek.2020.015.01.7

Abstract

Probiotic yoghurt is one of dairy products that has benefits to the human health. This research aimed to understand the effect of skim milk concentration on the sensory quality traits and pH of probiotic yoghurt added with red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) dices prior to the fermentation. The research method was experimental method with 4 treatments and 3 replications in a completely randomized group design. The data were analyzed using one-way analysis of variance followed by Duncan’s multiple range test at P<0.05. The treatment in this research was different addition levels of skim milk (3%, 5%, 7%, and 9%) to yoghurt. The pH, color, aroma, taste, texture, viscosity and overall acceptance were assessed. The addition of skim milk increased (P<0.05) the acceptability of flavor, texture, viscosity and overall acceptance, in which the addition of skim milk at 9% showed the highest acceptability of taste. However, different addition level of skim milk did not significantly affect pH and the acceptability of color and aroma of yoghurt. The pH of yogurt ranged from 4.06 to 4.26. In addition, the color and aroma of yogurt were in the scale of neither like or dislike, the texture was in the scale of dislike to like, taste, viscosity and overall acceptance were in the scale of dislike to neither like nor dislike. In conclusion, skim milk should be used for producing yogurt with red dragon fruit at 9% of whole milk to obtain acceptable product.