Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik Sipil

Moisture Absorption and Thermal Expansion of Building Blocks Bound with Bitumen Thanaya, I Nyoman Arya
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 3 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1214.125 KB)

Abstract

Abstract. This paper described about masonry wall building blocks that incorporate waste aggregate materials, namely steel slag, crushed glass, and coal fly ash. The binder used was 50 pen bitumen. The investigation was carried out at the University of Leeds United Kingdom (UK). The samples were produced by hot mixing the waste aggregates, compacting by static compaction, then applying heat curing to the compacted samples to harden the bitumen binder. The objective of the investigation was mainly to evaluate the building blocks compressive strength and volume stability (expansion and shrinkage) due to moisture and thermal exposure. It was found that the sample’s compressive strength was comparable to concrete block commonly used in the UK. The volume stability of the sample was found largely irreversible due to moisture exposure, but highly reversible due to heat conditioning. The samples gave coefficient of thermal expansion comparable to clay bricks and concrete masonry blocks, and coefficient of moisture expansion similar to clay bricks. The blocks are suggested to be used for internal walls and are not exposed to outdoor weather, and should be protected with sand cement mix plaster.Abstrak. Paper ini menguraikan tentang blok pasangan dinding yang menggunakan agregat dari bahan bekas yaitu: steel slag, pecahan kaca, dan abu terbang batu bara. Bahan perekat yang dipergunakan adalah aspal penetrasi 50. Penelitian dilaksanakan di Leeds University United Kingdom (UK). Penggunaan bahan bekas dalam industri bangunan sudah digalakkan sejalan dengan strategi. Sampel diproduksi dengan dicampur secara panas, dipadatkan dengan pemadatan statis, dan dipanaskan untuk mengeraskan perekat aspal. Tujuan dari penelitian ini utamanya adalah untuk mengevaluasi kuat tekan dan stabilitas volume (pengembangan dan penyusutan) dari blok bahan dinding akibat terekspos air dan panas. Ditemukan bahwa kuat tekan sampel sebanding dengan jenis bata beton yang umum dipergunakan di Inggris. Stabilitas volume sampel dalam porsi besar tidak kembali ke kondisi semula akibat terekspos air, namun dapat kembali ke volume semula akibat terekspos panas. Sampel memberikan koefisien ekspansi termal yang sebanding dengan bata tanah liat dan bata beton, dan memberikan koefisien pengembangan lembab mirip seperti bata tanah liat. Blok pasangan yang diteliti ini, disarankan untuk digunakan sebagai dinding di dalam ruangan yang tidak terpapar cuaca luar dan diberi pelindung plesteran pasir-semen.
Perbandingan Karakteristik Campuran Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) yang Dipadatkan Secara Dingin dan Panas Thanaya, I Nyoman Arya; Suweda, I Wayan; Sparsa, A.A. Adi
Jurnal Teknik Sipil Vol 24, No 3 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2455.853 KB) | DOI: 10.5614/jts.2017.24.3.8

Abstract

AbstrakCold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah campuran yang terdiri dari agregat, asbuton butir, bahan peremaja dan bahan tambah lain yang dicampur panas dipadatkan dingin (pada temperatur ruang 30°C). Karakteristik campuran dipengaruhi temperatur pemadatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh: kadar aspal residu optimum, temperatur pemadatan ideal dan perbandingan karakteristik CPHMA yang dipadatkan secara dingin dan panas. Pemadatan dilakukan pada suhu 30°C, 60°C, 90°C, 120°C, dan 150°C. Diperoleh hasil, kadar aspal residu optimum 7 %; suhu pemadatan ideal 90°C. Pemadatan dibawah suhu 90°C memberikan porositas lebih tinggi berkisar antara (4,86-5,53)% namun masih memenuhi spesifikasi (4-10%). Pemadatan diatas suhu 90°C memberikan porositas antara (2,04-3.0)%, yang lebih rendah dari spesifikasi. CPHMA yang dipadatkan pada suhu ideal 90°C memberikan karakteristik Marshall, cantabro, kekakuan (stiffness), rangkak (creep), dan kelelahan (fatigue) lebih baik dibandingkan dengan CPHMA yang dipadatkan dingin.AbstractCold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) is a mixture that consists of aggregates, asbuton particles, rejuvenating materials and other added materials, which were hot mixed and compacted cold (at ambient temperature 30°C). The characteristics of the mixture were affected by compaction temperatures. The objectives of this study were to obtain: residual optimum asphalt content; ideal compaction temperature and characteristics comparison of CPHMA compacted cold and hot. Compaction were carried out at 30°C, 60°C, 90°C, 120°C and 150°C. It was obtained that the optimum residual asphalt content for CPHMA mixture was 7% and the ideal compaction temperature was 90°C. Compaction at temperature lower than 90°C gave higher porosity, i.e between (4.86-5.53)%, nonetheless still met specification (4-10)%. Compaction at higher than 90°C gave porosity between (2.04-3.0)% which were lower than the specification. CPHMA compacted at ideal 90°C gave better Marshall characteristics, cantabro, stiffness, creep, and fatigue, compared to the cold compacted CPHMA.
Moisture Absorption and Thermal Expansion of Building Blocks Bound with Bitumen I Nyoman Arya Thanaya
Jurnal Teknik Sipil Vol 16 No 3 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2009.16.3.3

Abstract

Abstract. This paper described about masonry wall building blocks that incorporate waste aggregate materials, namely steel slag, crushed glass, and coal fly ash. The binder used was 50 pen bitumen. The investigation was carried out at the University of Leeds United Kingdom (UK). The samples were produced by hot mixing the waste aggregates, compacting by static compaction, then applying heat curing to the compacted samples to harden the bitumen binder. The objective of the investigation was mainly to evaluate the building blocks compressive strength and volume stability (expansion and shrinkage) due to moisture and thermal exposure. It was found that the sample's compressive strength was comparable to concrete block commonly used in the UK. The volume stability of the sample was found largely irreversible due to moisture exposure, but highly reversible due to heat conditioning. The samples gave coefficient of thermal expansion comparable to clay bricks and concrete masonry blocks, and coefficient of moisture expansion similar to clay bricks. The blocks are suggested to be used for internal walls and are not exposed to outdoor weather, and should be protected with sand cement mix plaster.Abstrak. Paper ini menguraikan tentang blok pasangan dinding yang menggunakan agregat dari bahan bekas yaitu: steel slag, pecahan kaca, dan abu terbang batu bara. Bahan perekat yang dipergunakan adalah aspal penetrasi 50. Penelitian dilaksanakan di Leeds University United Kingdom (UK). Penggunaan bahan bekas dalam industri bangunan sudah digalakkan sejalan dengan strategi. Sampel diproduksi dengan dicampur secara panas, dipadatkan dengan pemadatan statis, dan dipanaskan untuk mengeraskan perekat aspal. Tujuan dari penelitian ini utamanya adalah untuk mengevaluasi kuat tekan dan stabilitas volume (pengembangan dan penyusutan) dari blok bahan dinding akibat terekspos air dan panas. Ditemukan bahwa kuat tekan sampel sebanding dengan jenis bata beton yang umum dipergunakan di Inggris. Stabilitas volume sampel dalam porsi besar tidak kembali ke kondisi semula akibat terekspos air, namun dapat kembali ke volume semula akibat terekspos panas. Sampel memberikan koefisien ekspansi termal yang sebanding dengan bata tanah liat dan bata beton, dan memberikan koefisien pengembangan lembab mirip seperti bata tanah liat. Blok pasangan yang diteliti ini, disarankan untuk digunakan sebagai dinding di dalam ruangan yang tidak terpapar cuaca luar dan diberi pelindung plesteran pasir-semen.
Perbandingan Karakteristik Campuran Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) yang Dipadatkan Secara Dingin dan Panas I Nyoman Arya Thanaya; I Wayan Suweda; A.A. Adi Sparsa
Jurnal Teknik Sipil Vol 24 No 3 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2017.24.3.8

Abstract

AbstrakCold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah campuran yang terdiri dari agregat, asbuton butir, bahan peremaja dan bahan tambah lain yang dicampur panas dipadatkan dingin (pada temperatur ruang 30°C). Karakteristik campuran dipengaruhi temperatur pemadatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh: kadar aspal residu optimum, temperatur pemadatan ideal dan perbandingan karakteristik CPHMA yang dipadatkan secara dingin dan panas. Pemadatan dilakukan pada suhu 30°C, 60°C, 90°C, 120°C, dan 150°C. Diperoleh hasil, kadar aspal residu optimum 7 %; suhu pemadatan ideal 90°C. Pemadatan dibawah suhu 90°C memberikan porositas lebih tinggi berkisar antara (4,86-5,53)% namun masih memenuhi spesifikasi (4-10%). Pemadatan diatas suhu 90°C memberikan porositas antara (2,04-3.0)%, yang lebih rendah dari spesifikasi. CPHMA yang dipadatkan pada suhu ideal 90°C memberikan karakteristik Marshall, cantabro, kekakuan (stiffness), rangkak (creep), dan kelelahan (fatigue) lebih baik dibandingkan dengan CPHMA yang dipadatkan dingin.AbstractCold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) is a mixture that consists of aggregates, asbuton particles, rejuvenating materials and other added materials, which were hot mixed and compacted cold (at ambient temperature 30°C). The characteristics of the mixture were affected by compaction temperatures. The objectives of this study were to obtain: residual optimum asphalt content; ideal compaction temperature and characteristics comparison of CPHMA compacted cold and hot. Compaction were carried out at 30°C, 60°C, 90°C, 120°C and 150°C. It was obtained that the optimum residual asphalt content for CPHMA mixture was 7% and the ideal compaction temperature was 90°C. Compaction at temperature lower than 90°C gave higher porosity, i.e between (4.86-5.53)%, nonetheless still met specification (4-10)%. Compaction at higher than 90°C gave porosity between (2.04-3.0)% which were lower than the specification. CPHMA compacted at ideal 90°C gave better Marshall characteristics, cantabro, stiffness, creep, and fatigue, compared to the cold compacted CPHMA.