Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Pengaruh Theaflavin Teh Hitam (Camellia sinensis) Gambung, Jawa Barat terhadap Ketebalan Dinding Aorta Tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Atherogenik Krisna, Pratista Adi; Ratnawati, Retty; Norahmawati, Eviana
Majalah Kesehatan FKUB Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.074 KB)

Abstract

Penyakit kardiovaskular yang disebabkan terutama oleh atherosklerosis, merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian dini di seluruh dunia. Salah satu strategi terbaru yang dilakukan sebagai pencegahan atherosklerosis adalah konsumsi antioksidan. Theaflavin dari teh hitam merupakan antioksidan yang memiliki kemampuan antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh pemberian theaflavin teh hitam berbagai dosis terhadap penurunan ketebalan dinding aorta tikus (Rattus norvegicus) wistar yang diberi diet atherogenik. Studi eksperimental ini menggunakan post test only control group design. Sampel dibagi ke dalam lima kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 tikus, yaitu kelompok kontrol negatif (diet normal), kelompok kontrol positif (diet atherogenik), kelompok dosis 1 (diet atherogenik + theaflavin 5 mg/kgBB/hari), kelompok dosis 2 (diet atherogenik + theaflavin 10 mg/kgBB/hari), dan kelompok dosis 3 (diet atherogenik + theaflavin 20 mg/kgBB/hari). Variabel  yang diukur pada penelitian ini adalah ketebalan dinding aorta. Pada uji one-way ANOVA didapatkan nilai signifikansi 0,000. Pada uji post hoc terdapat perbedaan yang signifikan pada ketebalan dinding aorta antara kelompok kontrol positif dengan kelompok kontrol negative  (p = 0.000) dan kelompok perlakuan (p = 0.000; 0.000; 0.000), namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian theaflavin dapat menurunkan ketebalan dinding aorta tikus yang diberi diet atherogenik secara signifikan. Kata kunci: Atherosklerosis, Ketebalan dinding aorta, Theaflavin.
Akurasi Diagnosa FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) Dibandingkan dengan Pemeriksaan Histopatologi pada Tumor Tiroid (Studi Kasus di Instalasi Patologi Anatomi RS dr. Saiful Anwar Malang Periode 2008-2010) Widarso, Amalia Pradanti; Norahmawati, Eviana; Setijowati, Nanik
Majalah Kesehatan FKUB Vol 2, No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.526 KB)

Abstract

Tumor tiroid adalah tumor yang berasal dari kelenjar tiroid. Insiden tumor kelenjar tiroid mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya kemajuan ilmu patologi anatomi di bidang sitopatologi mendorong berkembangnya diagnosa FNAB (fine needle aspiration biopsy) yang merupakan diagnosa preoperatif untuk tumor tiroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur akurasi diagnosa FNAB dan mengetahui profil penderita tumor tiroid di Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang periode 2008–2010. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dan uji diagnostik dengan mengambil data sekunder dari rekam medik penderita tumor tiroid. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 126 kasus pasien tumor tiroid dengan pemeriksaan FNAB dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi hasil operasi. Dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emas,  menunjukkan bahwa akurasi diagnosa FNAB adalah sebesar 92,24 % dengan sensitifitas 50%, spesifisitas 97,12 %, prediksi positif 66,5 %, prediksi negatif 93,52 %. Pada pemeriksaan FNAB didapatkan nilai sensitivitas yang rendah, maka diperlukan pemeriksaan histopatologi dalam menegakkan diagnosa tumor tiroid secara akurat. Nilai prediksi positif pada pemeriksaan FNAB ini menunjukkan angka yang tidak tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah FNAB dapat digunakan sebagai sarana diagnostik preoperatif tumor tiroid yang akurat, tetapi bukan sebagai pengganti diagnosa histopatologi yang masih menjadi diagnosa pasti untuk tumor tiroid. Kata kunci : Akurasi FNAB (fine needle aspiration biopsy), histopatologi, tumor tiroid
Relationship of TTF-1 and EGFR on Lung Adenocarcinoma at Dr. Saiful Anwar General Hospital Malang lumban gaol, andy; Pratiwi, Suryanti Dwi; Putra, Ngakan Putu; Norahmawati, Eviana; Rasyid, Harun Al
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 31, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2020.031.01.9

Abstract

There is a correlation between mutation of Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) and lung adenocarcinoma. Unfortunately, examination for EGFR mutation is difficult because surgery must be conducted to obtain the best specimen. Thyroid Transcription Factor-1 (TTF-1) is a marker for lung adenocarcinoma. This observational study took place at Dr. Saiful Anwar Hospital from stored biological materials from 2013-2018. Samples were lung adenocarcinoma patients that undergo EGFR examination. Data then analyzed using Fischer's Exact Test to determine the relationship between EGFR and TTF-1. Specificity/sensitivity value is 0.75/0.90, p: 0.617, odds ratio 0.333 (0.032-3.515). However, Receiver Operating Characteristic (ROC) curve of TTF- 1 show AUC 0.614 (95CI, 0.35- 0.878). TTF-1 examination has a moderate strength in determining EGFR mutation on lung adenocarcinoma patients at Dr. Saiful Anwar Hospital.         
Efek Ekstrak Kacang T unggak terhadap Osteoblas dan Osteoklas pada Tikus dengan Ovarektomi Ts, Didiek Darmadi; Nurdiana, Nurdiana; Norahmawati, Eviana
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 26, No 3 (2011)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.491 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2011.026.03.4

Abstract

Setelah menopause, wanita kehilangan efek protektif dari estrogen, sehingga merubah jalannya remodeling tulang dan akhirnya  terjadi  osteoporosis. T ujuan penelitian ini  untuk  mengetahui  apakah  ekstrak  kacang  tunggak  dengan  kandungan genistein didalamnya dapat  berperan sebagai fitoestrogen yang dapat  menjadi alternatif  terapi pengganti  estrogen pada tikus  yang  telah  diovarektomi.  Pada  penelitian  ini  digunakan  6  kelompok  yaitu:  1)  kelompok  tikus  normal  (K-neg),  2) kelompok  tikus  yang  di  ovarektomi  dan  dipertahankan  selama  1  bulan  (K-pos1),  3)  kelompok  tikus  yang  di  ovarektomi  dan dipertahankan selama 2 bulan (K-pos2),  4) kelompok yang diovarektomi dan dipertahankan selama 1 bulan kemudian diberi  ekstrak  kacang  tunggak  dosis  0,5  ml/kgBB (K-1),  5)  2,5  ml/kgBB (K-2),  dan  kelompok  6  dengan  dosis  5  ml/kgBB (K-3). T ulang  femur  distal  setiap  tikus  diambil  kemudian  dicat  menggunakan  Hematoxillin-Eosin.  Jumlah  osteoblas  dan  osteoklas kemudian dihitung dari 20 lapang pandang dengan perbesaran 1000x menggunakan mikroskop mikrofoto Olympus dan kemudian  dihitung  rata-ratanya.  Data  dianalisa  menggunakan  One Way  ANOVA.  Hasil menunjukkan  jumlah  osteoblas pada  pada  kelompok  tikus  yang  di  ovorektomi  selama  satu  bulan  dengan  pemberian  ekstrak  kacang  tunggak  dosis  2,5  dan 5  ml/kgBB   secara  signifikan  lebih  rendah  dibandingkan  kontrol  positif .
Laporan Kasus: Multiple Myeloma Non Sekretorik Kusuma, Ihda Dian; Norahmawati, Eviana
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (667.153 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2014.028.02.19

Abstract

Multiple Myeloma (MM) adalah keganasan sel plasma yang termasuk golongan Malignant Small Round Cell Tumor ditandai oleh ekspansi immunoglobulin monoklonal dan akumulasi abnormal sel plasma di dalam kompartemen sum-sum tulang. Kami laporkan kasus MM non sekretorik yang jarang ditemui yaitu pasien laki-laki 54 tahun yang datang dengan keluhan benjolan pada paha kiri dan benjolan pada bahu kanan dengan hipogammaglobulinemia dan protein Bence Jones negatif. Hasil pemeriksaan klinis, radiologi, dan biopsi menunjukkan hasil sesuai MM dengan diagnosis banding  metastase karsinoma dan Non Hodgkin's Lymphoma. Hasil pulasan immunohistokimia CD 20 (-), sitokeratin () dan LCA (-) menyingkirkan diagnosis banding dan dikonfirmasi dengan hasil biopsi sumsum tulang yaitu suatu plasmasitomatosis. Pasien didiagnosis dengan multiple myeloma non sekretorik. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan klinis dan penunjang sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis MM non sekretorik dengan tepat dan kombinasi beberapa pemeriksaan immunohistokimia dapat membantu penegakan diagnosa.Kata Kunci: Hipogammaglobulinemia, Multiple Myeloma non sekretorik
Perbandingan Ekspresi Protein p53 pada Berbagai Derajat Histopatologi Karsinoma Sel Transitional Buli-buli Norahmawati, Eviana
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 18, No 3 (2002)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1740.424 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan memeriksa dan membandingkan ekspresi protein p53 pada berbagai derajat histopatologi (menurut Mostofi 1972) dari karsinoma sel transitional buli-buli (KSTB). Dilakukan penelitian terhadap 30 spesimen buli-buli dari biopsi dan transurethal reseksi yang terdiri dari urothelium normal (n=3), KSTB grade I (n=6), KSTB grade II(n=10), dan KSTB grade III(n=11). Sediaan dilabel dengan pengecatan immunohistokimia menggunakan antibodi terhadap p53 klon DO7. Dua ratus sel dari tiap lesi dihitung secara visual dan persentase sel yang positif ditabulasi tanpa mengetahui derajat histopatologinya. Dengan analisa statistik menggunakan ANOVA didapatkan perbedaan signifikan antara ekspresi protein p53 pada berbagai derajat histopatologi (p=0,001). Selanjutnya dengan prosedur “Least Significance Difference” didapatkan perbedaan ekspresi bermakna antara lesi urothelium jinak dengan grade II dan grade III, serta antara grade I dan II dengan grade III. Kesimpulan: Ekspresi protein p53 meningkat dari urothelium jinak sampai KSTB grade III. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapatnya perbedaan signifikan ekspresi protein p53 pada berbagai derajat histopatologi menunjukkan bahwa sistem derajat yang dipakai selama ini mengekspresikan perilaku biologis sel kanker dan overekspresi p53 dapat membantu diagnosa keganasan pada kasus-kasus sulit KSTB.
Kombinasi Artemisinin dan Ekstrak Moringa oleifera Menurunkan Ekspresi NF-κB namun Tidak Menurunkan Ekspresi iNOS pada Otak Mencit Diinfeksi Malaria Harahap, Herpan Syafii; Dalhar, Mochammad; H, Tinny Endang Endang; Norahmawati, Eviana; Fitri, Loeki Enggar
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (973.904 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2015.028.03.6

Abstract

Malaria otak merupakan manifestasi tersering dari infeksi malaria berat yang ditandai dengan respon inflamasi berlebih di otak. Untuk mencegah terjadinya resistensi, penggunaan obat antimalaria standar (artemisinin) harus dikombinasikan dengan obat antimalaria lain. Moringa oleifera, yang secara in vitro memiliki aktivitas antimalaria dan anti-inflamasi, merupakan kandidat obat untuk dikombinasikan dengan artemisinin. Penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh kombinasi artemisinin dan ekstrak Moringa oleifera terhadap ekspresi NF-kB dan iNOS pada otak mencit model malaria. Penelitian eksperimental laboratorik ini dilakukan dengan menggunakan 36 ekor mencit Balb/C yang diinfeksi Plasmodium berghei ANKA sebagai model malaria. Sampel dibagi menjadi enam kelompok, masing-masing satu kelompok kontrol positif, kontrol negatif, pemberian artemisinin 0,12mg/hari (C0), dan tiga kelompok yang masing-masing mendapatkan kombinasi artemisinin 0,12mg/hari dan ekstrak daun kelor 3,75mg/hari (C1), 7,5mg/hari (C2) dan 15mg/hari (C3). Pengobatan diberikan setelah mencit mencapai derajat parasitemia 1-5% pasca inokulasi parasit secara intraperitoneal. Ekspresi NF-kB dan iNOS otak mencit diamati dengan metode imunohistokimia pada hari ke-3 dan ke-7 pasca infeksi. Pemberian kombinasi artemisinin 0,12mg/hari dan ekstrak Moringa oleifera 3,75mg/hari, 7,5mg/hari, dan 15 mg/hari, menyebabkan penurunan ekspresi NF-kB dan iNOS yang bermakna dibandingkan dengan kontrol positif (p<0,05). Perlakuan tersebut tidak menyebabkan penurunan ekspresi iNOS yang bermakna dibandingkan pemberian artemisinin 0,12mg/hari saja (p>0,05). Kombinasi ekstrak Moringa oleifera dengan artemisinin memberikan efek sinergis dalam penurunan derajat parasitemia dan ekspresi NF-kB, tetapi tidak untuk ekspresi iNOS di otak mencit yang diinfeksi malaria.Kata Kunci: Artemisinin, iNOS, malaria otak, Moringa oleifera, NF-kB
PERBEDAAN ANTARA EKSPRESI CD3, CD20, CD43 LIMFOMA NON-HODGKIN SEL B DAN LESI LIMFOPROLIFERATIF REAKTIF Fadli, Muhammad Luqman; Norahmawati, Eviana; Yudhanto, Hendy Setyo; Al Rasyid, Harun
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 4 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1187.202 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2019.006.04.3

Abstract

Lesi limfoproliferatif sering menimbulkan masalah dalam penegakan diagnosis karena kemiripan morfologi dan pola pertumbuhan sel-sel limfoid yang menyusun lesi limfoproliferatif reaktif dan limfoma non-Hodgkin Sel B. Diagnosis sulit ditegakkan hanya dengan pulasan rutin Hematoksilin-Eosin, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan panel antibodi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ekspresi CD3, CD20, CD43 sebagai panel antibodi dasar dalam menentukan karakter jinak atau ganas dari lesi limfoproliferatif. Karakter jinak diwakili oleh lesi limfoproliferatif reaktif, sedangkan karakter ganas diwakili oleh limfoma non-Hodgkin sel B. Total 50 sampel dibagi menjadi 2  kelompok, yakni kelompok A terdiri dari 25 sampel limfoma non-Hodgkin sel B dan kelompok B terdiri dari 25 sampel lesi limfoproliferatif reaktif. Keseluruhan sampel dipulas antibodi CD3, CD20, CD43. Hasil penelitian menunjukkan persentase imunopositif CD3 dan CD20 pada kelompok A dan B berbeda signifikan dengan nilai p &lt; 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa CD3 dan CD20 mampu membedakan karakter klonalitas jinak dan ganas dari sel penyusun lesi limfoproliferatif. Persentase imunopositif CD43 antara kelompok A dan B tidak berbeda signifikan dengan nilai p = 0,791. Hasil yang tidak berbeda signifikan mengindikasikan bahwa CD43 diekspresikan oleh dua jenis populasi sel yang berbeda. Pada kelompok A, CD43 diekspresikan oleh limfosit B neoplastik (ganas), sedangkan pada kelompok B diekspresikan oleh limfosit T. Berdasarkan hasil penelitian, panel antibodi CD3, CD20, CD43 dapat membedakan lesi limfoproliferatif jinak dan ganas, namun diperlukan korelasi morfologi dan kesesuaian pola ekspresi imunopositif dari sel-sel limfoid penyusunnya.   
MEDIASTINAL GRAY ZONE LYMPHOMA DENGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIRIP HODGKIN LYMPHOMA Retnani, Diah Prabawati; Norahmawati, Eviana
Majalah Kesehatan FKUB Vol 5, No 4 (2018): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.194 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.005.04.7

Abstract

 Mediastinalgray zone lymphoma (MGZL) adalah limfoma sel B yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai Hodgkin lymphoma (HL) maupun Non Hodgkin lymphoma (NHL).  MGZL dapat terdiagnosis sebagai Nodular sclerosis classical Hodgkin lymphoma (NSCHL) karena kemiripan gambaran histopatologiknya. Untuk menegakkan diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan imunohistokimia (IHK). Seorang wanita muda dengan keluhan massa di supraklavikula disertai nyeri dada, batuk dan demam menjalani serangkaian pemeriksaan di Laboratorium Patologi Anatomi RS Saiful Anwar Malang. Hasil CT-scan toraks mendeteksi adanya massa mediastinum anterosuperior dengan efusi pleura bilateral. Pasien menjalani reseksi kedua massa tersebut dan hasil pemeriksaan histopatologik menunjukkan gambaran fibrous band tebal, sel Lakunar-like berlatar belakang sel radang mendukung diagnosis NSCHL. Hasil pemeriksaan IHK menunjukkan CD20 dan CD30 positif kuat sehingga pasien didiagnosis sebagai MGZL. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa pada pasien dewasa muda dengan tumor mediastinum dan supraklavikula yang menunjukkan gambaran klinis dan histopatologi NSCHL-like perlu dipertimbangkan adanya diagnosis MGZL . 
Endoglin Expression and the Level of Tgf-Î’ Are Increased In the Placental Tissue and Correlated with Low Fetal Weight in Malaria Infected Mice sasmito, sujarot dwi; Ulfiati, Adilah; Wardana, Ardhian; Nugraheni, Fitriana; Pradiptasari, Nur Fahma; Zulaifa, Zakiyah; Norahmawati, Eviana; Sardjono, Teguh Wahju; Fitri, Loeki Enggar
Journal of Tropical Life Science Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jtls.5.1.%x

Abstract

Malaria infection during pregnancy can cause accumulation of infected-red blood cells in placental intervillous space and induces placental tissue inflammation and hypoxia. This condition triggers endoglin expression, and release of soluble endoglin which can interfere TGF-β binding to its receptor. The aim of this study was to investigate the correlation between placental endoglin expression and TGF-β level with low fetal weight (LFW) in malaria-infected mice. Nine pregnant mice infected with Plasmodium berghei on the day 9th post mating (malaria infected group) and eight normal pregnant mice (non-infected group) were used in this study. The mice were sacrificed on the day 18th post mating, and all fetal body weights were measured by analytical scale. Enzyme Link Immunosorbent Assay (ELISA) was done to determine the level of placental TGF-β while immunohistochemical staining was performed to examine endoglin expression in placental tissue. The mean of fetal body weights of malaria infected group was significantly lower than non-infected group (p=0,002), while the expression of placental endoglin in malaria infected group was significantly higher than non-infected group (p=0.003). The level of placental TGF-β in malaria infected group was also higher than non-infected group but the difference was not significant (p=0.064). Pearson correlation test showed that there were significant negative correlations between fetal body weights with the level of placental TGF-β (p=0.017, r=-0.568) and the expression of placental endoglin (p=0.002, r=-0.694). Malaria infection in pregnant mice will increase both TGF- β and endoglin in placenta tissue and correlate with low fetal weight.  Â