Claim Missing Document
Check
Articles

Pembuatan Sabun Mandi Padat dengan Penambahan CHarcoal dariTempurung Kemiri Nurlian Nurlian Nurlian; Sulhatun Sulhatun; Suryati Suryati; Meriatna Meriatna; Agam Muarif
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 2, No 2 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Juni 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v2i2.7233

Abstract

Cangkang kemiri merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif (charcoal). Pemanfaatan limbah cangkang kemiri ini dimaksudkan untuk menanggulangi penumpukan limbah cangkang kemiri dan  diharapkan dapat menghasilkan produk yang aman dan ramah lingkungan. Adapun tujuan penelitian ini adalah Menemukan komposisi terbaik dari sabun mandi padat yang telah ditambahkan Charcoal, Menguji kualitas sabun mandi padat yang dibuat dengan variasi penambahan massa Charcoal dan pengaruh perbandingan minyak zaitun pomace dan minyak kelapa (VCO) dan Mengkaji pengaruh penambahan massa Charcoal dan pengaruh perbandingan minyak zaitun pomace dan minyak kelapa (VCO) terhadap nilai pH, kadar air, kadar alkali bebas dan uji organoleptik. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan proses yaitu meliputi tahap persiapan bahan baku  tahap pengayakkan arang aktif, tahap pembuatan sabun dan tahap Maturing. Adapun variasi massa charcoal yang digunakan yaitu 2,5 gr, 5 gr 7,5 gr, 10 gr dan 12,5 gr. Dengan variasi perbandingan minyak zaitun pomace dan minyak kelapa (VCO) 100:100, 125:75, 150:50 ml. Hasil penelitian menunjukkan minyak zaitun pomace  memiliki kadar air lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa. Semakin besar perbandingan minyak zaitun yang digunakan daripada minyak kelapa maka kadar air yang dihasilkan semakin tinggi. Kadar alkali bebas tertinggi yaitu 0,081 yang berada pada massa charcoal 12,5 gram dengan perbandingan minyak yang digunakan sebesar 150:50. Adapun standar kualitas sabun telah diatur dalam SNI 3532-2016 yaitu dengan kadar air maksimal kurang dari 14%, kadar alkali bebas maksimal kurang dari 0,1%. Pada setiap sampel telah memenuhi SNI 3532-2016. Pada uji organoleptik, panelis lebih menyukai run 2, 8 dan 10 dengan massa Charcoal 5gr, 7,5gr dan 12,5gr.
Pemanfaatan Limbah padat Industri asap cair (Arang Tempurung Kemiri) Untuk Pembuatan Sabun Cuci Piring Maryanti Maryanti; Sulhatun Sulhatun; Meriatna Meriatna; Suryati Suryati; Agam Muarif
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 2, No 2 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Juni 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v2i2.7231

Abstract

Limbah yang dihasilkan dari proses pemecahan biji kemiri berupa tempurung kemiri belum dimanfaatkan secara optimal. Saat ini limbah padat industri asap cair (arang tempurung kemiri) dapat digunakan untuk proses pembuatan sabun cuci piring dengan demikian dapat memanfaatkan limbah pada industri asap cair. Adapun tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh massa charcoal dan waktu pengadukan terhadap produk sabun cuci piring yang dihasilkan, mengetahui pengaruh massa charcoal dan waktu pengadukan terhadap kualitas sabun cuci piring yang dihasilkan, dan mengetahui kondisi proses terbaik terhadap nilai pH, kadar alkali bebas, dan bobot jenis. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan proses yaitu meliputi tahap persiapan bahan baku, dan tahap proses pencampuran. Pada penelitian ini dengan kondisi terbaik pada proses pembuatan sabun cuci piring cair dengan massa charcoal 1 gr dan 1,5 gr dengan waktu pencampuran 15 menit yaitu dengan kadar alkali bebas maksimal kurang dari 0,1%. Pada setiap sampel telah memenuhi SNI 06-4075-1996, pada nilai pH yang terbaik adalah 6-8 dengan itu nilai pH pada sabun cair telah memenuhi SNI 1996, dan pada bobot jenis 0,890026 dan 0,889937.Kata kunci:Charcoal,   Sabun Cuci Piring, Standard nasional Indonesia.dan Waktu Pengadukan
EFEKTIFITAS PENGOLAHAN AIR SUMUR MENGGUNAKAN MEDIA ZEOLIT, PASIR SILIKA DAN KARBON AKTIF PADA ALAT ROUGHING FILTER ALIRAN HORIZONTAL Paramita Utari; Masrullita Masrullita; Ishak Ishak; Suryati Suryati; Sulhatun Sulhatun
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 2, No 3 (2022): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Agustus 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v2i3.6023

Abstract

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan air salah satu sumber yang digunakan adalah air tanah dengan menggunakan sumur gali.. Parameter yang terdapat adalah kekeruhan, kesadahan, pH dan kadar Fe sehingga sebelum digunakan air sumur memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu pengolahan pendahuluan pada air sumur yaitu dengan memakai reaktor roughing filter aliran horizontal. Roughing Filter merupakan salah satu jenis pengolahan pendahuluan yang paling umum dipakai untuk penyediaan air bersih. Roughing filter menggunakan media dengan ukuran yang jauh lebih kasar dibandingkan dengan slow filtration maupun rapid filtration. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dari reaktor roughing filter dalam menurunkan kadar kekeruhan, kesadahan, pH dan kadar Fe dengan variasi ketinggian media, dan waktu operasional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan roughing filter aliran horizontal,  menggunakan media filter zeolit, pasir silika dan karbon aktif. Variabel media zeolit 5 cm : gpasir silika 15 cm, karbon aktif  15 cm (PI) : zeolit 10 cm : pasir silika 15 cm, karbon aktif  15 cm (P2) zeolit 15 cm : pasir silika 15 cm, karbon aktif 15 cm (P3). Variasi waktu operasional roughing filter dari 4,6,8,dan 10 jam, dimulai saat air sumur masuk pada alat roughing filter. Metode analisa yang dipakai untuk mengetahui kekeruhan digunakan turbidimetri, kesadahan digunakan titrasi, pH menggunakan pH meter dan kadar Fe menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Hasil penelitian menunjukkan bahwa roughing filter aliran horizontal dengan media zeolit, pasir silika dan karbon aktif memiliki kemampuan dalam menurunkan kandungan kekeruhan, kesadahan, pH dan kadar Fe. Roughing filter aliran horizontal dengan menggunakan media zeolit, pasir silika dan karbon aktif efektif menurunkan konsentrasi kekeruhan, kesadahan, pH dan kadar Fe air sumur Desa Blang Pulo masing-masing sebesar 99,27%, 23,38%, 6,99 % dan 68,12%.
Pengaruh Suhu dan Waktu Reaksi Transesterifikasi Minyak Jarak Kepyar (Castor Oil) terhadap Metil Ester dengan Menggunakan Katalis Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit Lidya Permata Lestari; Meriatna Meriatna; Suryati Suryati
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 11, No 2 (2022): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v11i2.9464

Abstract

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang terdiri dari alkil monoester dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Minyak jarak kepyar (Castor Oil) adalah minyak  nabati yang diperoleh dari ekstrak biji tanaman jarak kepyar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan minyak jarak kepyar dalam pembuatan biodiesel dengan menggunakan  katalis  heterogen  yang  berasal  dari  tandan kosong kelapa sawit  yang dikalsinasi pada suhu 600 °C selama 6 jam. Proses transesterifiksi mereaksikan minyak dan metanol untuk menghasilkan metil ester dan gliserol. Metil ester yang dihasilkan pada lapisan atas dipisahkan dari gliserol dan kemudian dimurnikan. Pengaruh dari berbagai variabel proses seperti pengaruh suhu dan waktu reaksi diamati dalam percobaan ini. Sifat-sifat biodiesel seperti Yield paling tinggi diperoleh pada suhu 65 °C selama 100 menit dengan katalis 3 (m/m)%.. yaitu sebesar 76,62%, kemudian untuk densitas diperoleh hasil terbaik 0,863 mg/l pada suhu    55 °C selama 80 menit dengan katalis 3 (m/m)%, selanjutnya untuk viskositas diperoleh 5,25 mm2/s pada suhu 65 °C selama 100 menit dengan katalis 3 (m/m)%, kemudian kadar air diperoleh 0,038%vol pada suhu 60 °C dan selama 80 menit dengan katalis 3 (m/m)%. dan bilangan asam  diperoleh 0,48 Mg-KOH/g pada suhu 50°C selama 100 menit dengan katalis 3 (m/m)%. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa katalis yang berbasis tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel.
Pembuatan Sabun Mandi Cair Herbal dari Surfaktan Methyl Ester Sulphonate dengan Ekstrak Daun Kelor sebagai Zat Antibakteri Eka Mutia; Suryati Suryati; Lukman Hakim
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 11, No 2 (2022): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2022
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v11i2.9232

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sabun mandi cair dari ekstrak daun kelor dengan variasi volume ekstrak 10 mL, 20 mL, 30 mL, dan 40 mL yang memiliki potensi sebagai antibakteri. Senyawa antibakteri yang terdapat pada daun kelor yaitu saponin, tanin, flavonoid dan terpenoid. Metode yang digunakan adalah metode maserasi dengan menggunakan pelarut aquadestillata. Kemudian dibuat sediaan sabun mandi cair dengan variasi volume ekstrak daun kelor yang telah ditetapkan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak daun kelor sebanyak 10 mL, 20 mL, 30 mL dan 40 mL. Hasil pengujian tinggi dan stabilitas busa yang paling baik didapat pada volume ekstrak 40 mL dengan ketinggian busa sebesar 20 mm dan stabilitas busa 100%. pH yang paling mendekati pH kulit pada sabun ekstrak daun kelor juga pada volume 40 mL dengan nilai 3,7. Viskositas yang paling baik untuk ekstrak daun kelor pada volume ekstrak 40 mL yaitu 1,5117 cP. Densitas sabun mandi cair ekstrak daun kelor juga didapat pada volume ekstrak 40 mL sebesar 1,036 gr/mL. Diameter zona hambat bakteri tertinggi diperoleh pada ekstrak daun kelor terdapat pada volume ekstrak 20 mL yaitu  23 mm. Secara keseluruhan hasil evaluasi pengujian sabun mandi cair sudah sesuai dengan standar SNI-06-04085-1996.
Synthesis and Characterization of Chitosan-Pectin-Citric Acid-Based Hydrogels for Biomedical Applications (Primary Wound Dressings) Suryati Suryati; Rizka Mulyawan; Sulhatun Sulhatun; Muhammad Muhammad; Nikmat Wanda
International Journal of Engineering, Science and Information Technology Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Department of Information Technology, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52088/ijesty.v3i2.447

Abstract

This study aims to analyze the processing of chitosan-pectin biocomposite hydrogel with the addition of citric acid to improve the quality of the biocomposite for primary wound dressing applications. The method is printing the biopolymer solution in a glass mold, then drying at 50oC. Chitosan 90.2% DD and pectin dissolved in 1% acetic acid with a ratio (w/w) of 50:50. The two ingredients were mixed using a magnetic stirrer at room temperature for 30 minutes until completely dissolved, then added citric acid crosslinking agent with various concentrations of 2,4, 6,8,10 (%). The test results for the characteristics of the chitosan-pectin-acid biocomposite Citrate obtained the best thickness in the composition variation (50:50:8) of 0.31 mm. The analysis results of the best absorption of the chitosan-pectin-citric acid biocomposite on the composition variation (50:50:6) were 185%. In the swelling analysis of the chitosan-pectin-citric acid biocomposite, the variation in composition (50:50:10) was 403%. The tensile strength test results of the chitosan-pectin-citric acid biocomposite decreased with the addition of citric acid, the best obtained was 20.76 MPa, and the best elongation was 76.0%. Test results for the functional group of the chitosan-pectin-CaCl2 biocomposite for the presence of O-H, C-H, N-H bonds in the fact of O-H, C-H, N-H bonds at a wavelength of 4000-2500 cm-1, C=O, C=N, C=C at a wavelength of 2000 -1500, and the specific absorption of the chitosan-pectin-citric acid biocomposite 400-1400 cm-1 indicates that the resulting membrane tends to be polar, hydrophilic and environmentally friendly because it can be degraded. Based on the expected test results, it was shown that the chitosan-pectin-CaCl2 biocomposite has the potential to be applied as an ideal primary wound dressing for wound healing and protection.
PENGGUNAAN LIMBAH KULIT PISANG AMBON Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN DALAM PEMBUATAN SABUN MANDI TRANSPARAN Aldilla Zuhra; Lukman Hakim; Azhari Azhari; Suryati Suryati; Rizka Mulyawan
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 12, No 1 (2023): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2023
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v12i1.11625

Abstract

Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam lemak yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi asam lemak dengan alkali bebas. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Pembuatan sabun mandi padat transparan ini menggunakan bahan baku minyak kelapa, minyak jarak dan NaOH dengan penambahan kulit pisang ambon sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini agar dapat memanfaatkan limbah kulit pisang yang ada di lingkungan dan mempelajari pengaruh variasi jumlah etanol pada pembuatan sabun mandi transparan. Metode yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi padat transparan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode panas. Pada penelitian ini hasil yang didapatkan stabilitas busa tertinggi terjadi pada persentase kulit pisang ambon 50% dengan nilai 97%, dan derajat keasaman (pH) pada persentase kulit pisang ambon 20% dengan nilai 9,8. Uji organoleptik yang paling disukai oleh panelis adalah sabun transparan yang terbuat dari persentase kulit pisang ambon 20% dengan volume etanol 40 ml. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini ialah semakin rendah persentase kulit pisang ambon yang digunakan, maka pH yang dihasilkan semakin tinggi begitu pula dengan stabilitas busa semakin tinggi persentase kulit pisang ambon yang digunakan maka stabilitas busa akan semakin baik.
Pengaruh Perbandingan Waktu Delignifikasi Dan Konsentrasi NaOH Dalam Pembuatan Gula Reduksi Dari Kulit Kopi Arabika (coffea Arabica) Masrullita Masrullita; Suryati Suryati; Tiara Rozah; Ferri Safriwardy
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 12, No 1 (2023): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2023
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v12i1.11640

Abstract

Kopi  adalah  salah  satu  tanaman  yang  menghasilkan  produk  samping dalam  proses  pengolahannya yakni  kulit  kopi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh waktu delignifikasi dan konsentrasi NaOH pada hasil gula reduksi. Penelitian ini sudah banyak dilakukan sebelumnya menggunakan pelarut etanol dan asam kuat, yang belum dilakukan adalah menggunakan pelarut basa kuat. Penelitian ini menggunakan pelarut NaOH untuk mendegradasi lignin yang terdapat pada bahan baku. Pada proses pretreatment fisika kulit kopi dibersihkan lalu dimasukkan kedalam oven selama 24 jam, tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kemudian dihaluskan menggunakan blender agar diperoleh hasil berbentuk serbuk. Proses delignifikasi menggunakan metode organosolv dengan variasi konsentrasi NaOH 1%, 3%, 5% dan 7% dengan variasi waktu delignifikasi 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit. Proses hidrolisis menggunakan katalis H2SO4 1% pada suhu 100oC  selama 4 jam, kemudian diuji yield, densitas dan kadar gula reduksi menggunakan metode luff schrool untuk mengetahui berapa banyak kadar gula reduksi pada kulit kopi arabika. Kadar gula reduksi tertinggi terdapat pada konsentrasi NaOH 7% dan waktu delignifikasi 120 menit sebesar 68,28%. Yield tertinggi terdapat pada konsentrasi NaOH 7% dan waktu delignifikasi 120 menit sebesar 60,98%. Densitas tertinggi terdapat pada konsentrasi NaOH 7% dan waktu delignifikasi 120 menit sebesar 0,985 g/cm3. Hasil penelitian menunjukkan semakin besar konsentrasi NaOH dan lama waktu delignifikasi maka kadar gula reduksi yang dihasilkan akan semakin banyak.
BIOPOLIMER DARI KITOSAN-COLLAGEN UNTUK APLIKASI PEMBALUT LUKA DENGAN CMC DAN GLUKOMANAN SEBAGAI BAHAN IKAT SILANG Laksita Ika Paksi; Suryati Suryati; Agam Muarif; Narul ZA; Meriatna Meriatna
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 12, No 1 (2023): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2023
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v12i1.11635

Abstract

Wound dressing is a nursing action to protect the wound by closing the wound, which can be done using sterile gauze that is not attached to the wound tissue. Currently, commonly used wound dressings are made of polymeric materials. Polymers for wound dressings consist of absorbents in contact with the wound. The absorbent layer will protect the wound and absorb the liquid that comes out of the wound. The purpose of this study is to make a biopolymer derived from chitosan, collagen and its cross-binding materials, namely CMC and glucomannan, and to find out the correct composition comparison to produce an ideal biopolymer. The method is drying in the oven on a thin glass printer for 24 hours. Mixing all raw materials with chitosan volume:collagen: CMC and chitosan:collagen: glucomannan in a ratio of 50:50:2,5; 50:50:5; 50:50:7,5; and 50:50:10. Then put in the oven with a temperature of 60⁰C during for 48 hours. The biopolymers formed are then tested to determine the characteristic properties of the biocomposites formed. The analysis carried out is FTIR group analysis, swelling analysis, absorption test and membrane thickness test. The results of the study with the comparison of chitosan: collagen: CMC and chitosan : collagen: glucomannan for the analysis of the FTIR group of the biopolymer membrane contains compounds (O-H), C-H, C =O, C-O-C, CH2, CN, and CH, for swelling tests on CMC additives the value obtained is 73%; 82%; 79%; 105% while for glucomannan additives, a result of 32%; 57%; 65%; and 51%, for absorption test on additives CMC the value that can be obtained is 125%; 176%; 285%; 233%; while for glucomannan additives, a yield of 97%; 96%; 90%; and 86% and for membrane thickness test additives CMC the value in can be 0.94 mm; 0.79 mm; 1.06 mm; 1.32 mm; while for glucomannan additives, the result is 1.3 mm; 1.58 mm; 1,6 mm; 1.67 mm.
PEMBUATAN BIOPLASTIK DARI TEPUNG PATI UBI JALAR (Ipomoea batatas) DENGAN PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS TEBU (Saccharum officinarum) dan GLISEROL Intan Sulastri; Suryati Suryati; Azhari Azhari; Sulhatun Sulhatun; Syamsul Bahri
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) Vol 3, No 4 (2023): Chemical Engineering Journal Storage (CEJS) - Agustus 2023
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/cejs.v3i4.9844

Abstract

Bioplastik merupakan plastik yang dapat terdegradasi oleh mikro organisme dari sumber senyawa-senyawa dalam tanaman misalnya pati, selulosa, dan lignin. Pembuatan bioplastik ini menggunakan bahan baku berupa pati ubi jalar dan penambahan matrik berupa ampas tebu dan gliserol sebagai plasticizer. Tujuan dari penelitian ini Untuk mengkaji bagaimana pengaruh penambahan gliserol terhadap campuran pati ubi jalar dan ampas tebu untuk menghasilkan bioplastik. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya tetapi dengan menggukan plasticizer berupa sorbitol sedangkan pada penelitian ini menggunakan plasticizer berupa gliserol dengan variasi gliserol yaitu sebanyak 3 ml, 5ml dan 7 ml. Metode yang digunakan dalam pembuatan bioplastik pada penelitian ini yaitu menggunakan metode panas. Pada penelitian ini hasil yang didapatkan nilai biodegredasi tertinggi terjadi pada variasi massa pati ubi jalar dan ampas tebu yaitu (80:20)% dan (90:10)% dengan penambahan gliserol sebanyak 7 ml, 5ml, dan 3 ml dengan nilai biodegredasinya yaitu sebesar 100% dalam waktu 15 hari, dan nilai kuat Tarik maksimum sebesar 1,723 pada variasi massa pati ubi jalar dan ampas tebu yaitu sebesar (70:30)% dengan penambahan gliserol sebanyak 7 ml, serta nilai elongasi maksimum yaitu sebesar 120,47 % pada variasi massa pati ubi jalar dan ampas tebu yaitu sebesar (90:10) dengan penambahan gliserol sebanyak 7ml.