Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PEMANFAATAN LIMBAH WINE SEBAGAI PAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING KELINCI LOKAL (Lepus nigricollis) Purwaningsih M.; I M. Nuriyasa; N. L. P. Sriyani
Jurnal Peternakan Tropika Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this research was to determine the effect usage waste of wine as feed to physical quality of local male rabbit (Lepus nigricollis) meat. This research was conducted in Tejakula Village, Buleleng Regency and conducted 16 weeks used 18 local male around 5 – 6 weeks old. This research used randomized block design with three treatments and six blocks as replicates. The treatments were local male rabbits without waste of wine on diets as control (P0), local male rabbits with 5 % waste of wine on diets (P1), and local male rabbits with 10 % waste of wine on diets (P2). The variables in this reasearch were acidity of color meat, pH of meat, water holding capacity of meat, cooking loss, and drip loss. The results showed that rabbit offered diets containing different level waste of wine caused non significant different (P>0,05) to physical quality of local male rabbit meat. Based on the results of the research can be concluded that usage 5 % and 10 % waste of wine on diets not affected to physical quality of local male rabbit meat. Keywords :local rabbit, physical quality of meat, waste of wine.
PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN PADA PAKAN TERHADAP POTONGAN KOMERSIAL KARKAS BROILER Sukerta I P. B.; I M. Nuriyasa; I P. A. Astawa
Jurnal Peternakan Tropika Vol 8 No 3 (2020): Vol. 8 No. 3 Tahun 2020
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the effect of fish oil on commercial cutouts of carcass. This research was conducted in Dajan Peken Village, Tabanan for 6 weeks. The research design used was a completely randomized design (CRD) consisting of 3 treatments and 7 replications so that there were 21 experimental units. The 3 treatments were P0 rations without fish oil (0%) in feed, P1 rations with 3% fish oil in feed, and P2 rations with 6% fish oil in feed. Each experimental unit used 2 broilers (unsex) with a weight range of 440 ± 30 g. The variables observed were carcass proportion and commercial cuttings including chest, wings, upper thighs, lower thighs and back. The results showed that the proportion of carcass and commercial pieces tended not to be adhered to by the addition of 3% and 6% fish oil in the feed compared to the control, the analysis of variance showed that the treatment was not significantly different (P> 0.05). Based on this study it can be neglected that the use of fish oil at a dose of 6% in the feed did not increase the proportion of carcass and carcass pieces of broiler chickens including breast, wings, upper thighs, and lower thighs. Key words: Broiler, Fish oil, Broiler carcass, commercial pieces
PERFORMANS KELINCI YANG DIPELIHARA PADA KEPADATAN TERNAK DAN PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN BERBEDA Candradiarta IP.M; Nuriyasa IM.; Sumadi IK.
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 2 (2014): Elektronikal Jurnal Ilmu Peternakan tropis
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.736 KB)

Abstract

Penelitian ini telah dilakukan selama 10 minggu, bertujuan untuk mengetahui performans kelinci yang dipelihara pada kepadatan ternak dan pemberian ransum dengan imbangan energi dan protein berbeda.  Kelinci yang digunakan adalah kelinci lokal jantan lepas sapih umur 5 minggu sebanyak 36 ekor dengan berat 391,31 g ± 41,86. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 2 dengan 3 ulangan.  Faktor pertama adalah kepadatan ternak (L) yang terdiri atas kepadatan ternak 1 ekor/0,35 m² ( ), kepadatan ternak 2 ekor/0,35 m²  ( ), dan kepadatan ternak 3 ekor/0,35 m²  ( ).  Faktor kedua adalah Imbangan energi protein ransum (R) yang terdiri dari ransum dengan imbangan energi dan protein 147 ( ), dan imbangan energi protein ransum 151 ( ). Variabel yang diamati adalah variabel iklim mikro dan variabel performans. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam menggunakan program Costat versi 6.4, apabila diantara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1980). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim mikro pada perlakuan kepadatan ternak dan ransum dengan imbangan energi dan protein yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kelembaban udara, temperatur udara, “temperature humidity index” dan radiasi matahari. Performans pada perlakuan kepadatan ternak  dan  menyebabkan konsumsi air dan ransum lebih tinggi sehingga berat badan akhir pada kandang  dan  juga lebih tinggi dibandingkan  kecuali pertambahan berat badan dan FCR memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Performans pada perlakuan ransum dengan imbangan energi dan protein  menyebabkan konsumsi air, ransum, berat badan akhir dan pertambahan berat badan lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan ransum  sedangkan FCR yang memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan iklim mikro pada kandang dengan perlakuan kepadatan ternak dan imbangan energi dan protein yang berbeda. Performans kelinci jantan lokal pada perlakuan kepadatan ternak 2 ekor/0,35 m² ( ) lebih baik dibandingkan dengan kepadatan ternak 3 ekor/0,35 m² ( ) dan 1 ekor/0,35 m² ( ). Performans kelinci jantan lokal yang diberi ransum dengan energi termetabolis 2500 kkal/kg dan CP 16% dengan imbangan energi dan protein 147 ( ) lebih baik daripada perlakuan ransum dengan energi termetabolis 2800 kkal/kg dan CP 17,5% dengan imbangan energi dan protein 151 ( ).
KARKAS KELINCI YANG DIPELIHARA PADA TINGKAT HUNIAN BERBEDA DAN DIBERI RANSUM DENGAN IMBANGAN ENERGI SERTA PROTEIN BERBEDA Saputra E.D; Nuriyasa IM.; Ardika I.N
Jurnal Peternakan Tropika Vol 3 No 2 (2015): E-Journal Peternakan Tropika Vol 3 No 2
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.425 KB)

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karkas kelinci yang dipelihara pada tingkat hunian dan pemberian ransum dengan imbangan energi dan protein berbeda telah dilakukan selama 10 minggu. Kelinci yang digunakan adalah kelinci jantan lokal lepas sapih umur 5 minggu sebanyak 36 ekor dengan berat 391,31 ± 41,86 g.  Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 2 dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah tingkat hunian (L) yang terdiri atas tingkat hunian 1 ekor/0,35 m2 (L1), 2 ekor/0,35 m2 (L2) dan 3 ekor/0,35 m2 (L3).  Faktor kedua adalah imbangan energi protein ransum (R) yang terdiri atas imbangan energi dan protein 147 dengan energi termetabolis 2500 kkal/kg dan CP 16% (R1) dan imbangan energi dan protein 151 dengan energi termetabolis 2800 kkal/kg dan CP 17,5% (R2). Variabel yang diamati adalah karkas (berat karkas, kaki depan, kaki belakang, pinggang+punggung, dada+leher, daging, lemak dan tulang), non karkas (paru-paru, jantung, hati, sekum+kolon dan kulit+bulu) dan iklim mikro (kelembban udara, temperatur udara, temperatur humidity indek dan intensitas radiasi matahari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang nyata (P<0,05) antara perlakuan tingkat hunian dengan imbangan energi dan protein terhadap variabel berat tulang, paru-paru, jantung, hati serta sekum+kolon. Kelinci yang dipelihara pada tingkat hunian L1 menghasilkan berat karkas, kaki depan, kaki belakang, daging dan lemak lebih rendah (P<0,05) daripada L2 dan L3. Kelinci yang diberi ransum R1 menghasilkan berat karkas, kaki depan, dada+leher, pinggang+punggung dan berat daging lebih tinggi (P<0,05) daripada R2. Perlakuan tingkat hunian serta imbangan energi dan protein berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap iklim mikro kandang.  Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa karkas kelinci jantan lokal dengan tingkat hunian 2 ekor/0,35 m2 (L2) lebih baik dibandingkan dengan tingkat hunian 3 ekor/0,35 m2(L3) dan 1 ekor/0,35 m2 (L1). Karkas kelinci jantan lokal yang diberi ransum dengan imbangan energi dan protein 147 (R1) lebih baik daripada perlakuan ransum dengan imbangan energi dan protein 151 (R2). Tidak terjadi perbedaan iklim mikro pada perlakuan tingkat hunian dan ransum dengan imbangan energi dan protein berbeda.
KARKAS KELINCI LOKAL (Lepus negricollis) YANG DIBERI RANSUMDENGAN IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN BERBEDAYANG DIPELIHARA PADA KANDANG UNDERGROUND SHELTER Adhitya R.P; Nuriyasa IM.; Candrawati D.P.M.A
Jurnal Peternakan Tropika Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.974 KB)

Abstract

Penelitian ini telah dilakukan selama 12 minggu, bertujuan untuk mengetahui karkas kelinci yang diberi ransum dengan imbangan energi dan protein dan berbeda. Kelinci yang digunakan adalah kelinci jantan lokal umur 5 minggu sebanyak 20 ekor dengan berat 189,25 ± 1,54 g. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan, tiap perlakuan diulang lima kali dan tiap unit menggunakan satu ekor kelinci. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan yaitu imbangan energi protein (R) yang terdiri dari ransum dengan imbangan energi protein 156,88 (R1), imbangan energi protein 154,97 (R2), imbangan energi protein 153,05 (R3) dan imbangan energi protein 151,44 (R4).Variabel yang diamati adalah variabel berat potong, berat karkas, presentase karkas, berat recahan karkas, serta komposisi fisik karkas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan ransum R3 menyebabkan berat potong dan berat karkas lebih tinggi (P<0,05) daripada R1, R2 dan R4. Presentase karkas pada ransum R1 lebih rendah (P<0,05) daripada R2, R3 dan R4. Presentase recahan karkas berbeda tidak nyata (P>0,05) diantara perlakuan ransum dengan imbangan energi dan protein berbeda, sedangkan presentase daging yang diberi perlakuan ransum R3 lebih tinggi (P<0,05) daripada R1, R2, dan R4. Presentase tulang pada R3 lebih rendah (P<0,05) daripada R1, R2, dan R4. Presentase lemak pada perlakuan R1, R2, R3 dan R4 memberikan perbedaan tidak nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ransum dengan energi termetabolis 2603 kkal/kg dan CP 17% dengan imbangan energi protein 153,05 (R3) menghasilkan karkas yang lebih tinggi daripada perlakuan ransum dengan energi termetabolis 2801 kkal/kg dan CP 18,5% dengan imbangan energi protein 151,44 (R4), ransum dengan energi termetabolis 2402 kkal/kg dan CP 15,5% dengan imbangan energi protein 154,97 (R2), ransum dengan energi termetabolis 2201 dan CP 14% dengan imbangan energi protein 156,88 (R1).
PRODUKTIVITAS LIMA JENIS AYAM KAMPUNG YANG MEMILIKI WARNA BULU BERBEDA Sudarmawan T; Puger A.W; Nuriyasa IM.
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.241 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari produktivitas lima jenis ayam kampung yang memiliki warna bulu berbeda umur 24 minggu.  Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima jenis perlakuan yaitu ayam kampung putih siung (berbulu putih, kaki dan paruh warna kuning) perlakuan A, ayam kampung selem (hitam) perlakuan B, ayam kampung biying ( berbulu merah) perlakuan C, ayam kampung brumbun (berbulu campuran yaitu hitam, merah dan putih) perlakuan D, dan ayam kampung putih kedas (berbulu putih dengan kaki dan paruh putih) perlakuan E.  Variabel yang diamati yaitu berat badan awal, berat badan akhir, produksi telur, tambahan berat (tambahan berat badan + produksi telur), konsumsi ransum dan Feed Convertion Ratio (FCR). Hasil penelitian menunjukkan produktivitas lima jenis ayam kampung yang memiliki warna bulu berbeda yaitu berat badan awal, berat badan akhir, produksi telur, tambahan berat (tambahan berat badan + produksi telur), Feed Convertion Ratio (FCR) pada perlakuan A, B, C, D dan E secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).  Konsumsi ransum yaitu perlakuan C dan B berturut-turut 33,96% dan 33,98% lebih tinggi dibanding perlakuan D secara statistik berbeda nyata (P<0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa produktivitas ayam kampung lima macam warna bulu tidak berbeda, tetapi konsumsi ransum pada ayam kampung selem (hitam)  dan ayam kampung biying berbulu merah) lebih tinggi dibanding ayam brumbun (berbulu campuran yaitu hitam, merah dan putih).
PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN DALAM RANSUM TERHADAP NON KARKAS AYAM BROILER Setiawan I P. A. P.; I P. A. Astawa; I M. Nuriyasa
Jurnal Peternakan Tropika Vol 8 No 3 (2020): Vol. 8 No. 3 Tahun 2020
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the effect of using fish oil in the ration on the percentage of non-carcass broiler chickens. This research was conducted in Dusun Pande, Dajan Peken Village, Tabanan Regency, for six weeks. The chicken used is a 2 week old broiler chicken. The design used was a completely randomized design (CRD) with three treatments and seven replications, each replication contained two broilers, so the number of chickens used was 42 chickens. The treatments were (P0) broiler chickens which were given feed with additional 0% fish oil, (P1) broiler chickens which were given feed with additional 3% fish oil and (P2) broiler chickens which were given feed with additional 6% fish oil. The variables observed were the percentage of heart, rampella, small intestine, liver, head, and feet. treatment P0 is 0.346%. The percentage of treatment heart (P2) 78.90% was significantly higher than that of treatment P0. The heart percentage of broiler chickens that received treatment (P1) was 16.76% higher than that of treatment P0, but it was not statistically significant, while the percentage of other non-carcasses (gizzard, small intestine, liver, head, and feet) showed no difference. the real one. Based on the results of the study, it can be concluded that the use of fish oil as much as 3% and 6% in the six-week old broiler ration could not affect the percentage of rampella, small intestine, liver, head and feet of broiler chickens, but there was an increase in the percentage of broiler chicken hearts in the use of fish oil. as much as 6%. Keywords: broiler, non carcass, and fish oil
PENGARUH PENGGUNAAN JENIS MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP POTONGAN KARKAS ITIK BALI JANTAN Pratita N. P. R.; I M. Nuriyasa; A. W. Puger
Jurnal Peternakan Tropika Vol 9 No 2 (2021): Vol. 9 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

`Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis minyak dalam ransum terhadap potongan karkas itik Bali jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dajan Peken, Tabanan selama 10 minggu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan serta tiap ulangan berisi 2 ekor itik Bali jantan dengan kisaran berat 223±19,36g. Perlakuan tersebut terdiri dari R0= penggunaan 0% minyak dalam ransum, R1= penggunaan 3% minyak kelapa sawit dalam ransum, R2= penggunaan 3% minyak ikan dalam ransum, R3= penggunaan 3% minyak jelantah dalam ransum, dan R4= penggunaan 3% minyak babi dalam ransum. Ransum penelitian diberikan pada itik dengan kandungan energi metabolis 2.900Kkal/kg dan protein 18%. Variabel yang diamati adalah bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas yang meliputi dada, paha, betis, sayap, dan punggung. Hasil penelitian menunjukan bahwa bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas tidak dipengaruhi oleh penggunaan minyak kelapa sawit, minyak ikan, minyak jelantah, dan minyak babi dalam ransumse banyak 3% dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan minyak dosis 3% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas itik Bali jantan. Kata Kunci : itik bali jantan, berat potong, potongan karkas
KARKAS AYAM KAMPUNG UMUR 11 MINGGU YANG DIBERI RANSUM DENGAN TINGKAT PROTEIN YANG BERBEDA Nugraha G. A.; I M. Nuriyasa; A. W. Puger
Jurnal Peternakan Tropika Vol 6 No 1 (2018): Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.929 KB)

Abstract

The aims of this research was to findout the effect of the protein level in the ration on the carcass ofkampung chicken at 11 weeks age. This research was carried out for 2 months at the Faculty of Animal Husbandry Research Station, Sesetan, Denpasar. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with three treatments and six replicates. Those treatments were rations containing protein 14.5% (R1), rations containing protein 15.5% (R2), and rations containing protein 16.5% (R3). Drinking water and feed were given ad libitum. The variables observed were final weight, carcass weight, carcass percentage, and percentage of carcass component.The results showed that chicken giving rations containing protein 14.5% (R1), rations containing protein 15.5% (R2) and rations containing protein 16.5% (R3) not different (P>0.05) an all of the variables as of final weight, carcass weight, carcass percentage and percentage of carcass component. It can be concluded that chicken giving rations containing protein (14.5%, 15.5% and 16.5%) has no effect on the final weight, carcass weight, carcass percentage, and percentage of carcass component of kampung chicken at 11 weeks age. Key words:Carcass, Kampung Chicken, Level of Protein.
KUALITAS DAGING KELINCI LOKAL (Lepus nigricollis) YANG DIBERIKAN PAKAN DASAR LIMBAH DAUN WORTEL (Daucus carota L.) DISUPLEMENTASI KONSENTRAT DENGAN LEVEL YANG BERBEDA Arsana I. B. G. S.; N. L. P. Sriyani; MD. Nuriyasa
Jurnal Peternakan Tropika Vol 7 No 1 (2019): Vol. 7 Isssues 1 (2019)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.535 KB)

Abstract

The study which aims at observing on the quality of local rabbit meat which was given concentrates at different levels with the basic feed of the waste of carrot leaves was conducted in Dajan Peken Village, Tabanan District, Tabanan Regency and nurtured for 12 weeks. A randomized group design with five replication was applied in this study. The rabbits were allocated randomly into four treatments, i.e. the rabbits were supplemented with control ration of carrot leaves (R0), control ration that was concentrated 15g /head /day (R1) control ration that was concentrated 30 g/head /day (R2) and control ration that was concentrated 45 g/ head /day (R3). The carrot leaves and water were given continuously (ad_libitum). The variables which were observed in terms of; meat color, Ph value of the meat, the water holding capacity, the cooking loss and the drip loss. This study showed that R3 treatment caused significant differences in terms of meat color, Ph value of the meat and water holding capacity (P <0.05) compared to the treatments R0, R1, and R2. The results were not significantly different (P> 0.05) indicated by the test results of cooking loss and drip loss. In order to sum up, based on the results of this study, a conclusion can be made in which it shows that the quality of local rabbit meat given with the basic feed of the waste of carrot leaves which was supplemented with 45 g/ head/ day of concentrate was found having the best meat quality compared to rabbits without concentrate supplementation, in concentrate supplementation 15 g/ head/ day and 30 g/ head/ day. Keywords: local rabbit, concentrate, carrot leaves, meat quality
Co-Authors A. W. Puger A.A. P.P Wibawa Adhitya R.P Akbar Y. K. Anak Agung Ayu Sri Trisnadewi Anak Agung Putu Putra Wibawa Arini, N.P.T. Arsana I. B. G. S. Atmaja C. G. R. Budi Rahayu Tanama Putri Budiari N. L. G. Bulu, Sosiawan Candradiarta IP.M DESAK PUTU MAS ARI CANDRAWATI Dewantara I P.E. Dewi E. K. Dewi G. A. M. K. Dewi, G.A.M.K. Dioksa I M. R. Eny Puspani Ermelia Maria F. R. Lodang G. A. M. K. Dewi Gulita S. S. Gunawijaya, Gusti Putu Gusti Ayu Mayani Kristina Dewi Gusti Putu Gunawijaya Hartona T.A I G. Lanang Oka Cakra I Gede Mahardika I Gusti Bagus Basudewa I K. Sukada I Ketut Mangku Budiasa I Ketut Nopa Artawiguna I Ketut Sumadi I M. Suasta I NYOMAN ARDIKA I P. A. Astawa I Putu Andhika Putra Setiawan I Putu Ari Astawa I W. Wirawan I WAYAN WIRAWAN I. G. M. Rusdianta I. K. Sukada I. K. SUKADA I. M. Mastika I.W Kasa Johannes E.O.P KUSUMA, I. G. P. E. Lodang, Ermelia Maria F. R. M. E. D. PERTIWI M. SUARJAYA M. Wirapartha M.Pd S.T. S.Pd. I Gde Wawan Sudatha . Mayana M.I N. M. INTAN W. Y. K. N. M. S. Sukamawati N. N. Suryani NI LUH GEDE BUDIARI Ni Luh Putu Sriyani Ni Nyoman Candraasih Kusumawati Ni Wayan Siti Ni Wayan Siti Noviyanti K.R. Nugraha G. A. Nugroho E. Paramartha D. B. K. G. R. Pertiwi I G. N. S. D. PERTIWI M. E. D Pratita N. P. R. Purwaningsih M. R. Rochi Resla M. S. Rochi, R. Roni N. G. K. Saputra E.D Setiawan I P. A. P. Simamora C. Sosiawan Bulu Sudarmawan T Sugiarta I M. P. Sukerta I P. B. TAMI, I W. Wayan Sayang Yupardhi Wiguna I G. D. A. WIRA SUSANA I W. Wirawan I W. yadnya T. G. B Yanto K. A. U Yasa I W. S.